Sejarah Teh Karakteristik Tanaman Teh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Teh

Teh merupakan tanaman perkebunan yang berupa perdu . Teh berasal dari perbatasan negara-negara Cina bagian selatan Yunan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur, dan India Timur Laut. Tanaman teh yang masuk ke Indonesia berasal dari biji teh yang dibawa dari Jepang. Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan Teh dengan mendatangkan biji-biji Teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa Culture Stetsel . Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan Teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Transtroemiaceae Genus : Camellia Spesies : Camellia sinensis

2.2 Karakteristik Tanaman Teh

Teh ditanam pada daerah yang memiliki curah hujan tidak kurang dari 2.000 mmtahun, suhu udara 13 -25 C, dengan kelembaban udara kurang dari 70 persen. Tanaman teh memerlukan sinar matahari yang cukup cerah namun tidak menyebabkan tanaman kekeringan. Jenis tanah yang cocok untuk tempat tumbuh teh adalah andosol, regosol, dan latosol. Derajat keasaman tanah berkisar antara 4,5-6,0. Tanaman teh dapat tumbuh subur pada daerah dengan ketinggian 200 sampai 2000 meter di atas permukaan air laut. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. Berdasarkan ketinggian tempat tersebut, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerah yaitu dataran rendah sampai 800 mdpl, dataran sedang 800-1.200 mdpl dan dataran tinggi lebih dari 1.200 mdpl. Dilihat dari persyaratan tumbuh tanaman ini maka di Indonesia daerah yang menjadi sentra perkebunan teh antara lain berada di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Menurut ketinggian penanamannya, teh digolongkan dalam lima golongan yaitu : 1. High Grow, untuk tanaman teh dari perkebunan dengan ketinggian diatas 1.500 meter, misalnya : perkebunan Sinimbra, perkebunan Sperata di Jawa Barat. 2. Good Medium, untuk teh dari perkebunan didaerah antara 1.200-1500 m, misalnya : perkebunan Malabar, Kertanamanah, Gunung Mas, Goalpara di Jawa Barat. 3. Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1.000-1.200 m, misalnya : perkebunan Wonosari di Jawa Timur, Pangheotan di Jawa Barat. 4. Low Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 800-1.000 m, seperti : perkebunan Pasir Nangka, Cikopi Selatan dan lainnya di jawa Barat. 5. Common, untuk teh dari perkebunan di daerah di bawah 800 m, seperti : perkebunan Gunung Raung. Menurut perdagangan internasional jenis teh pada dasarnya hanya terdiri dari 3 kelompok utama : a Black Tea Teh Hitam , adalah jenis teh yang dalam pengolahannya, melalui proses fermentasi secara penuh. b Oolong Tea Teh Oolong , adalah jenis teh yang dalam pengolahannya hanya melalui setengah proses fermentasi. c Green Tea Teh Hijau , adalah jenis teh yang dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi. Di Indonesia, jenis teh yang paling populer adalah Jasmine Tea Teh Wangi Melati yaitu teh hijau yang dicampur bunga melati sehingga menimbulkan aroma atau wangi yang khas. Perbedaan yang mendasar antara teh hitam dengan teh hijau adalah teh hitam mengalami proses fermentasi proses pemeraman yang merupakan ciri khasnya, sedangkan teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya. Teh hitam juga tidak mengandung unsur-unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena baunya tidak hilang harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari bahan non teh. Teh Oolong merupakan suatu perkawinan antara teh hitam dan teh hijau, yakni mengalami setengah fregmentasi.

2.3 Manfaat Teh