47
4 -
Membuat rencana sesuai
dengan prosedur dan memperoleh
jawaban yang benar
- -
Skor maksimal 2 Skor maksimal 4
Skor maksimal 2 Skor maksimal 2
Untuk mengetahui persyaratan tes yang baik, sebelum digunakan instrumen penelitian tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu agar ketetapan
alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes. Maka sebelum soal tersebut diberikan kepada siswa,
soal itu harus dianalisis validitas, reliabilitasnya dan daya pembeda serta indeks kesukaran soal. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Reliabilitas berkaitan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Sehingga kedua hal tersebut sangat penting diuji terlebih dahulu, agar hasil yang didapatkan dapat memenuhi standar penilaian.
1. Validitas
Validitas digambarkan sebagai “suatu penetapan evaluasi terintegrasi tentang derajat bukti empiris dan dasar teoritis yang mendukung ketercukupan dan
kesesuaian tindakan dan kesimpulan yang berdasarkan pada skor tes atau model- model lain dari penilaian”.
42
Tes disebut valid apabila memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap aspek yang hendak diukur.
Pengujian validitas dilakukan menggunakan rumus Product Moment Pearson:
43 ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑
∑ ∑
42
Harun Rasyid, Penilaian Hasil Belajar, Bandung: Wacana Prima, 2009, h. 134.
43
H. M. Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005, h. 130
48
Keterangan: : Koefisien korelasi variabel X dan Y
N : Banyaknya peserta tes
X : Skor item soal
Y : Skor total
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka harus mengetahui hasil perhitungan r
hit
dibandingkan r
tabel
Product Moment pada dan derajat kebebasan dk = n-2. Jika hasil perhitungan
maka soal tersebut valid. Jika hasil penelitian maka soal tersebut
dinyatakan tidak valid.Setelah dihitung uji validitasnya, diperoleh dari 10 butir soal yang diujicobakan, dihasilkan 7 butir soal yang valid dan 3 butir soal yang
tidak valid. Terlampir
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Dalam konsep reliabilitas suatu instrumen, suatu instrumen yang telah memiliki sifat
kesahihan dan keandalan, maka instumen itu harus memberikan hasil yang konsisten atau stabil jika digunakan beberapa kali pada objek yang sama,
sepanjang materi yang dikukur tidak berubah.
44
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap.
45
Untuk menentukan reliabilitas soal uraian, penulis menggunakan rumus Koefisien Alpha Alpha Cronbach, yaitu:
46
∑
Keterangan: : Koefisien reliabilitas
: Banyaknya butir soal yang valid
44
Harun Rasyid, Mansur, op. cit., h.146-147.
45
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h. 86
46
Ibid, 109
49
∑ : Jumlah varians skor tiap-tiap item soal
: Varians skor total Setelah dilakukan perhitungan uji reliabilitas, diperoleh hasil
reliabilitasnya sebesar 0,7881 dan itu berarti bahwa taraf kepercayaan instrumen tersebut sebesar 78,81. Terlampir
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang memuat ketiga kriteria, yaitu: sukar, sedang, dan mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang, dan mudahnya
suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Untuk mengukur taraf kesukaran soal digunakan rumus:
∑
Keterangan: : Tingkat kesukaran
∑ : Jumlah skor butir i yang dijawab oleh kelompok atas dan bawah
: Jumlah siswa kelompok atas dan bawah : Skor maksimal soal yang bersangkutan
Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:
47
Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran
Nilai TK Interpretasi
Sangat sukar Sukar
Sedang Mudah
47
H. M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005, h.134
50
Setelah dilakukan perhitungan uji taraf kesukaran, diperoleh 2 butir soal dengan kriteria mudah, 4 butir soal dengan kriteria sedang, dan 4 butir soal
dengan kriteria sukar. Terlampir
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh
berkemampuan rendah.
48
Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang
menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus:
49
Keterangan: : Indeks daya pembeda suatu butir soal
: Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
: Banyaknya siswa pada kelompok atas : Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:
50
Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
Sangat jelek Jelek
48
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Ervaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 5, 2005, h. 211.
49
Ibid., h. 213-214.
