Uji Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis
Selanjutnya tahap yang ketiga yaitu create menciptakan siswa melaksanakan penyelesaian masalah.
Pada tahapan ini siswa membangun pengetahuannya sendiri dari hasil mengidentifikasi dan menganalisa tahapan
sebelumnya yang terkait dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Tahap create ini mengembangkan kemampuan siswa untuk menyatakan tentang hasil
yang berkaitan dengan masalah yang diberikan berdasarkan solusi dari tahapan sebelumnya
. Sehingga indikator kemampuan berpikir kreatif yang sesuai dan
dapat dikembangkan dari tahapan ini yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa secara orisinal. Tahap yang keempat yaitu mengkomunikasikan hasil penyelesaian
share. Dalam tahapan ini siswa menjelaskan hasil penyelesaian permasalahan yang diberikan dengan mempresentasikan hasil temuan mereka di depan guru dan
siswa lain. Tahap share ini mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu menjelaskan hasil pekerjaan yang telah mereka selesaikan. Sehingga indikator
kemampuan berpikir kreatif yang sesuai dan dapat dikembangkan dari tahapan ini
yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa secara terperinci.
Gambar 4.1 Siswa sedang Melakukan Tahapan Diskusi Kelompok
Gambar 4.2 Siswa sedang Mempresentasikan Jawaban LKS
Proses pembelajaran dengan LKS dalam tahapan pembelajaran tersebut diberikan pada kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional. Dalam proses pembelajaran konvensional guru menjelaskan materi kemudian memberikan contoh-contoh soal, melakukan tanya
jawab, memberikan latihan soal di papan tulis, siswa mengerjakan latihan dan mendiskusikannya dengan teman sebangkunya, guru membimbing siswa yang
mengalami kesulitan, siswa diberi kesempatan untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis dan guru mengoreksi kemudian membahasnya
bersama-sama. Tes akhir atau post test yang diberikan kepada kelas kontrol sama dengan
tes akhir atau post test yang diberikan kepada kelas eksperimen bedanya pada model pembelajaran yang digunakan di kelas. Tes ini diberikan untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif matematis yang terdiri dari empat indikator yaitu kelancaran, keluwesan, orisinal, dan keterincian. Pada tes kemampuan berpikir
kreatif matematis pada indikator kelancaran dan kerincian pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran SSCS terlihat paling menonjol di
antara semua indikator berpikir kreatif matematis yang diujikan. Hal ini bukan berarti pengaruh model pembelajaran SSCS memang lebih dominan pada kualitas
peningkatan kedua indikator tersebut. Terbukti pada kelas konvensional pun menunjukkan bahwa peningkatan aspek kelancaran dan kerincian juga menjadi
paling menonjol. Perbedaan jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol