34
aturan-aturan matematika
5 mengevaluasi
alternatif pemecahan
6 mengembalikan jawaban model ke situasi dunia nyata.
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Pembelajaran
Pendekatan Model-Eliciting Activities
Model-Eliciting Activities MEAs dikembangkan oleh para peneliti pendidikan matematika untuk lebih memahami dan mendorong pemecahan
masalah matematika siswa. MEAs disusun untuk mendorong siswa membangun model matematika untuk memecahkan masalah yang rumit.
35
MEAs memang diciptakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sering terjadi dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas, khususnya bagi siswa agar dapat mengembangkan kemampuan matematikanya. Salah satu kemampuan matematika
yang ingin dicapai peningkatannya dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya di jenjang Sekolah Menengah
Pertama. Model-Eliciting Activities MEAs mengajak siswa ke dalam
pemecahan masalah yang non rutin dan menyediakan kesempatan untuk siswa agar
mengembangkan bakat
bermatematika kreatif.Pendekatan
MEAs membutuhkan penggunaan satu atau lebih konsep matematika yang tidak
ditentukan oleh masalah. Siswa harus membuat pengetahuan dan pemahaman baru untuk merumuskan sebuah model matematika yang dapat digeneralisasikan
dan yang dapat digunakan oleh orang lain untuk menyelesaikan permasalahan yang serupa.
36
Di dalam pendekatan MEAs terdapat masalah yang harus dipecahkan siswa melalui pembentukan model matematika dari sebuah situasi
masalah yang kemudian dicari penyelesaiannya menggunakan konsep-konsep dan aturan-aturan dalam matematika.
Model-Eliciting Activities MEAs asalnya didesain sebagai sebuat alat penelitian dengan tiga tujuan: 1 untuk menjadi gagasan dalam pikiran dimana
35
Geetanjali Soni, Model-Eliciting Activities and Reflection Tools for Problem Solving, http:litre.ncsu.edusltoolkitMEAMEA.htm
36
Chamberlin, S. A., Moon, S. M., Model-Eliciting Activities as a Tool to Develop and Indentify Creatively Gifted mathematicians, Journal of Secondary Gifted Education, 2005,
Vol. XVII, No. I
35
hasil dari kelompok-kelompok siswa akan mengungkapkan proses pemikiran dari para siswa, 2 untuk simulasi dari aplikasi dunia nyata, dan 3 untuk
mengidentifikasi kemampuan siswa yang tidak dapat diukur oleh tes yang terstandar.
37
MEAs harus dapat menjadi gagasan dalam pikiran sehingga para peneliti dapat memahami proses pemecahan masalah matematika yang digunakan
siswa. Dalam mempelajari proses pemecahan masalah matematika, MEAs diciptakan untuk mendapatkan model yang mengharuskan para siswa untuk
menghadirkan pemikiran mereka dalam menulis. Siswa ditempatkan pada situasi dunia nyata dalam MEAs. Para peneliti ingin memahami proses pemecahan
masalah matematika siswa di dalam konteks aplikasi dunia nyata. Penggunaan MEAs dalam konteks kehidupan dunia nyata membantu peneliti untuk
mengidentifikasi cara berpikir siswa yang tidak diungkapkan pada pemecahan masalah dalam buku teks.
Menurut penelitian yang dilakukan Moore, Model-Eliciting Activities MEAs telah terbukti berkerja sangat baik di dalam kelas. Aspek gagasan dalam
pikiran dari MEAs mengizinkan para pengajar untuk memahami apa yang siswa pikirkan ketika mengerjakan suatu permasalahan. Konteks dunia nyata dari MEAs
mengizinkan siswa untuk dapat memiliki pengalaman pemecahan masalah matematika yang lebih asli di dalam sebuah settting ruang kelas.
38
Dengan adanya penggunaan MEAs dalam ruang kelas, diharapkan pengajar dapat memahami
jalan pemikiran siswa ketika sedang melakukan kegiatan pemecahan masalah matematika. Dan dengan memasukkan permasalahan dunia nyata ke dalamnya
diharapkan dapat membangkitkan minat belajar siswa dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa karena mempelajari sesuatu
yang sudah sering mereka hadapi sehari-hari. Model-Eliciting Activities MEAs didesain untuk membantu siswa
sekolah menengah mengembangkan dasar konseptual untuk membuka ide lebih dalam dan lebih tinggi dalam matematika sebelum jenjang perkuliahan. Setiap
37
Tamara J. Moore. Model Eliciting Activities: A Case-Based Approach for Getting Student Interest in Material Science and Engineering, Minneapolis: Department of Curriculum
and Instruction, University of Minnesota, 2008
38
Ibid.
36
kegiatan MEAs meminta siswa untuk menginterpretasikan sebuah permasalahan nyata secara matematis dan membutuhkan penjelasan, tahapan dan metode secara
matematis untuk menghasilkan kesimpulan atau solusi yang sesuai dengan masalah.
39
Karena siswa menghasilkan sebuah model matematika dan bekerja dalam kelompok, mereka mengeluarkan dan mengungkapkan pemikiran mereka
melalui aktivitas di dalam solusi akhir mereka. Pemikiran mereka membantunya dalam merefleksikan sebaik apa pemikiran strategi awal mereka dalam
memecahkan permasalahan matematika dan membuat peninjauan kembali yang tepat untuk solusi masalah mereka.
Adapun tahapan pembelajaran pendekatanMEAs dalam penelitian ini yang mengambil materi mengenai SPLDVadalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan secara singkat gambaran mengenai materi.
2. Guru menjelaskan manfaat setelah mempelajari materi persamaan linear satu
variabel dan dua variabel dalam kehidupan sehari-hari. 3.
Guru mulai membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang tiap kelompok.
4. Guru memberikan LKS tentang PLSV yang berkaitan dengan masalah
kehidupan sehari-hari. 5.
Siswa mulai mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru dalam kelompoknya masing-masing.
6. Guru memastikan bahwa seluruh kelompok mengerti mengenai masalah yang
diberikan dalam LKS yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 7.
Siswa bekerja dalam kelompoknya berusaha menggunakan informasi untuk mengidentifikasikan pertanyaan yang memuat masalah.
8. Siswa menyederhanakan situasi masalah dunia nyata dan membangun model
matematis dari informasi yang didapat. 9.
Siswa mencari strategi memecahkan masalah dan mulai melakukan pemecahan masalah berdasarkan model matematis.
10. Siswa membuktikan solusi yang didapat ke kehidupan nyata.
39
Michelle Chamberlin. Design Principles for Teacher Investigations of Student Work, Mathematics Teachers Education and Development, Colorado: University of Northern Colorado,
2004, Vol. 6, p. 52-62