Keberadaan Bakteri Escherichia Coli pada Jajanan Sate Asongan

Menurut Agoes 2008 yang menyatakan tangan penjamah makanan dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit pada konsumen, karena di tangan terdapat mikroorganisme yang dapat menempel pada makanan.

5.4 Keberadaan Bakteri Escherichia Coli pada Jajanan Sate Asongan

Berdasarkan Permenkes RI 1096MenkesPerVI2011 tentang jasa boga, pada makanan memenuhi syarat kesehatan jika jumlah Escherichia coli adalah 0 per gram makanan. Dalam hal ini keberadaan bakteri Escherichia coli pada jajanan sate asongan di Pasar Bengkel Serdang Bedagai diharapkan memenuhi syarat kesehatan. Pemeriksaan terhadap Escherichia coli yang diperiksa berdasarkan pemeriksaan sampel pada 10 objek penelitian jajanan sate asongan peneliti mengambil sampel yang menurut peneliti sangat beresiko terhadap masuknya bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU, didapatkan hasil dari 10 objek penelitian jajanan sate asongan di Pasar Bengkel Serdang Bedagai, semua sampel tidak mengandung Escherichia coli yang artinya memenuhi syarat kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa jajanan sate asongan bebas dari cemaran bakteri Escherichia coli. Peneliti menduga tidak ditemukannya cemaran bakteri Escherichia coli karena proses memasak yang baik yaitu 100 o C selama kurang lebih 1 jam, oleh karena itu E.coli tidak dapat tumbuh, karena e.coli akan mati jika dipanaskan pada suhu tersebut, selain itu pada penjajahannya penjual sate asongan tidak bersentuhan dengan makananya sate asongan melainkan hanya bersentuhan dengan lidi dari sate asongan tersebut sehingga cemaran yang di duga terdapat pada tangan penjual tidak sampai pada jajanan sate asongan dan hanya 3 7,5 pedagang yang dekat Universitas Sumatera Utara dengan pembuangan sampah. Hal ini juga dapat meminimalisir hinggap nya lalat sehingga makanan jajajanan sate asongan tidak tercemar serta waktu pengambilan sampel yang singkat setelah jajanan sate asongan dimasak pada suhu 100 o C, karena masa inkubasi e.coli adalah berkisar 4-7hari. Hal ini memungkinkan jajanan sate asongan tidak terkontaminasi cemaran bakteri Escherichia coli, karena bakteri Escherichia coli tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama, dan akan mati pada suhu 100 o C selama 30 menit, selain itu apabila jajanan sate asongan tidak habis dalam waktu 1 hari, mereka akan memanaskan memasak kembali dengan suhu 100 o C sehingga bakteri e.coli belum sempat tumbuh, dan responden mengatakan bahwa tidak pernah memanaskan hingga 2 kali. Adam dan Moterjemi, 2003. Jumlah Escherichia coli yang melebihi standar yang telah ditetapkan dalam Permenkes RI 1096MenkesPerVI2011 yaitu 0 per gram makanan akan beresiko terhadap kesehatan konsumen. Escherichia coli penghasil toksin umumnya mengakibatkan diare berdarah dan dapat menyebabkan uremia hemolitik Djaafar, 2007. Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia dan hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. Bakteri koliform yang berasal dari hewan dan tanaman mati disebut koliform nonfekal, misalnya enterobacter aerogenes Fardiaz, 2011. Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup di dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform merupakan bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fecal adalah indikator Universitas Sumatera Utara adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fecal menjadi indikator pencemaran karena jumlah koloninya berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Contoh bakteri coliform adalah Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes Pelezar, 2005. 5.5 Keberadaan Bakteri Salmonella pada Jajanan Sate Asongan Hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboraturium Mikrobiologi FMIPA USU terhadap sampel jajanan sate asongan di Pasar Bengkel Serdang Bedagai, di ketahui bahwa hasilnya adalah negatif Salmonella sp. Disini terlihat bahwa 10 sampel jajanan sate asongan yang diperiksa memenuhi syarat kesehatan dan layak untuk di konsumsi masyarakat. Seperti yang telah diuraikan diatas tentang keberadaan E.coli pada jajanan sate asongan, peneliti menduga tidak ditemukannya cemaran bakteri Salmonella karena proses memasak yang baik yaitu 100 o C selama kurang lebih 1 jam, oleh karena itu Salmonella tidak dapat tumbuh, karena memiliki sifat sensitive terhadap panas dan segera hancur dengan suhu pasteurisasi Salmonella akan mati jika dipanaskan pada suhu tersebut, selain itu pada penjajahannya penjual sate asongan tidak bersentuhan dengan makanannya sate asongan melainkan hanya bersentuhan dengan lidi dari sate asongan tersebut sehingga cemaran yang di duga terdapat pada tangan penjual tidak sampai pada jajanan sate asongan dan hanya 3 7,5 pedagang yang dekat dengan pembuangan sampah. Hal ini juga dapat meminimalisir hinggap nya lalat sehingga makanan jajajanan sate asongan tidak tercemar serta waktu pengambilan sampel yang singkat setelah jajanan sate asongan dimasak pada suhu 100 o C, karena masa inkubasi Salmonella adalah berkisar 3-5 hari. Selain itu, apabila Universitas Sumatera Utara jajanan sate asongan tidak habis dalam waktu 1 hari, mereka akan memanaskan memasak kembali dengan suhu 100 o C sehingga bakteri Salmonella belum sempat tumbuh, dan responden mengatakan bahwa tidak pernah memanaskan hingga 2 kali. Salmonella sp. mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah sedikit, tetapi tidak selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah Salmonella di dalam suatu makanan, semakin besar timbulnya gejala infeksi pada orang yang menelan makanan tersebut, dan semakin cepat waktu inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi. Gejala Salmonellosis yang paling sering terjadi adalah gatroenteritis. Selain gastroenteritis, beberapa spesies Salmonella juga dapat menimbulkan gejala penyakit lainnya yaitu berupa demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid serta infeksi lokal Supardi, 1999. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Hubungan Higiene Perorangan, Perilaku Pedagang dan Sanitasi Tempat Penjualan dengan Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2016

