proses pembelajaran harus diperbaiki. Ini menunjukan bahwa proses pembelajaran matematika yang diterapkan masih sangat lemah. Karena ternyata proses
pembelajaran saat ini masih kurang mendorong perkembangan berpikir kreatif siswa.
Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan mampu mendukung upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, yaitu model
pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS. Model pembelajaran SSCS ini meliputi empat fase, yaitu pertama fase search yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah, kedua fase solve yang bertujuan untuk merencanakan penyelesaian masalah, ketiga fase create yang bertujuan untuk melaksanakan
penyelesaian masalah, dan keempat adalah fase share yang bertujuan untuk mensosialisasikan penyelesaian masalah yang kita lakukan.
11
Pada model pembelajaran SSCS ini siswa berpikir secara aktif untuk mengatasi masalah matematika yang diberikan, menemukan cara penyelesaian
permasalahan yang beragam dengan bekerjasama, kemudian mampu menciptakan produk yang berupa solusi masalah sebagai cara untuk menyelesaikan masalah
dan dapat menampilkan hasil atau solusi secara kreatif, serta mampu mengkomunikasikan apa yang mereka tulis ataupun yang masih ada dalam
pikirannya. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat mengembangkan
keterampilan berpikir siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
SSCS Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permaslahan yang akan dibahas dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
11
Irwan, Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share SSCS dalam Upaya Meningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa. Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 12 No.1, Universitas Negeri Padang, 2011, h. 3.
2. Proses pembelajaran yang kurang mendorong perkembangan kemampuan berpikir siswa.
3. Model pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru kurang mendorong siswa untuk berpikir kreatif.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas pemahaman tentang variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1 Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS. Dengan langkah-langkah yaitu
mengidentifikasi masalah,
merencanakan penyelesaian
masalah, melaksanakan penyelesaian masalah, dan mensosialisasikan penyelesaian
masalah. 2 Kemampuan berpikir kreatif matematis yang akan diteliti dalam penelitian ini
dibatasi pada indikator kelancaran fluency, keluwesan flexibility, keorisinalan originality, kerincian elaboration.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
SSCS lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah membandingkan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diterapkan model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
yang diterapkan pembelajaran konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah seagai
berikut: 1. Bagi guru
Bagi para guru mata pelajaran matematika, model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS dapat digunakan dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. 2. Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create
and Share SSCS. 3. Bagi peneliti
Bagi para peneliti model pembelajaran Search, Solve, Create and Share
SSCS dapat dijadikan referensi baru.
7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Menurut Peter, “berpikir thinking adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat remembering dan memahami comprehending
”.
1
Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak untuk mengembangkan
pikirannya hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan
berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Sedangkan menurut Suryabrata berpikir merupakan proses yang dinamis
yang dapat dilukiskan menurut proses jalannya pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
2
Pendapat Suryabrata di atas menunjukkan jika seseorang dihadapkan pada situasi tertentu, maka dalam berpikir orang tersebut akan menyusun informasi
yang ada sebagai pengertian-pengertian, kemudian membuat pendapat yang sesuai dengan pengetahuannya, dan akan membuat kesimpulan yang digunakan untuk
membahas atau mencari solusi tersebut. Hal terebut menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami
sesuatu masalah yang dihadapi, maka ia melakukan aktivitas berpikir. Sebagaimana yang dikatakan Ruggiero, berpikir merupakan suatu aktivitas mental
untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.
3
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah kegiatan yang melibatkan proses mental
seseorang dalam memecahkan masalah yang memerlukan kemampuan mengingat dan memahami.
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Prroses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 8, h. 230.
2
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa
University Press, 2008, h. 12.
3
Ibid, h.13.