Hakikat Pendekatan Model-Eliciting Activities MEAs
17
Model-Eliciting Activities MEAs secara ideal disusun untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan
nyata sehingga siswa memiliki konstruksi matematika yang kuat. MEAs membantu perkembangan pemikiran siswa karena siswa membuat model mereka
sendiri untuk memecahkan masalah-masalah matematika. Siswa tidak perlu berlama-lama mencari satu jawaban yang mungkin hanya diketahui oleh gurunya.
Untuk memperkenalkan MEAs, guru tidak mencontohkan proses algoritma untuk menyelesaikan permasalahan seperti yang dilakukan dalam langkah-langkah
pembelajaran biasa. Dalam MEAs siswa didorong untuk belajar mandiri, menemukan metode-metode dan model-model yang dapat memecahkan
permasalalahan. Dan kemudian mereka dituntut untuk dapat mengeluarkan ide pikiran dan berani mengemukakannya melalui model matematis, serta menguji
dan meninjau kembali model jika terdapat kesalahan. MEAs mempunyai tujuan agar siswa lebih memahami dan mendorong
siswa dalam pemecahan masalah, yaitu mendorong siswa membangun model matematika untuk memecahkan masalah yang kompleks, dan sarana bagi para
pendidik untuk lebih memahami pemikiran siswa.
15
Dalam Model-Eliciting Activities MEAs siswa menghasilkan alat konseptual rumus yang berisi
penggambaran eksplisit atau sistem penjelasan yang berfungsi sebagai model dimana siswa memberitahu aspek-aspek penting bagaimana siswa tersebut
menginterpretasi situasi pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas, pendekatan Model-Eliciting Activites
MEAs adalah pendekatan yang berpusat pada siswa dimana kegiatan yang dilakukan siswa diawali dengan menemukan suatu masalah dari kehidupan nyata
yang sering terjadi sekitar siswa, lalu mengambil informasi yang penting dan mengubahnya menjadi suatu model matematis yang dapat digunakan untuk situasi
sejenis dan kemudian mencari penyelesaian dari model tersebut serta menginterpretasikan solusi pemecahan masalah tersebut kembali ke dunia nyata.
15
Geetanjali Soni, Model-Eliciting Activities and Reflection Tools for Problem Solving, http:litre.ncsu.edusltoolkitMEAMEA.htm.
18
Lesh dan Doerr menyatakan enam prinsip untuk mengembangkan Model-Eliciting Activities MEAs, yaitu: The personal meaningfulness principle,
The model construction principle, The self-evaluation principle, The model- documentation principle, The simple prototype principle, dan The model
generalisation principle.
16
Chamberlin dan Moon memaparkan keenam prinsip tersebut sebagai berikut. Prinsip yang pertama adalah Prinsip Realitas The personal
meaningfulness principleThe reality principle. Prinsip ini disebut juga prinsip keberartian. Prinsip ini menyatakan bahwa skenario yang disajikan sebaiknya
realistis dan dapat terjadi dalam kehidupan siswa. Prinsip ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dan menstimuluskan aktivitas yang nyata, menerapkan
cara matematikawan ketika menyelesaikan permasalahan. Permasalahan yang lebih realistis lebih memungkinkan solusi kreatif dari siswa.