1 20 160

Analisis Higiene Penjualan Dan Perilaku Penjual Serta Keberadaan E.coli Dan Salmonella Sp. Pada Jajanan Sate Asongan Di Pusat Jajan Pasar Bengkel Serdang Bedagai Tahun 2015

0 0 15

Analisis Higiene Penjualan Dan Perilaku Penjual Serta Keberadaan E.coli Dan Salmonella Sp. Pada Jajanan Sate Asongan Di Pusat Jajan Pasar Bengkel Serdang Bedagai Tahun 2015

0 0 2

Analisis Higiene Penjualan Dan Perilaku Penjual Serta Keberadaan E.coli Dan Salmonella Sp. Pada Jajanan Sate Asongan Di Pusat Jajan Pasar Bengkel Serdang Bedagai Tahun 2015

0 0 6

Analisis Higiene Penjualan Dan Perilaku Penjual Serta Keberadaan E.coli Dan Salmonella Sp. Pada Jajanan Sate Asongan Di Pusat Jajan Pasar Bengkel Serdang Bedagai Tahun 2015

0 1 22

Analisis Higiene Penjualan Dan Perilaku Penjual Serta Keberadaan E.coli Dan Salmonella Sp. Pada Jajanan Sate Asongan Di Pusat Jajan Pasar Bengkel Serdang Bedagai Tahun 2015

0 0 3

Analisis Higiene Penjualan Dan Perilaku Penjual Serta Keberadaan E.coli Dan Salmonella Sp. Pada Jajanan Sate Asongan Di Pusat Jajan Pasar Bengkel Serdang Bedagai Tahun 2015

0 0 11

Hubungan Higiene Perorangan, Perilaku Pedagang dan Sanitasi Tempat Penjualan dengan Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Higiene Perorangan, Perilaku Pedagang dan Sanitasi Tempat Penjualan dengan Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Higiene Perorangan, Perilaku Pedagang dan Sanitasi Tempat Penjualan dengan Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2016

0 0 9