Ketika ditanyakan mengapa memilih wajan berbahan besi, empat dari lima pedagang yang menggunakan wajan berbahan besi memberi anggapan karena
wajan tersebut lebih tebal, kuat sehingga lebih tahan lama walaupun harganya jauh lebih tinggi dibanding wajan yang berbahan aluminium, sementara satu
pedagang lagi beranggapan bahwa jika menggunakan wajan berbahan aluminium, lebih ringan untuk dibawa dan ketika proses penggorengan, pemanasan lebih
cepat terjadi, sehingga proses penggorengan lebih cepat dan bahan yang akan digoreng lebih banyak.
b. Sikap Pedagang Mengenai Kadar Timbal
Hasil penelitian menunjukkan secara rinci bahwa responden S1 memperoleh total skor sebesar 18 56,25 dengan pembagian skor 4 pada
pernyataan nomor 1 dan 2, yang berarti sangat setuju bahwa lokasi berdagang dan peralatan memasak harus bebas pencemaran asap kendaraan bermotor, skor3 pada
pernyataan nomor 3 dan 4, yang berarti setuju bahwa dengan membiarkan wajan terbuka lebar sama halnya dengan memperbesar peluang minyak tercemar,
sehingga diperlukan penghalang wajan serta skor 1 pada pernyataan nomor 5,6,7 dan 8, yang berarti tidak setuju untuk menyediakan tempat khusus penyimpanan
peralatan memasak, menggunakan wajan berbahan aluminium, memakai minyak bekas penggorengan sehari sebelumnya dan mencampurkan antara minyak goreng
bekas dan baru saat hendak mengganti. Responden S2, S3, S4 dan S5 memperoleh skor yang sama yaitu, skor 4 pada pernyataan nomor 1 dan 2, skor 3 pada
pernyataan 3, 4 dan 6, serta skor 1 pada pernyataan nomor 5, 7 dan 8 sebesar
20 32
Universitas Sumatera Utara
x100 = 62,5. Karena 62,5 75, maka dapat ditentukan bahwa sikap responden S2, S3, S4 dan S5 juga tidak baik.
c. Tindakan Pedagang Mengenai Kadar Timbal
Dalam hal ini, tindakan merupakan bentuk nyata perilaku pedagang gorengan dalam menghindarkan makanan olahnnya dari cemaran timbal Pb.
Tindakan yang sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi makanan akan beresiko lebih kecil tercemar polutan baik dari udara, air maupun penjamah itu sendiri.
Tindakan ini juga merupakan penentu akhir besar-kecilnya kadar timbal yang terkandung dalam minyak goreng yang digunakan oleh para pedagang gorengan
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden membuka usaha
dagangnya di pinggir jalan dengan alasan banyak calon pembeli yang dapat melihat serta membelinya. Seluruh responden juga tidak menggunakan minyak
goreng berstandar SNI dan selalu menggunakan minyak bekas penggorengan sehari sebelumnya dengan alasan penghematan, tidak menyediakan tempat
menyimpan peralatan masak dan memisahkan minyak baru dan bekas saat penggantian dengan alasan tidak efektif.
Berdasarkan hasil yang menunjukkan bahwa semua responden memiliki perilaku yang tidak baik dalam mengolah jajanan gorengan, sehingga diduga
menjadi penyebab tingginya kadar timbal dalam sampel minyak goreng tersebut. Hal ini didukung oleh lokasi berdagang mereka yang berada tepat di pinggir jalan
yang ramai akan lalu lalang kendaraan bermotor, sehingga cemaran timbal melalui
Universitas Sumatera Utara
asap kendaraan bermotor menjadi lebih tinggi pada minyak goreng yang digunakan oleh pedagang gorengan.
d. Pengetahuan Pedagang Mengenai Kadar Bilangan Peroksida