diskusi dan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: 1 siswa merasa senang dalam proses pembelajaran karena guru juga menggunakan
media pembelajaran yang menarik bagi siswa berupa gambar; 2 siswa lebih mudah dalam memahami materi karena guru memberikan
bimbingan secara menyeluruh; 3 hasil belajar siswa dalam pembelajaran mengarang dapat meningkat. Sedangkan untuk kekurangan
dalam kegiatan pembelajaran siklus II tidak terlihat dominan. Perbaikan yang dapat diberikan adalah guru harus dapat menciptakan inovasi baru
dalam pembelajaran selanjutnya sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan bermakna.
B. Pembahasan
1. Pemaknaan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas siswa pada siklus I dapat ditunjukkan dengan rata-rata skor sebesar 76,7 dengan kriteria baik B.
Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata skor sebesar 85,5 dengan kriteria sangat baik A. Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa
telah terjadi peningkatan aktivitas siswa pada dari siklus I ataupun siklus II. Pencapaian tersebut sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu minimal
mendapat kriteria baik. Hal tersebut didukung oleh teori dari Baharuddin dan Wahyuni 2008 yang menyatakan bahwa belajar merupakan aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Selain itu, hasil
tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang mengemukakan bahwa siswa antusias mengikuti pembelajaran dan mereka dapat
mengerjakan tugas yang diberikan. Hasil penelitian aktivitas guru ditunjukkan dengan perolehan skor
pada siklus I sejumlah 32 dengan kriteria sangat baik. Sedangkan pada siklus II diperoleh jumlah skor sebesar 35 dengan kriteria sangat baik.
Berdasarkan data tersebut, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dari siklus I ataupun siklus II. Pencapaian tersebut telah
sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu mendapat kriteria minimal baik. Hal tersebut didukung oleh teori Santosa, dkk. 2008 yang menyatakan
bahwa dalam menulis terbimbing guru berperan sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana
menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru dapat melakukan semua kegiatan dalam prakegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir. Hal tersebut juga sesuai dengan teori dari Hernawan 2008 yang mengemukakan bahwa prosedur umum aktivitas guru dalam pembel-
ajaran pada umumnya terdiri atas empat kegiatan, yaitu prakegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dari catatan lapangan
pada siklus I dan siklus II juga menunjukkan bahwa guru melakukan bimbingan pada pembelajaran mengarang deskripsi sesuai dengan
langkah-langkah pendekatan whole language dengan menulis terbimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata nilai
hasil keterampilan mengarang deskripsi siswa diperoleh sebesar 71,83
memenuhi KKM sebesar 63. Persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 70,8 atau sebanyak 17 dari 24 siswa dapat dinyatakan tuntas
belajar. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar 80,17 memenuhi KKM sebesar 63. Persentase ketuntasan belajar klasikal
sebesar 87,5 atau sebanyak 21 dari 24 siswa dapat dinyatakan tuntas belajar.
Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa telah terjadi peningkatan hasil keterampilan mengarang deskripsi dari siklus I ataupun
siklus II. Pencapaian tersebut telah sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu siswa mengalami ketuntasan belajar klasikal sebesar 85. Hasil
keterampilan mengarang deskripsi siswa dapat terukur dengan menggunakan tes terpadu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Santosa dkk. 2008 yang menyatakan bahwa tes terpadu dapat disusun dengan mudah dan cepat serta dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan menulis siswa secara lebih efektif, sebab guru dapat mengontrol dengan bahasa siswa yang tidak siap menulis
dengan bahasanya sendiri. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka peningkatan aktivitas
siswa, aktivitas guru, keterampilan mengarang deskripsi hasil belajar, serta ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5 6
ju ml
ah sk
o r
Indikator Pengamatan
Siklus I
Siklus II
Gambar 5. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
4,5 5
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Sk o
r P
e ni
la ia
n
Indikator Pengamatan
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Peningkatan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Rata ‐rata Prasiklus
Rata ‐rata Siklus I
Rata ‐rata Siklus II
Rata ‐rata Hasil Belajar
Rata ‐rata
Hasil Belajar
Gambar 7. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
30
Jumlah Siswa
Siswa yang Tuntas Belajar
Siswa yang Belum Tuntas Belajar
Prasiklus Siklus
I Siklus
II
Gambar 8. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
2. Implikasi Hasil Penelitian