Prinsip yang kedua yaitu Prinsip konstruksi model The model construction principle. Prinsip ini menyatakan bahwa respon yang sangat baik
dari tuntutan permasalahan adalah penciptaan sebuah model. Sebuah model adalah sebuah sistem yang terdiri atas elemen-elemen, hubungan antar elemen,
operasi yang menggambarkan interaksi antar elemen, dan pola atau aturan yang diterapkan pada hubungan-hubungan dan operasi-operasi. Sebuah model menjadi
penting ketika sebuah sistem menggambarkan sistem lainnya. Prinsip ini berisi pengkonstruksian, pemodifikasian, perluasan, dan atau peninjauan kembali dari
sebuah model. Karakteristik MEAs yag paling penting ini mengusulkan disain aktivitas yang merangsang kreativitas dan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Chamberlin dan Moon menuturkan bahwa penciptaan model matematis membutuhkan suatu konsep yang kuat tentang pemahaman masalah sehingga
dapat membantu siswa menjelmakan pemikiran mereka. Keuntungan menciptakan model matematis adalah dapat memberikan pemahaman mendalam dan
memungkinkan siswa untuk mentransfer respon mereka kepada situasi serupa untuk melihat apakah model dapat digeneralisasikan. Pembelajaran MEAs
16
Richard Lesh, Helen M. Doerr, Beyond Constructivism: Models and Modeling Perspectives on Mathematics Problem Solving, Learning, and Teaching. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates Publishers, 2003, p. 43-44
19
membiasakan siswa dengan proses siklis dari pemodelan: menyatakan, menguji, dan meninjau kembali.
Prinsip yang ketiga yaitu Prinsip Penilian Diri The self-evaluation principleThe self-assessment. Prinsip penilaian diri menyatakan bahwa siswa
harus mampu mengukur kelayakan dan kegunaan solusi tanpa bantuan guru. Siswa dapat menggunakan informasi untuk menghasilkan respon dalam iterasi
berikutnya. Chamberlin dan Moon menyatakan bahwa prinsip penilaian diri terjadi saat kelompok-kelompok mencari jawaban yang tepat. Biasanya siswa
jarang menemukan jawaban terbaik pada usaha pertama dan mereka melakukan usaha berikutnya untuk memperoleh jawaban yang tepat. Kegiatan presentasi
membuat siswa menghakimi pemikiran mereka. Jika siswa tidak mampu mendeteksi kekurangan dalam cara pikir mereka, siswa tidak mungkin membuat
usaha-usaha penting untuk mengembangkan cara pikir mereka. Prinsip ke empat yaitu PrinsipDokumentasi Model The model
documentation principle. Prinsip ini menyatakan pemikiran mereka sendiri selama bekerja dalam MEAs dan bahwa proses berpikir mereka harus
didokumentasikan dalam solusi. Prinsip ini berhubungan dengan prinsip penilaian diri, yang menghendaki siswa mengevaluasi seberapa dekat solusi mereka dengan
dokumentasi. Tuntutan dokumentasi solusi melibatkan teknis penulisan. Prinsip ini juga membantu untuk memastikan bahwa guru yang menerapkan MEAs
memusatkan proses berpikir siswa selama pemecahan masalah, sebaik model akhir mereka.
Prinsip kelima yaitu PrinsipPrototipe Sederhana The simple prototype principle. Prinsip ini menyatakan bahwa model yang dihasilkan harus dapat
ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Siswa dapat menggunakan prototipe pada situasi yang sama. Prinsip ini membantu siswa belajar bahwa solusi kreatif
yang diterapkan pada permasalahan matematis adalah berguna dan dapat digeneralisasikan. Solusi terbaik dari masalah matematis non rutin harus cukup
kuat untuk diterapkan pada situasi berbeda dan mudah dipahami. Prinsip ke enam yaitu Prinsip Konstruksi kemampuan untuk dipakai
bersama dan digunakan kembali The Construct shareability and reusability
20
principle. Prinsip ini menyatakan bahwa model harus dapat digunakan pada situasi serupa. Jika model yang dikembangkan dapat digeneralisasi pada situasi
serupa, maka respon siswa dikatakan sukses. Prinsip ini berhubungan dengan prinsip prototipe sederhana. Berbagai respon dari siswa terhadap tugas
dimungkinkan untuk memiliki berbagai tingkat ketepatan. Tugas-tugas dalam MEAs merupakan tugas yang berat jika diselesaikan sendiri oleh seorang siswa,
karena itu tugas harus diselesaikan dalam kelompok. Kerja kelompok dalam MEAs bertujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja yang
mungkin menuntut individu lebih sering berinteraksi dengan teman sebaya. Enam prinsip di atas sangat penting dalam membimbing pengembangan
MEAs. Hal tersebut adalah tolok ukur yang harus selalu ditinjau kembali bahwa tugas yang ada ditulis dengan melihat pertumbuhan ide-ide pikiran siswa. Ide-ide
pikiran ini adalah di mana siswa membawa pengetahuan awalnya ke suatu situasi dan mengubahnya menjadi lebih berkembang dan terarah.
