Menurut Sudarmaji 1982, sebagai indikator bahwa minyak atau lemak yang telah mengalami oksidasi sebagai tanda terjadinya proses ketengikan adalah
dengan menentukan bilangan peroksida pada minyak atau lemak tersebut. Nilai ambang batas kandungan bilangan peroksida minyak goreng yang ditetapkan
dalam SNI 01-3741 Tahun 2013 per 100 gram minyak adalah sebesar 10 mek O
2
kg minyak. Chairunissa 2013 dalam penelitiannya mendapatkan bahwa kadar bilangan peroksida sebagai indikator ketengikan minyak goreng pada pedagang
gorengan di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melewati baku mutu, yakni mencapai 15,11 mek O
2
kg. Secara umum, mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak yang sudah mengalami proses ketengikan dapat
mengakibatkan timbulnya gejala keracunan yang ditandai dengan iritasi saluran pencernaan, diare, pembengkakan organ tubuh, penyakit terkait pembuluh darah
bahkan penyakit degeneratif berbahaya lainnya seperti kanker Muchtadi, 1989.
1.2 Rumusan Masalah
Banyaknya pedagang gorengan yang membuka usahanya di persimpangan Kelurahan Kenangan yang sangat dekat dengan lalu lalang kendaraan bermotor
dan kebiasaan menggunakan minyak goreng secara berulang serta membiarkan wajan penggorengan dalam keadaan terbuka dalam jangka waktu yang panjang
dapat mengakibatkan 2 dua bahaya sekaligus, yaitu adanya cemaran logam berat timbal Pb pada minyak goreng dan terjadinya peristiwa ketengikan minyak
goreng, sehingga diperlukan analisis mengenai kadar timbal Pb dan ketengikan yang dinyatakan dalam bilangan peroksida pada minyak goreng yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
secara berulang oleh pedagang gorengan di persimpangan di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kandungan timbal Pb dan kadar bilangan peroksida pada minyak goreng sebagai indikator kualitas minyak goreng yang digunakan
secara berulang oleh pedagang gorengan di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar timbal Pb dan kadar bilangan peroksida sebagai
indikator ketengikan, apakah memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam SNI 01-3741 Tahun 2013.
2 Untuk mengetahui perilaku pengetahuan, sikap dan tindakan para
pedagang gorengan akan pencemaran timbal pada minyak goreng dan penggunaan minyak goreng bekas dalam proses penggorengan bahan
makanan yang dijajakan.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bermanfaat oleh masyarakat sebagai informasi seberapa aman makanan gorengan yang dijual di Kelurahan Kenangan Kecamatan
Percut Sei Tuan. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang kadar
cemaran timbal Pb dan ketengikan pada minyak goreng, khususnya cara penentuan kadar timbal Pb dan bilangan peroksida pada minyak
goreng yang digunakan oleh pedagang gorengan di Kelurahan Kenangan Perumnas Mandala.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga penelitian ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan dapat bermanfaat
bagi khalayak ramai.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara merupakan salah satu bentuk dari berbagai bentuk pencemaran lingkungan, dimana yang terjadi adalah penurunan kualitas udara
yang diakibatkan oleh hadirnya satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan serta kerusakan properti. Adapun setiap substansi yang bukan merupakan komposisi penyusun
udara disebut sebagai polutan Ariens, 1986. Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan yang tengah
dihadapi oleh negara berkembang. Pencemaran udara dibedakan atas pencemaran udara di luar rumah dan pencemaran udara di dalam rumah. Pembagian ini sangat
penting berdasarkan upaya pencegahannya, di mana pencemaran udara di dalam rumah dapat diatasi dengan upaya penduduk dan pencemaran di luar rumah
memerlukan bantuan pemerintah. Sumber utama dari pencemaran udara itu sendiri ada 4, yakni transportasi, penduduk, kegiatan industri dan pembakaran
sampah Atmakusumah, dkk, 1996 Sebenarnya udara sendiri cenderung mengalami pencemaran oleh
kehidupan dan kegiatan manusia serta proses alam lainnya. Dalam batas-batas tertentu, alam mampu membersihkan udara dengan cara membentuk suatu
keseimbangan ekosistem yang disebut removal mechanism. Proses yang terjadi
Universitas Sumatera Utara