Analisis Data Kuantitatif Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk data kuantitatif pada tahap uji coba instrumen. Jadi setelah didapatkan hasil uji coba instrumen, dilakukan analisis butir soal yang meliputi validitas butir, taraf kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas Djaali, 2004:22. Sebuah instrumen tes dikatakan sebagai alat ukur yang baik jika memenuhi persyaratan tes sebagai berikut.

3.6.1.1 Validitas Butir Soal

Menurut Arikunto 2007: 211 sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Menurut Sugiyono 2007: 350, instrumen yang berupa tes perlu diuji validitas isi content validity dan validitas konstruksi construct validity. Untuk instrumen berupa non tes cukup diuji validitas konstruksi construct validity. Validitas konstruks construct validity suatu tes dapat diperoleh dengan menggunakan pendapat para ahli. Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek- aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Instrumen yang telah disetujui oleh para ahli diujicobakan dalam populasi yang diambil. Validitas isi content validity suatu tes dapat diperoleh dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan. Validitas dari setiap butir soal dapat dihitung dengan rumus korelasi Product Moment angka kasar:         2 2 2 2            Y Y N X X N Y X XY N r xy Keterangan: r xy : Koefisien korelasi antara X dan Y N : Banyaknya subjeksiswa yang diteliti X : Skor tiap butir soal Y : Skor total butir soal Arikunto,2007: 72 Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu dengan melihat harga r dan diintepretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup.dan sebagainya serta dengan mengkonsultasikannya ke tabel r product moment Arikunto, 2007: 75. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan pada tabel kritis r product moment, dengan taraf signifikansi α=5 dan N banyaknya siswa yang diteliti. Jika maka item tersebut valid. Butir soal yang tidak valid dalam instrumen tes dibuang jika terdapat butir soal lain yang valid untuk indikator yang sama. Sedangkan apabila suatu indikator belum terwakili dalam instrumen maka butir yang tidak valid diganti dengan butir soal baru dengan indikator yang sama. Berdasarkan hasil ujicoba soal, dari 10 soal yang diujicobakan, 8 diantaranya valid yaitu butir soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, dan 10 serta 2 soal tidak valid yaitu butir soal nomor 2 dan 7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

3.6.1.2 Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama Sugiyono, 2010: 384. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan Arikunto, 2006: 86. Karena pada tes ini, soalnya berbentuk uraian maka digunakan rumus Alpha Crombath sebagai berikut. 11 = − 1 1 − � 2 � 2 Keterangan : r 1 1 : reliabilitas instrumen, n : banyaknya butir soal,  2 i  : jumlah varians butir, 2 t  : varians total. Rumus varians butir soal, yaitu: � 2 = 2 − 2 Rumus varians total, yaitu: � 2 = 2 − 2 Keterangan: N : Jumlah peserta tes X : Skor pada tiap butir soal Y :Jumlah skor total Kriteria pengujian reliabilitas soal tes yaitu setelah didapatkan harga r 1 1 kemudian harga r 1 1 tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, jika r 1 1 r tabel maka item tes yang diujicobakan reliabel Arikunto, 2007: 109. Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh ℎ � = 0,740. Berdasarkan tabel r product moment diperoleh r tabel untuk N = 36 dan taraf signifikan � = 5 adalah 0,329. Karena ℎ � maka soal reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. 3.6.1.3 Taraf Kesukaran Butir Soal Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak semangat untuk memecahkan soal. Indeks kesukaran butir soal uraian dapat dihitung dengan rumus berikut: = − Pada penelitian ini untuk menginterpretasikan taraf kesukaran digunakan tolok ukur sebagai berikut. 1 0,71 ≤ TK ≤ 1,00, soal termasuk kriteria mudah 2 0,31 ≤ TK ≤ 0,70, soal termasuk kriteria sedang 3 0,00 ≤ TK ≤ 0,30, soal termasuk kriteria sukar Arifin, 2012 : 135. Berdasarkan analisis uji coba diperoleh empat soal dengan kriteria mudah yaitu butir soal nomor 1, 2, 3, dan 4; empat soal dengan kriteria sedang yaitu butir soal nomor 5, 6, 8, dan 9; dan dua soal dengan kriteria sukar yaitu butir soal nomor 7 dan 10. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.

3.6.1.4 Daya Pembeda Butir Soal

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tiap butir soal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut. = − Keterangan: = rata-rata dari kelompok atas, = rata-rata dari kelompok bawah, Skor Maks = Skor Maksimum Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda menurut Arifin 2012:133 adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda Interpretasi 0,00 ≤ D ≤ 0,19 Jelek poor 0,20 ≤ D ≤ 0,29 Cukup satisfactory 0,30 ≤ D ≤ 0,39 Baik good D ≥ 0,40 Sangat Baik excellent Jika butir soal memiliki D negatif maka butir soal tersebut tidak baik. Jadi, semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang saja. Menurut R. Zulaiha 2008:26 kriteria pemilihan soal berdasarkan daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut. Tabel 3.2 Kategori Koefisien Daya Pembeda Butir Soal Koefisien Daya Pembeda Kategori D 0,25 Diterima 0 D ≤ 0,25 Direvisi D ≤ 0 Ditolak Dari 8 soal yang telah diujicobakan diperoleh empat soal dengan daya pembeda sangat baik yaitu butir soal nomor 6, 8, dan 9; empat soal dengan daya pembeda baik yaitu butir soal nomor 1, 3, 4, dan 10; dua soal dengan daya pembeda jelek yaitu butir soal nomor 2 dan 7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.

3.6.2 Analisis Kualitatif

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KUDUS PADA MATERI SEGITIGA

4 75 624

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI TRIGONOMETRI KELAS X SMK

27 358 374

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PROBLEM BASED Pembelajaran Matematika Melalui Problem Based Learning dan Problem Posing Ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.

0 2 16

PENGEMBANGAN MATERI SEGITIGA KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI MEDIA PENGEMBANGAN MATERI SEGITIGA KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

0 0 12

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Upaya Peningkatan Komunikasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Berbasis Lkspada Pokok Bahasan Segitiga (Ptk Pembelajaran Matematika Di Kelas Vii Mts

0 0 17

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Upaya Peningkatan Komunikasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Berbasis Lkspada Pokok Bahasan Segitiga (Ptk Pembelajaran Matematika Di Kelas Vii Mts

0 3 19

Pengembangan Bahan Ajar Materi Garis Istimewa pada Segitiga dengan Pendekatan Problem Posing berbantuan Geogebra

0 0 12

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN POWERPOINT MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII MTS MA’ARIF NU KARANGANYAR

0 0 6