Pada soal posttest nomor 2, siswa ditugaskan untuk membuat model matematis dari masalah yang diberikan dan menyelesaikannya. Pada jawaban
kelompok eksperimen, siswa ini mampu membuat model matematis dengan benar dan menyelesaikan masalah yang diberikan secara sistematis dan benar.
Sedangkan pada jawaban kelompok kontrol, siswa ini membuat model matematis pada pertanyaan di bagian b, sedangkan perintah untuk membuat model matematis
terdapat pada bagian a, pada bagian a siswa ini hanya menuliskan informasi yang terdapat pada soal, penyelesaian masalahnya pun tidak sistematis masih ada
langkah yang terlewat, meskipun hasil akhirnya benar.
c. Kemampuan representasi berupa teks tertulis
Dari soal posttest yang diberikan, soal yang memperlihatkan bagaimana kemampuan representasi berupa teks tertulis terdapat pada soal nomor 3 b, 4 b,
dan 5 b. Soal nomor 3 b:
Dalam jajargenjang PQRS, PQ diperpanjang sampai T dan RS
diperpanjang sampai U sedemikian hingga QT = SU. Apakah PTRU merupakan jajargenjang? Mengapa?
Cara menjawab siswa kelompok eksperimen:
Gambar 4.18 Contoh Jawaban Kelompok Eksperimen Soal Nomor 3b pada Indikator Teks Tertulis
Cara menjawab siswa kelompok kontrol:
Gambar 4.19 Contoh Jawaban Kelompok Kontrol Soal Nomor 3b pada Indikator Teks Tertulis
Pada soal posttest nomor 3b, siswa ditugaskan untuk memberikan alas an mengapa suatu jajargenjang dapat menjadi jajargenjang baru. Pada jawaban
kelompok eksperimen siswa ini menjelaskan dengan menggunakan informasi yang diketahui. Sedangkan pada jawaban kelompok kontrol, siswa ini
menjelaskan secara visual dengan melihat gambar. Soal nomor 4 b:
Diketahui trapesium PQRS dengan PQ sejajar RS, sudut P = sudut Q, dan
garis m merupakan sumbu simetri trapesium PQRS. Apakah PS = QR? Mengapa?
Cara menjawab siswa kelompok eksperimen:
Gambar 4.20 Contoh Jawaban Kelompok Eksperimen Soal Nomor 4b pada Indikator Teks Tertulis
Cara menjawab siswa kelompok kontrol:
Gambar 4.21 Contoh Jawaban Kelompok Kontrol Soal Nomor 4b pada Indikator Teks Tertulis
Pada soal posttest nomor 4b, siswa ditugaskan untuk menjelaskan mengapa panjang kaki-kaki suatu trapesium sama kaki adalah sama berdasarkan informasi
yang diketahui pada soal. Pada jawaban kelompok eksperimen, siswa ini menjelaskan menggunakan informasi yang diketahui pada soal serta
menghubungkannya dengan informasi yang telah dia miliki, dan siswa ini mampu memberikan alasan bahwa panjang kedua kaki-kaki trapesium tersebut adalah
sama karena trapesium tersebut merupakan trapesium sama kaki, meski pun dalam menjelaskannya kurang sistematis. Sedangkan pada jawaban kelompok kontrol,
siswa ini hanya menggunakan informasi yang ada pada soal tanpa menghubungkan dengan informasi yang telah dia dapat dari pembelajaran
sebelumnya. Soal nomor 5 b:
Diketahui titik-titik koordinat O0, 0, A-2, 3, B-4, 0, dan C-2, -5.
Berbentuk bangun datar apakah OABC? Mengapa?
Cara menjawab siswa kelompok eksperimen:
Gambar 4.22 Contoh Jawaban Kelompok Eksperimen Soal Nomor 5b pada Indikator Teks Tertulis
Cara menjawab siswa kelompok kontrol:
Gambar 4.23 Contoh Jawaban Kelompok Kontrol Soal Nomor 5b pada Indikator Teks Tertulis
Pada soal posttest nomor 5b, siswa ditugaskan untuk menjelaskan mengapa bangun datar yang terbentuk pada koordinat cartesius merupakan layang-layang.
Pada jawaban kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kedua siswa ini sama- sama menggunakan sifat layang-layang sebagai alasan bahwa bangun tersebut
berbentuk layang-layang. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking yang diterapkan selama proses pembelajaran memberikan pengaruh positif pada kemampuan representasi matematis siswa, terutama pada
indikator visual. Persentase rata-rata skor kelompok eksperimen pada ketiga aspek representasi yang diukur lebih tinggi dari kelompok kontrol, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan representasi kelomok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Hal ini sejalan dengan Mayer yang menyatakan bahwa
metafora dalam pembelajaran merupakan salah satuh hal yang berhasil menginduksi representasi yang dapat membentuk dasar penalaran.
1
Hasil penelitian peneliti juga sejalan dengan Leo Adhar Effendi yang meneliti tentang pembelajaran metematika dengan metode penemuan terbimbing
untuk meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP menyatakan bahwa perbedaan pembelajaran memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kemampuan representasi matematis siswa. Dalam penelitiannya, kemampuan representasi matematis siswa dikelompokkan sesuai
dengan kemampuan awalnya mulai dari rendah, sedang, dan tinggi. Pada kelompok yang berkemampuan awal sedang dan tinggi kemampuan representasi
yang lebih baik terdapat pada kelas yang mendapatkan pembelajaran
1
Andrew Orthony, Op.cit., h. 15