Indikator Kedua, yaitu keluwesan. Indikator ini terdapat pada soal nomor 6 Indikator Ketiga, yaitu orisinal. Indikator ini terdapat pada soal nomor 4

b. Cara menjawab siswa kelas kontrol Gambar 4.8 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Indikator Orisinal Pada soal nomor 4 tersebut, siswa diminta untuk memberikan gagasan yang unik berdasarkan masalah yang diberikan. Dilihat dari jawaban siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada aspek indikator orisinal tersebut terlihat jelas perbedaannya. Siswa kelas eksperimen menjawab soal tersebut dengan langkah pengerjaan yang telah terarah, sedangkan siswa kelas kontrol menjawab soal tersebut dengan langkah pengerjaan yang belum terarah. Jawaban siswa kelas ekperimen lebih baik daripada jawaban siswa kelas kontrol. Hal ini terlihat juga dari hasil perhitungan persentase skor siswa kelas eksperimen sebesar 46,88 sedangkan persentase skor siswa kelas kontrol yaitu sebesar 21,88.

4. Indikator Keempat, yaitu kerincian. Indikator ini terdapat pada soal nomor 1

berikut: “Evan dan keluarganya pergi ke rumah makan “Sari Rasa”. Di rumah makan tersebut tersedia menu makanan dan minuman sebagai berikut: Evan diminta ayahnya memesan satu makanan dan satu minuman, ada berapa pilihan yang dapat dipesan Evan? Jika terdapat menu baru yaitu mie ayam dan es buah, maka berapa pilihan yang dapat dipesan Evan dengan adanya menu baru? Sajikanlah hasil yang diperoleh, kemudian tulislah ruang sampelnya” RM. SARI RASA Makanan: Minuman: - Soto - Jus alpukat - Nasi goreng - Es jeruk - Pecel - Es teh manis - Bakso a. Cara menjawab siswa kelas eksperimen Gambar 4.9 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen pada Indikator Kerincian b. Cara menjawab siswa kelas kontrol Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Indikator Kerincian Pada soal nomor 1 tersebut siswa diminta untuk merinci jawaban dari masalah yang diberikan. Dari gambar hasil jawaban siswa terlihat bahwa siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol mampu menjawab soal tersebut dengan benar, hanya saja dari kelas kontrol beberapa siswa belum menjawab soal tersebut secara rinci. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan persentase skor siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontol. Persentase skor siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 79,69 sedangkan persentase untuk siswa kelas kontrol yaitu sebesar 68,23. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi dengan baik kemampuan berpikir kreatif matematis siswa terutama pada indikator pertama dan indikator keempat, yaitu kelancaran fluency dan kerincian elaboration. Pada indikator kedua dan indikator ketiga yaitu keluwesan flexibility dan orisinal originality juga berpengaruh, meskipun pengaruhnya tidak sebesar pada indikator pertama dan keempat. Pada uraian di atas terlihat pula selisih persentase skor antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional pada indikator orisinal originality paling besar yaitu 25, dikarenakan pada model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS terdapat tahapan-tahapan yang membuat siswa mengembangkan gagasannya secara unik atau orisinal, terutama pada tahapan create. Pada tahapan create ini siswa membangun pengetahuannya sendiri dari hasil mengidentifikasi dan menganalisa tahapan sebelumnya yang terkait dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari, kemudian pada model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS siswa dibimbing untuk memperluas pengetahuan mereka dengan mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap masalah matematika, sehingga melatih siswa untuk berpikir kreatif secara orisinal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Pizzini yang menyatakan bahwa model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS dapat membuat siswa memperoleh pengalaman langsung dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan mengolah informasi secara mandiri, sehingga melatih siswa untuk berpikir kreatif. 1 Hal tersebut sejalan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Naili Inayati yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, and Share SSCS terhadap Kreativitas Siswa”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa skor rata-rata antara kelas eksperimen yang menggunakan problem posing model SSCS dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional berbeda cukup jauh, dimana skor rata- rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor rata-rata kelas kontrol. 2 Dengan demikian, maka siswa yang diajar dengan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

C. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal. Walaupun demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan peluang saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Penelitian dilakukan hanya dalam waktu sekitar satu bulan, sehingga pengaruh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS terhadap kemampuan berpikir kreatif masih kurang maksimal. 3. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel model pembelajaran Search, Solve, Create and Share SSCS, kemampuan berpikir kreatif matematis, dan hasil belajar matematika siswa. Variabel lain 1 Edward Pizzini, SSCS Implementation Handbook, Iowa: The University of Iowa, 1991, h. 6. 2 Naili Inayati, Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share SSCS terhadap Kreativitas Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013, h.7.

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Pengaruh model search, solve, create and share terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis

1 18 214

Penerapan Model Pemecahan Masalah Matematis Tipe Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Dasar.

1 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen di salah satu SMP Negeri di Lembang.

0 2 40

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TIPE SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI.

0 4 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

0 0 44

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA SMA.

0 6 57

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa MTs melalui Model Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dengan Metode Hypnoteaching - repository UPI T MTK 1303183 Title

0 0 5