50
H. M. Subana, Sudrajat, op. cit., h. 135.
51
Cukup Baik
Sangat baik Setelah dilakukan perhitungan uji daya pembeda, diperoleh 3 butir soal
dengan kriteria jelek, 3 butir soal dengan kriteria cukup, dan 4 butir soal dengan kriteria baik. Terlampir
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu suatu teknik analisis yang penganalisaannya dilakukan dengan perhitungan, karena
berhubungan dengan angka, yaitu dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang diberikan. Penganalisaannya dilakukan dengan membandingkan
hasil tes kelas kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional
dengan kelas
eksperimen yang
dalam pembelajarannya
menggunakan pendekatan Model Eliciting Activities MEAs. Dari data yang telah didapat, kemudian dilakukan perhitungan statistik
deskriptif dengan membuat distribusi frekuensi, hitungan mean, median, modus, varians, simpangan baku, ketajaman, dan kemiringan kurtosis. Kemudian
dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji Chi-kuadrat dan uji Fisher. Setelah itu dilakukan uji statistik inferensia dengan melakukan analisis perbandingan antara
kedua kelas tersebut untuk mengetahui kontribusi pendekatan Model Eliciting Activities MEAs terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Perhitungan statistik yang digunakan yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, pengujian normalitas
menggunakan uji Chi-kuadrat, adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
51
a. Menentukan hipotesis
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
51
H. M. Subana dan Sudrajat, op. cit., h. 149-150
52
Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b.
Menentukan rata-rata c.
Menetukan standar deviasi d.
Membuat daftar frekuensi e.
Rumus banyak kelas interval: aturan Struges ; dengan n = banyaknya subjek
1 Rentang R = skor terbesar – skor terkecil
2 Panjang kelas
f. Cari
dengan rumus ∑
Dengan F
o
adalah frekuensi interval dan F
e
= n Luas Interval. g.
Cari dengan derajat kebebasan dk = banyak kelas k
– 3 dan taraf kepercayaan 95 dan taraf signifikansi
. h.
Kriteria pengujian: 1
Terima jika
, maka diterima dan
ditolak subjek berdistribusi normal
2 Tolak
jika , maka
ditolak dan diterima
subjek tidak berdistribusi normal
2. Uji Homogenitias
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari skor pada kedua kelompok populasi, apakah kelompok tersebut homogen atau tidak.
Homogenitas data mempunyai arti atau makna bahwa data memiliki variansi atau keragaman nilai yang sama atau secara statistik sama. Jadi penekanan dari
homogenitas data adalah terdapat pada keragaman varians atau standar deviasi dari data tersebut.
52
Untuk uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher dengan taraf signifikan
. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
53
a. Menentukan hipotesis
52
Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010, h. 117.
53
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005, Cet. III, h. 249
53 Ho :
H1 :
b. Cari F
hitung
dengan rumus: c.
Tetapkan taraf signifikansiα = 5 d.
Hitung F
tabel
dengan rumus: Dimana derajat bebas db
1
= n
1
-1 untuk pembilang dan derajat bebas db
2
= n
2
-1 untuk penyebut, dan n adalah banyaknya anggota kelompok. e.
Tentukan kriteria pengujian H yaitu:
1 Jika
maka H diterima homogen dan H
1
ditolak. 2
Jika maka H
ditolak tidak homogen dan H
1
diterima.
3. Uji Hipotesis
Jika sampel yang diteliti memenuhi uji prasyarat analisis maka untuk enguji hipotesis, digunakan uji-t dengan taraf signifikan
Rumus uji-t yang digunakan yaitu: a.
Untuk sampel homogen
54
̅̅̅ ̅̅̅
√ Dengan
Dan derajat kebebasan dk = Keterangan:
̅̅̅ : Rata-rata
kemampuan pemecahan
masalah siswa
kelas eksperimen
̅̅̅ : Rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol
: Banyaknya sampel pada kelas eksperimen : Banyaknya sampel pada kelas kontrol
: Varians kelas eksperimen : Varians kelas kontrol
: Simpangan baku gabungan kelas eksperimen dan kelas kontrol
54
Sudjana, Ibid, h. 239
54
Setelah harga t
hitung
didapat, maka peneliti menguji kebenaran kedua hipotesis tersebut dengan membandingkan besarnya t
hitung
dengan t
tabel,
dengan terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasan dengan rumus: dk =
. Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga t
tabel
pada taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikansi 5. Dengan kriteria pengujiannya
sebagai berikut: Jika
maka H diterima.
Jika maka H
ditolak. b.
Untuk sampel yang tak homogen heterogen
55
1 Mencari nilai t
hitung
dengan rumus: ̅̅̅
̅̅̅ √
2 Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
3 Mencari t
tabel
dengan taraf signifikansi 4
Kriteria pengujian hipotesis: Jika
maka H ditolak dan H
1
diterima. Jika
maka H ditolak dan H
1
diterima c.
Jika data tidak berdistribusi normal maka untuk menguji kesamaan dua rata-rata digunakan statistik nonparametrik, yaitu uji Mann Whitney.
Rumus statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
56
√ Dimana
55
Sudjana,Ibid., h. 241.
56
Kadir, op. cit., h. 275.
