Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

kedua, yaitu keluwesan flexibility, persentase skor siswa kelas eksperimen sebesar 36,46, skor ini lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 29,29. Persentase skor siswa kelas eksperimen untuk indikator ketiga sebesar 46,88, sedangkan kelas kontrol sebesar 21,21. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas eksperimen untuk indikator orisinal originality yang diberikan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Presentase skor siswa untuk indikator keempat yaitu kerincian elaboration kelas eksperimen sebesar 79,69, sedangkan kelas kontrol sebesar 66,16. Hal ini menunjukan kelas eksperimen lebih mampu untuk merinci jawaban dari masalah yang diberikan. Selisih persentase skor antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional pada indikator orisinal originality terlihat paling besar yaitu 25. Secara lebih jelas presentase skor rata-rata siswa berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram berikut ini: Diagram 4.2 Persentase Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif 70,31 36,46 46,88 79,69 59,38 30,21 21,88 68,23 10 20 30 40 50 60 70 80 90 kelancaran keluwesan orisinal elaborasi P er sent a se Indikator kelas eksperimen kelas kontrol

2. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis

Sebelum menguji kesamaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperlukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. Data hasil perhitungan normalitas dan homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol Eksperimen Kontrol Chi-Square df Asymp. Sig. 16,12 9 ,06 10,33 9 ,32 Hasil uji normalitas dengan analisis Chi-Square pada taraf signifikansi = 0,05 menunjukkan data skor hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, hal ini didapat dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelas tersebut kontrol = 0,32 dan eksperimen = 0,06 lebih besar daripada harga = 0,05. Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kelas Ekperimen dan Kontrol Levene’s Test for Equality of Variances F Sig. Skor Equal variances assumed ,10 ,75 Equal variances not assumed Hasil uji homogenitas pada taraf signifikansi = 0,05 menunjukkan data skor hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, hal ini didapat dengan membandingkan nilai signifikansi yang tertera pada hasil pengujian homogenitas tersebut signifikansi = 0,75 lebih besar daripada harga = 0,05. Pengujian normalitas dan homogenitas telah menunjukkan bahwa skor kemampuan berpikir kreatif matematis pada kedua kelompok berdistribusi normal dan varians kedua kelompok juga sama atau homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian kesamaan dua rata-rata. Data hasil perhitungan kesamaan dua rata-rata disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Kelas Ekperimen dan Kontrol t-test for Equality of Means t df Sig. 2-tailed 3,94 63,00 ,000205 Pada penelitian ini menggunakan analisis satu ekor, sehingga nilai Sig. 1- tailed adalah 0,0001025 didapat dari hasil membagi dua nilai Sig. 2-tailed. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji kesamaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk kemampuan berpikir kreatif matematis menunjukkan untuk menolak H dan menerima H 1 . 1 menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS lebih tinggi dari pada rata- rata kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapat pembelajaran konvensional pada taraf kepercayaan 95. Hal ini dapat diidentifikasi dari nilai signifikansi perhitungan signifikansi = 0,0001025 yang bernilai kurang dari nilai = 0,05.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini diketahui bahwa perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menunjukan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena model pembelajaran SSCS merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, melatih siswa menyelesaikan suatu permasalahan dengan tahapan atau langkah penyelesaian secara mandiri, guru tidak lagi menjadi pusat pada proses pembelajaran tetapi sebagai fasilitator yang membimbing proses pembelajaran di kelas sehingga melatih siswa untuk berpikir kreatif. Sedangkan pada pembelajaran konvensional guru merupakan sumber dari proses pembelajaran. Siswa hanya pasif mendengarkan penjelasan guru sehingga kemampuan berpikir kreatifnya tidak berkembang. Model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan pembelajaran, yaitu : mengidentifikasi masalah search, merencanakan penyelesaian dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan solve, menyatakan tentang hasil yang berkaitan dengan masalah yang diberikan berdasarkan solusi dari tahapan sebelumnya create, mengkomunikasikan hasil penyelesaian share. Dalam proses pembelajaran siswa diberikan Lembar Kerja Siswa LKS dan menyelesaikannya secara berkelompok. Tahapan pertama dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS yaitu : mengidentifikasi masalah search, Siswa diberikan suatu kasus atau permasalahan diawal, kemudian siswa diminta untuk menuliskan informasi dari masalah yang diberikan. Pada tahap search ini, mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat memberikan banyak gagasan terhadap masalah yang diberikan. Sehingga indikator kemampuan berpikir kreatif yang sesuai dan dapat dikembangkan dari tahapan ini yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa secara lancar. Tahap kedua yaitu merencanakan penyelesaian dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan solve. Pada tahapan ini siswa merencanakan cara untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan kemudian menyelesaikannya. Tahap solve ini mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat dugaan mengenai beberapa solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dan menyelesaikannya dengan langkah-langkah terperinci. Sehingga indikator kemampuan berpikir kreatif yang sesuai dan dapat dikembangkan dari tahapan ini yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa secara luwes dan terperinci. Selanjutnya tahap yang ketiga yaitu create menciptakan siswa melaksanakan penyelesaian masalah. Pada tahapan ini siswa membangun pengetahuannya sendiri dari hasil mengidentifikasi dan menganalisa tahapan sebelumnya yang terkait dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Tahap create ini mengembangkan kemampuan siswa untuk menyatakan tentang hasil yang berkaitan dengan masalah yang diberikan berdasarkan solusi dari tahapan sebelumnya . Sehingga indikator kemampuan berpikir kreatif yang sesuai dan dapat dikembangkan dari tahapan ini yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa secara orisinal. Tahap yang keempat yaitu mengkomunikasikan hasil penyelesaian share. Dalam tahapan ini siswa menjelaskan hasil penyelesaian permasalahan yang diberikan dengan mempresentasikan hasil temuan mereka di depan guru dan siswa lain. Tahap share ini mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu menjelaskan hasil pekerjaan yang telah mereka selesaikan. Sehingga indikator kemampuan berpikir kreatif yang sesuai dan dapat dikembangkan dari tahapan ini yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa secara terperinci. Gambar 4.1 Siswa sedang Melakukan Tahapan Diskusi Kelompok

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Pengaruh model search, solve, create and share terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis

1 18 214

Penerapan Model Pemecahan Masalah Matematis Tipe Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Dasar.

1 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen di salah satu SMP Negeri di Lembang.

0 2 40

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TIPE SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI.

0 4 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

0 0 44

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA SMA.

0 6 57

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa MTs melalui Model Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dengan Metode Hypnoteaching - repository UPI T MTK 1303183 Title

0 0 5