Cynthia dan Leavitt menyatakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk implementasi MEAs antara lain: pemilihan kelompok, relevansi MEAs, presentasi
kelompok dan peran guru selama MEAs berlangsung.
17
Distribusi siswa dengan kemampuan beragam adalah penting bagi keefektifan kerja sama siswa. Dalam
kegiatan MEAs, banyaknya siswa pada setiap kelompok biasanya tiga atau empat orang. Semua siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian di
dalam proses aktivitaas secara kolaboratif. Kelompok yang dibentuk harus dapat memfasilitasi siswa, siswa harus
merasa nyaman untuk berbicara dan mengemukakan ide mereka dalam kelompoknya. Pertukaran selama tahap sense-making ketika siswa menjelajah
gagasan mereka untuk mengembangkan model adalah penting bagi pengembangan model. Sebaiknya membentuk kelompok siswa dengan beragam
kemampuan dari tinggi, sedang, lemah berdasarkan hasil tes yang dikombinasikan dengan pengamatan kelas. Kelompok dapat dibentuk ulang berdasarkan penilaian
partisipasi siswa dan pesan individu.
17
Cynthia Ahn, Della Leavitt. Implementation Strategies for Model-Eliciting Activites: A Teachers Guide. 2007, h. 1 http:site.educ.indiana.eduPortals161PublicAhn2020Leav-
itt.pdf
21
Pentingnya memilih konteks aktivitas yang berarti bagi siswa. Relevansi MEAs membantu siswa memahami tujuan aktivitas dan lebih imajinatif dalam
mengemukakan ide dalam mengembangkan model matematis yang sesuai dengan konteks. Dan hal yang dapat dilakukan di kelas adalah memulai aktivitas
pemanasan sebelum siswa memulai MEAs. Presentasi kelompok dan saran-saran tertulis individu juga bagian penting
dalam kegiatan MEAs yang harus diperhatikan.Setelah diskusi kelompok usai, setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dalam sesi Tanya Jawab di
mana guru dan siswa lainnya memberikan pertanyaan tentang model.Tampilkan semua hasil pekerjaan setiap kelompok di depan kelas. Beri akses kepada siswa
untuk melihat catatan dan hasil perhitungan mereka yang disimpan secara aman dalam folder kelompok. Kembalikan jawaban kepada siswa tepat waktu dan
berikan waktu diskusi. Ketepatan waktu akan membantu siswa mengingat lebih baik tanggapan
mereka tentang model serta saran dan tanggapan. Memberikan waktu diskusi dapat memberi petunjuk kepada siswa untuk melanjutkan berpikir dan meninjau
ulang tugas MEAs mereka. Peran guru selama MEAs sangatlah penting. Guru memimpin pengenalan
kegiatan MEAs dan mendengarkan penjelasan siswa ketika menguraikan model- model matematik. Guru meninjau kembali materi dengan seluruh siswa dan
memastikan siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan siswa memahami tugas dan tujuan akhir. Guru juga harus dapat mengantisipasi semua
kemungkinan tantangan dari masalah. Guru harus mau mendengarkan penjelasan dan pemikiran siswa dan jangan
memberitahukan secara langsung kesalahan yang dilakukan siswa. Guru harus menghindari untuk memberikan hanya kepada pertanyaan khusus tentang arti dari
konteks permasalahan.Selama melaksanakan kreativitas, guru menanyakan secara informal yang mungkin ditanyakan pada sesi Tanya Jawab.