Selain itu hasil penelitian yang telah dilakukan Lina Marlina di salah satu Madrasah Tsanawiyah Negeri di Tangerang Selatan menyatakan bahwa
rata-rata kemampuan representasi matematis siswa kelas VII yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 45,84, sedangkan nilai rata-rata
gabungan kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah 53,29.
6
Ini berarti bahwa kemampuan representasi matematis siswa masih berada dibawah
nilai rata-rata. Jika dilihat lebih lanjut, salah satu penyebab rendahnya kemampuan
representasi matematis siswa terletak pada pendekatan pembelajaran atau penggunaan strategi, metode, teknik mengajar yang belum tepat.
Pembelajaran yang sering digunakan guru pada umumnya masih konvensional dan belum efektif dalam meningkatkan kemampuan
representasi matematis siswa. Hal ini sejalan dengan kesimpulan hasil penelitian hudiono yang menyatakan bahwa pembelajaran konvensional
belum cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan representasi matematis secara optimal.
7
Berdasarkan kondisi di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang diperkirakan mampu mendukung upaya
peningkatan kemampuan representasi matematis siswa, yaitu pendekatan metaphorical thinking. Metaphorical thinking menggunakan metafora
sebagai konsep dasar dalam berpikir. Dalam metaphorical thinking konsep- konsep abstrak dimetaforakan menjadi objek-objek nyata yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan pembelajaran metaphorical thinking guru
memberikan siswa masalah kontekstual yang berupa metafora dari suatu konsep, kemudian siswa mengidentifikasi konsep yang terdapat pada
masalah tersebut dan membuat metafora lain dari konsep tersebut. Dalam mengidentifikasi konsep, siswa harus mampu menghubungkan ide-ide
6
Lina Marlina, “Pengaruh Model Collaborative Problem Solving Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014, h. 67, tidak
dipublikasikan.
7
Bambang Hudiono, op.cit., h. 19
matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide matematis tersebut siswa dapat merepresentasikannya melalui gambar, tabel, grafik,
ekspresi matematis, maupun teks tertulis. Dengan demikian siswa menjadi terbiasa dengan metaphorical thinking yang merepresentasikan ide-ide
matematis mereka. Aktifitas-aktifitas dalam pendekatan pembelajaran metaphorical
thinking ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide matemtisnya secara terbuka. Kemampuan siswa dalam menyajikan
ide-ide matematis yang mereka bangun sendiri maupun dari hasil diskusi dalam kelompok inilah yang dimaksud dengan kemampuan representasi
matematis. Dari uraian di atas tampak bahwa kemampuan representasi matematis
siswa erat
kaitannya dengan
metafora-metafora yang
dapat mengkonseptualisasikan konsep yang abstrak. Oleh karena itu,
penulis merasa tertarik untuk mengetahui apakah kemampuan representasi
matematis siswa yang melakukan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran metaphorical thinking lebih tinggi? Untuk menjawab
permasalahan tersebut penulis memberi judul: “Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan
Pembelajaran Metaphorical Thinking
”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Guru masih menganggap bahwa representasi matematis hanya sekedar pelengkap pembelajaran
b. Kemampuan representasi matematis siswa relatif rendah c. Pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar matematika
belum efektif
C. Pembatasan Masalah
1. Pendekatan pembelajaran metaphorical thinking adalah pendekatan pembelajaran untuk memahami, menjelaskan, dan merepresentasikan
konsep-konsep abstrak menjadi lebih konkrit dengan membandingkan dua hal atau lebih yang berbeda makna baik yang berhubungan atau
yang tidak berhubungan. 2. Penelitian ini terbatas pada kemampuan representasi matematis siswa
dalam tiga bentuk, yaitu 1 representasi berupa gambar; 2 ekspresi matematis; 3 teks tertulis.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran metaphorical thinking?
2. Bagaimana kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional?
3. Apakah kemampuan representasi siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran metaphorical thinking lebih tinggi dari pada siswa yang
diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui kemampuan representasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking.
2. Mengetahui kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.
3. Mengetahui pengaruh pendekatan metaphorical thinking dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan representasi
matematis siswa.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis a. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan representasi
matematis siswa dalam proses pembelajaran. b. Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan yang
relevan. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam meningkatkan prestasi belajar melalui pendekatan pembelajaran
metaphorical thinking. b. Bagi guru, sebagai masukan atau informasi untuk memperoleh
gambaran mengenai penerapan pendekatan metaphorical thinking dalam pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan
representasi matematis siswa, sehingga dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran matematika dikelas.
c. Bagi sekolah, sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran matematika serta untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber informasi dan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian yang lebih lanjut.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Representasi Matematis
NCTM menetapkan lima standar proses yang harus dimiliki siswa, yaitu pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi.
Representasi merupakan salah satu dari lima standar proses yang tercakup dalam NCTM. Kelima standar proses tersebut tidak bisa dipisahkan dari pembelajaran
matematika, karena kelimanya saling terkait satu sama lain dalam proses belajar dan mengajar matematika. Standar representasi menekankan pada penggunaan
simbol, bagan, grafik dan tabel dalam menghubungkan dan mengekspresikan ide- ide matematika. Penggunaan hal-hal tersebut harus dipahami siswa sebagai cara
untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika kepada orang lain.
1
Hal tersebut menunjukkan bahwa representasi merupakan salah satu standar kemampuan yang
harus ada dalam pembelajaran matematika. Standar kemampuan representasi matematis yang ditetapkan NCTM adalah
sebagai berikut: 1. Create and use representations to organize, record, and communicate
mathematical ideas 2.
Select, apply and translate among mathematical representations to solve problems
3. Use representations to model and interpret physical, social, and
mathematical phenomena.
2
Menurut NCTM, standar kemampuan representasi yang pertama yaitu membuat dan menggunakan representasi untuk mengorganisasikan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide-ide matematika. Standar kedua yaitu memilih, menggunakan dan menerjemahkan antar representasi untuk menyelesaikan
1
John A Van de Walle, Elementary and Middle School Mathematics: Teaching Developmentally Seventh Edition, Boston: Pearson, 2010, h. 3
– 4
2
Ibid., h. 4