1. Grounding metaphors: dasar untuk memahami ide-ide matematika yang dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari.
2. Linking metaphors: membangun keterkaitan antara dua hal yaitu memilih, menegaskan, memberi kebebasan, dan mengorganisasikan karakteristik dari
topik utama dengan didukung oleh topik tambahan dalam bentuk pernyataan- pernyataan metaforik.
3. Redefinitional metaphors: mendefinisikan kembali metafora-metafora tersebut dan memilih yang paling cocok dengan topik.
Metaphorical thinking dalam matematika diawali dengan memodelkan suatu situasi secara matematis, kemudian model tersebut dimaknai dalam pendekatan
dari sudut pandang semantik. Di dalam pembelajaran matematika, penggunaan metafora oleh siswa merupakan suatu cara untuk menghubungkan konsep-konsep
matematika dengan konsep-konsep yang telah dikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari, dimana siswa mengungkapkan konsep matematika tersebut dengan
bahasanya sendiri yang menunjukkan pemahamannya terhadap konsep tersebut.
23
Hendriana pun mengatakan bahwa dalam menggunakan metaphorical thinkingdiperlukan strategi tertentu untuk membantu siswa memahami suatu
topik, strategi tersebut diantaranya:
24
1. Menggunakan metafora-metafora untuk mengilustrasikan suatu konsep a. Identifikasi terlebih dahulu konsep-konsep utama yang akan diajarkan.
b. Pikirkan metafora-metafora yang mungkin untu mengilustrasikan konsep-konsep tersebut.
c. Pilihlah salah satu metafora yang paling cocok. d. Rencanakanlah cara-cara untuk mendiskusikan metafora atau analogi
tersebut supaya siswa tidak bingung. Dalam hal ini kita harus yakin bahwa para siswa memiliki pengetahuan yang cukup untuk berpikir
metaforis. 2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan metafora-metafora
mereka sendiri
23
Ibid., h. 47 – 48
24
Ibid., h. 48 – 49
a. Perbedaan kultur dan adat istiadat menyebabkan berbeda pula sarana dan landasan pemahaman siswa dalam menganalogikan suatu topik.
b. Berilah kesempatan kepada siswa untuk bertukar analogi sehingga mereka berdiskusi satu sama lain.
3. Mendiskusikan landasan pemahaman berpikir metaforis dengan menganalisis alasan-alasan yang melatarbelakangi analogi metafora-metafora yang
dipilih. 4. Membandingkan keberartian metafora-metafora tersebut dari berbagai kultur.
Berdasarkan seluruh uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir metaforis merupakan suatu proses berpikir menggunakan metafora-metafora yang
tepat dalam mengilustrasikan suatu konsep utnuk mengoptimalkan pemahaman mengenai konsep itu sendiri. Pendekatan pembelajaran metaphorical thinking
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran untuk memahami, menjelaskan dan merepresentasikan konsep-konsep matematis ke
dalam konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari dengan membandingkan dua hal atau lebih yang berbeda makna, baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan. Tahapan-tahapan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut: 1. Tahap pertama: pemberian masalah kontekstual
Guru memulai pembelajaran dengan memberikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2. Tahap kedua: identifikasi konsep-konsep utama a. Siswa diminta untuk mengilustrasikan konsep-konsep utama dari
masalah kontekstual yang telah diberikan. b. Pada tahap ini siswa diharapkan dapat mengumpulkan data dan informasi
dari masalah kontekstual yang diberikan dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan guru dalam lembar kerja siswa.
3. Tahap ketiga: menggunakan metafora untuk mengilustrasikan konsep
a. Pada tahap ini guru memberikan contoh metafora untuk mengilustrasikan model dari masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari. b. Siswa menyampaikan metafora-metafora mereka sendiri dalam
mengilustrasikan konsep. c. Siswa bertukar metafora dengan teman sekelompok sehingga mereka
berdiskusi. 4. Tahap keempat: penyimpulan
a. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep inti masalah yang berhubungan dengan materi pokok yang sedang dipelajari.
b. Guru dan siswa berdiskusi landasan pemahaman berpikir metaforis dengan menganalisis alasan-alasan yang melatarbelakangi metafora yang
dipilih.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran yang masih banyak digunakan di sekolah adalah pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Pembelajaran dengan pendekatan konvensional
antar sekolah bisa saja berbeda, tergantung pada strategi pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tersebut. Pembelajaran konvensional yang biasa digunakan
di sekolah yang akan diteliti menggunakan strategi ekspositori. Wina Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran ekspositori
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada siswa agar siswa dapat menguasai materi secara
optimal.
25
Strategi ekspositori merupakan strategi yang berpusat pada guru teacher centered, dimana guru menjelaskan materi ajar dan siswa mendengarkan
serta mencatat apa yang dijelaskan guru. Tahapan-tahapan strategi ekspositori yang biasa dilakukan guru tersaji
dalam tabel 2.2 berikut:
26
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cet. VII, h. 179.
26
Ibid., h. 185.
Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Konvensional
Tahapan Kegiatan
1. Persiapan Preparation Memberikan sugesti yang positif dan
menghindari sugesti negatif Mengemukakan tujuan pembelajaran
Melakukan review 2. Penyajian Presentation
Menyampaikan materi pelajaran yang sudah dipersiapkan
3. Menghubungkan Correlation
Menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang
memungkinkan siswa
dapat memahami
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya
4. Menyimpulkan Generalization
Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan
Memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang disajikan
Membuat mapping keterkaitan antarmateri pokok-pokok materi
5. Penerapan Aplication Membuat tugas yang relevan dengan materi
yang telah disajikan Memberikan tes yang sesuai dengan materi
pelajaran yang disajikan
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Heris Hendriana dengan judul penelitian “Pembelajaran Matematika
Humanis dengan Pendekatan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa” menemukan bahwa kepercayaan diri siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
konvensional.
27
2. M. Afrilianto dengan judul penelitian “Peningkatan Pemahaman Konsep
dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking
” menemukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kompetensi strategi matematis siswa
27
Heris Hendriana, Pembelajaran Matematika Humanis dengan Pendekatan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa, Jurnal Infinity, 1, 2012
yang pembelajarannya menggunakan pendekatan metaphorical thinking dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
28
3. Leo Adhar Effendi dengan judul penelitian “Pembelajaran Matematika
Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP” menemukan
bahwa perbedaan pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan pada perbedaan kemampuan representasi matematis siswa, siswa yang diberikan
pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing memiliki kemampuan representasi matematis yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional.
29
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran matematika bukanlah hanya sekedar mentransfer idegagasan dan pengetahuan dari guru kepada siswa. Tetapi lebih dari itu, proses
pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang dinamis, dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan memikirkan
gagasan-gagasan yang diberikan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran matematika sebenarnya merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa, siswa-
siswa, dan siswa-guru untuk memperjelas pemikiran dan pemahaman terhadap suatu gagasan.
Kemampuan yang sekarang masih jarang diteliti adalah kemampuan representasi matematis siswa. Kemampuan representasi matematis siswa
khususnya pada siswa menengah pertama masih rendah. Selain akibat dari kurang kondusifnya lingkungan belajar, juga disebabkan oleh kemampuan guru dalam
memilih pendekatan dan model pembelajaran. Gerald Goldin dan Nina Shteingold menyatakan bahwa beberapa keterkaitan
yang penting bisa terjadi di antara representasi-representasi yang nyata atau antar
28
M. Afrilianto, Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking, Jurnal Infinity, 1, 2012, h. 201
29
Leo Adhar Effendi, Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP,
Jurnal Penelitian Pendidikan, 12, 2012, h. 6
sistem representasi, termasuk penggunaan analogi, perumpamaan, dan metafora seperti kesamaan struktur dan perbedaan antar sistem representasi.
30
Mayer mengatakan bahwa metafora dalam pembelajaran merupakan salah satu yang
berhasil menginduksi representasi yang dapat membentuk dasar penalaran.
31
Representasi memiliki keterkaitan yang penting dalam metafora. Representasi pun dapat diinduksi dengan metafora.
Pendekatan pembelajaran metaphorical thinking adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan metafora-metafora untuk memahami suatu
konsep. Menurut Holyoak dan Thagard, metafora berasal dari suatu konsep yang diketahui siswa menuju konsep lain yang belum diketahui atau sedang dipelajari
siswa.
32
Seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, Hendriana mendefinisikan berpikir metaforis sebagai suatu proses berpikir untuk memahami
dan mengkomunikasikan konsep-konsep abstrak dalam matematika menjadi hal yang lebih konkret dengan membandingkan dua hal yang berbeda makna.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dimana proses pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking diawali dengan memberikan masalah
kontekstual yang kemudian dimodelkan dengan mengilustrasikan konsep-konsep utama, hal
ini tercakup dalam indikator representasi matematis “membuat situasi masalah berdasarkan data-
data yang diberikan”. Selanjutnya siswa diminta untuk menyampaikan metafora-metafora mereka dalam mengilustrasikan konsep, hal ini
tercakup dalam indikator repre sentasi matematis “menuliskanmenyampaikan
interpretasi dari suatu representasi” Rendahnya kemampuan representasi matematis siswa disebabkan oleh
faktor kurang terlatihnya siswa untuk menghadapi permasalahan dunia nyata padahal mereka sering menemukannya di kehidupan sehari-hari. Dengan
penerapan pendekatan pembelajaran metaphorical thinking di dalam kelas, siswa
30
Gerald Goldin dan Nina Shteingold, System of Representation and the Development of Mathematical Concepts, dalam Albert A. Cuoco dan Frances R. Curcio, The Roles of
Representation in School Mathematics, Year Book 2001, h. 2
31
Andrew Orthony, Metaphor and Thought, Cambridge: The Press Syndicate of the University of Cambridge, 1993, second edition, h. 15
32
Heris Hendriana, Op.cit., h. 46