Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
75
Beberapa ada yang masih belum mengerti menggunakan metode eliminasi, substitusi dan grafik.
Hasil pekerjaan siswa yang lainnya, rata-rata bermasalah dalam langkah melakukan penghitungan, kebanyakan dari mereka kurang tepat dan kurang teliti
dalam melakukan penghitungan aljabar, baik perkalian, pembagian bahkan sampai penjumlahan. Skor persentase kemampuan pemecahan masalah pada tahap
melakukan perhitungan pada kelas eksperimen sebesar 51,7. Jawaban siswa pada aspek melakukan perhitungan secara visual dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 2
Gambar di atas adalah salah satu contoh jawaban siswa yang dengan tepat melakukan perhitungan dan mendapatkan solusi dari masalah yang ditanya.
Namun pada kelompok eksperimen, kemampuan ini mendapat skor cukup rendah karena kebanyakan siswa mengerjakan masalah hanya sampai menyusun rencana.
Siswa kurang cermat dan kurang memperhatikan informasi penting dari masalah yang diberikan. Sehingga kebanyakan dari mereka hanya mengerjakan sebagian
dan tidak sampai mendapatkan jawaban yang benar. Untuk tahap menguji kembali, persentase skor yang didapat sebesar
28,1. Ini adalah skor kemampuan pemecahan masalah yang terendah diantara konponen tahapan pemecahan masalah yang lain. Padahal tahap ini juga salah satu
tahapan yang penting untuk mengetahui kebenaran solusi yang didapat. Walaupun masih ada siswa yang menguji kembali jawaban yang didapat, tetapi tidak sedikit
yang mengabaikan pengujian hasil dan langsung menyimpulkan solusi masalah.
76
Jawaban siswa pada aspek menguji kembali secara visual dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.10 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Nomor 4
Gambar di atas adalah salah satu contoh jawaban siswa yang menyelesaikan masalah dan tidak lupa untuk menguji kembali solusi yang telah
didapatnya. Setelah dia mendapatkan nilai yang ditanyakan, kemudian dia menguji kembali nilai tersebut ke dalam model matematika yang sudah dibuat
sebelumnya. Namun tetap saja masih ada siswa yang belum memahami pentingnya tahapan ini dan mengabaikannya. Apalagi tahapan ini adalah tahap
yang terakhir jadi beberapa siswa beranggapan kurang penting untuk menguji kembali, asalkan sudah menemui jawaban masalah maka tidak perlu lagi menguji
jawaban tersebut padahal sebaliknya. b.
Kelas Kontrol Hasil akhir tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelaas kontrol pada bahasan sistem persamaan linear dua variabel memiliki
77
persentase terendah dalam langkah keempat yaitu melihat kembali atau memeriksa kembali.
Di bawah ini adalah salah satu contoh hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada aspek memahami masalah:
Gambar 4.11 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 3
Untuk tahap yang pertama yaitu tahap memahami masalah yang di dalamnya dapat mengukur kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman
masalah serta mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. Pada tahap ini, persentase kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelompok kontrol sebesar 67,1. Gambar 4.8 adalah salah satu contoh jawaban siswa pada kelompok kontrol, meskipun tidak lengkap tapi dapat
terlihat bahwa dia memahami masalah. Hal ini dapat dilihat dari permisalan variabel dan simbol matematika yang benar.
Jawaban siswa pada aspek melakukan rencana secara visual dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 4
78
Untuk tahapan melakukan rencana yang di dalamnya dapat mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai
bentuk dan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat, serta mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah. Persentase skor yang
didapat kelompok kontrol pada tahap ini adalah sebesar 42. Gambar 4.8 menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol menggunakan metode gabungan
eliminasi dan substitusi. Jawaban siswa pada aspek melakukan perhitungan secara visual dapat
dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 2
Untuk tahapan melakukan perhitungan yang di dalamnya dapat mengukur kemampuan siswa dalam membuat dan menafsirkan model matematika
dari suatu masalah dan menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Persentase skor kelompok kontrol pada tahap ini sebesar 46,4. Gambar 4.8 menunjukkan siswa
kelas kontrol tidak melakukan perhitungan, dia berhenti mencari solusi dan hanya sampai mendapatkan variabel saja. Hal ini mungkin karena dia masih kurang
memahami masalah yang ditanyakan. Jawaban siswa pada aspek menguji kembali secara visual dapat dilihat
sebagai berikut:
79
Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Kontrol Nomor 5
Untuk tahapan mengecek kembali yang di dalamnya dapat mengukur kemampuan siswa untuk menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai
bentuk. Persentase skor kelompok kontrol pada tahap ini sebesar 14,3. Gambar 4.8 menunjukkan jawaban kelas kontrol yang tidak menunjukkan langkah menguji
kembali variabel yang didapat. Dari semua uraian di atas, jelas terlihat bahwa pembelajaran dengan
pendekatan MEAs pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, yang diterapkan pada proses pembelajaran dalam penelitian di SMP Bhinneka
Tunggal Ika memberikan dampak baik yaitu siswa mampu menunjukkan pemahaman masalah matematika, mengorganisasi data dan memilih informasi
yang relevan dalam pemecahan masalah, menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk, memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
secara tepat, mengembangkan strategi pemecahan masalah, membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan menyelesaikan masalah
yang tidak rutin. Sebagian besar siswa meyusun rencana dengan mengerjakan soal menggunakan metode gabungan eliminasi dan substitusi dalam menyelesaikan
masalah. Siswa lebih percaya diri pada saat menyelesaikan soal persamaan linear dua variabel, sehingga terlihat lebih bersemangat, sehingga mampu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang mungkin dapat
dilaksanakan di kelas.
80
Meskipun ada beberapa siswa yang masih memiliki kekurangan dalam beberapa kemampuan pemecahan masalah. Namun dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang diajarkan dengan pendekatan konvensional, pada kelompok eksperimen siswa lebih aktif belajar dan lebih semangat belajar
matematika karena mereka dapat berdiskusi dengan teman yang lainnya dan berbagi pendapat. Sesdangkan pada kelompok kontrol, siswa hanya terpaku
kepada penjelasan dan ceramah dari guru sehingga kurang menunjukkan aktivitas dari siswa. Untuk selanjutnya pembelajaran dengan pendekatan MEAs dapat
memancing ide baru dari siswa dalam menyelesaikan masalah dan mencari solusi yang tepat untuk berbagai masalah sehari-hari.