Untuk mempermudah penilaian, indikator tersebut dibagi menjadi beberapa aspek pengamatan yang dapat dilihat pada Lampiran 30.
2.5.3 Kemampuan Komunikasi Matematika
Ranah pembelajaran yang ketiga yaitu ranah atau aspek kognitif. Dalam penelitian ini yang dinilai adalah kemampuan komunikasi matematika.
Kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan merefleksi pemahaman matematis dan merupakan daya matematika Syaban, 2008.
Kemampuan komunikasi matematika mencakup berbagai hal di antaranya, kemampuan menulis, membaca, berdiskusi, dan evaluasi.
Dalam penelitian ini kemampuan komunikasi matematika diukur dengan tes kemampuan komunikasi matematika yang dirancang sesuai indikator yang
ditetapkan. Tes ini berupa soal uraian. Penyusunan soal ini menuntut kemampuan menggambar, ekspresi matematika, dan menuliskannya dengan bahasa sendiri.
Kemampuan menggambar meliputi kemampuan siswa mengungkap ide-ide matematis ke dalam bentuk gambar, diagram, atau grafik. Kemampuan ekspresi
matematis adalah kemampuan membuat model matematika. Sedangkan kemampuan menulis berupa kemampuan memberikan penjelasan dan alasan
dengan bahasa yang benar.
2.6 Model Pembelajaran Problem Posing
2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Posing
Model pembelajaran problem posing pertama kali dikembangkan oleh Lyn D. English pada tahun 1970. Awal mulanya model pembelajaran ini diterapkan
dalam mata pelajaran maematika Fakhrudin, 2009:10. Problem posing
merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang berarti pengajuan atau pembuatan soal.
Terdapat beberapa pengertian problem posing. Ellerton dalam Mahmudin, 2008:4 mengartikan problem posing sebagai pembuatan soal oleh siswa yang
mereka pikirkan tanpa pembatasan apapun baik terkait isi maupun konteksnya. Pendapat lain menyebutkan, problem posing merupakan pembentukan soal
berdasarkan konteks, cerita, informasi, atau gambar yang diketahui Lin, dalam Mahmudin, 2004:4. Dalam model pembelajaran ini, siswa diminta untuk
mengajukan soal secara tanggung jawab dari situasi yang diberikan. Soal yang dibuat bisa berupa soal baru maupun reformulasi dari soal sebelumnya atau dari
situasi yang diberikan Silver, 1996:234. Silver dan Cai dalam Pujiastuti, 2002:152 menjelaskan terdapat tiga tipe dalam model pembelajaran problem
posing yang dapat dipilih guru, antara lain sebagai berikut. 1 Problem posing tipe pre solution. Pada tipe ini siswa diminta membut soal
beserta penyelasiannya berdasarkan pernyaaan yang dibuat oleh guru sebelumnya. Jadi, guru memberikan apa yang diketahui, kemudian siswa
diminta membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri. 2 Problem posing tipe within solution. Pada tipe ini siswa diminta memecah
pertanyaan tunggal yang diberikan oleh guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan tersebut.
3 Problem posing tipe post solution. Pada tipe ini siswa diminta membuat soal yang sejenis dan menantang, seperti yang dicontohkan oleh guru. Jka guru
dan siswa siap, maka siswa dapat diminta untuk mengajukan soal yang menantang dan variatif pada materi yang sedang dipelajari.
2.6.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Posing