55
Keterangan: : Statistik uji Mann Whitney
: Ukuran sampel pada kelompok 1 : Ukuran sampel pada kelompok 2
: Hasil kali ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2 : Jumlah ranking yang diberikan pada kelompok yang ukuran
sampelnya : Statistik uji Z yang berdistribusi normal N0,1
G. Hipotesis statistik
Hipotesis statistiknya adalah : Ho :
α
: Keterangan :
1
: rata-rata hasil kemapuan pemecahan masalah kelas yang diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities MEAs
: rata-rata hasil kemapuan pemecahan masalah kelas yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional
Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H
: Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities MEAs lebih
rendah atau sama dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
H
1
: Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities MEAs lebih
tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Tingkat signifikasi yang diambil dalam penelitian ini adalah derajat kepercayaan 95 atau
α = 5 . Dengan kriteria penerimaan sebagai berikut :
56
Terima Ho, jika t
hitung
≤ t
tabel,
ini berarti bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen sama dengan rata-
rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas kontrol. Tolak Ho, jika t
hitung
t
tabel,
ini berarti bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas kontrol.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SMP Bhinneka Tunggal Ika Jakarta Barat sebanyak 8 kali pertemuan pembelajaran. Peneliti mengambil dua kelas untuk
dijadikan sebagai kelas penelitian. Penempatan siswa SMP Bhinneka Tunggal Ika dilakukan secara merata artinya tidak ada kelas unggulan, maka karakteristik antar
kelas dapat dikatakan homogen. Sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan sampel
sebanyak dua kelas secara acak dari tiga kelas yang ada. Dari dua kelas tersebut diundi kembali, kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kontrol.
Dan kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen. Sedangkan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol. Total sampel yang digunakan sebanyak 60 siswa, 30 siswa kelas
eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Pada penelitian ini, kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan Pendekatan MEAs,
sedangkan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan pendekatan konvensional.
Tes kemampuan pemecahan masalah matematika ini diberikan kepada kedua kelompok siswa setelah menyelesaikan pokok bahasan mengenai Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel, dimana dalam proses pembelajarannya kedua kelompok siswa diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen
diajarkan dengan menggunakan Pendekatan MEAs sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan pendekatan konvensional, lalu kedua kelas tersebut diberikan tes
akhir yang sama berbentuk essay. Berikut ini akan disajikan data hasil perhitungan tes kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. 1.
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok eksperimen yang diperoleh, disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
58
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matetmatika Siswa Kelompok Eksperimen
No Interval Frekuensi
Absolut
i
f Titik
Tengah Frekuensi
komulatif
1 20
– 32 2
26 2
2 33
– 45 4
39 6
3 46
– 58 6
52 12
4 59
– 71 10
65 22
5 72
– 84 5
78 27
6 85
– 97 3
91 30
Jumlah
30
Mean
61.1 Tabel di atas menunjukkan data hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas eksperimen. Nilai-nilai siswa dikelompokkan agar lebih mudah terlihat bahwa frekuensi terendah berada pada rentang antara
20-32. Sedangkan frekuensi tertinggi berada pada rentang antara 59-71. Hal ini berarti hanya 2 siswa yang mendapat nilai paling rendah, dan siswa yang
mendapat nilai paling tinggi pun hanya sebanyak 3 orang. Sedangkan sebanyak 10 siswa mendapat nilai antara 59-71. Dari data di atas, dapat dilihat juga bahwa
banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan panjang tiap interval kelas adalah 13. Titik tengah digunakan untuk memudahkan menghitung Mean pada
data kelompok seperti di atas. Setelah dihitung maka didapat Mean atau rata-rata kelas yang diperoleh dari data di atas adalah 61,1. Dari frekuensi maupun mean
dapat diperkirakan hasil tes ini di atas rata-rata. Dari tabel di atas dapat dilihat Modus atau nilai yang sering muncul berada pada rentang antaran nilai 59-71. Hal
ini berarti kebanyakan siswa mendapat nilai diantara 59-71. Sedangkan Median atau nilai tengah yang diperoleh dari kelompok eksperimen tersebut dapat dilihat
melalui kolom frekuensi komulatif. Setengah dari jumlah siswa adalah 15 maka median berada pada rentang 59-71 karena frekuensi komulatifnya sebanyak 22.
59
Jadi perolehan nilai mean, median, dan modus pada data di atas menunjukkan bahwa modus mean median. Berarti data memiliki kecenderungan
mengumpul di atas rata-rata. Secara visual data pada kelas eksperimen dapat juga dilihat pada
histogram di bawah ini:
Gambar 4. 1 Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Kelompok Eksperimen
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada interval 59-71 yaitu sebanyak 10 siswa. Perolehan nilai yang didapat pada
kelas eksperimen tersebut menunjukkan bahwa data cenderung mengumpul di atas rata-rata karena kemiringan kurva sebesar 0,13 maka kurva memiliki ekor
19,5 32,5 45,5 58,5 71,5 97,5
84,5 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
Frekuensi
Nilai