Interpretasi Secara Ekonomi ANALISA DAN PEMBAHASAN

xix Tabel 11 Hasil Uji LM - Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.535187 Probability 0.110556 ObsR-squared 6.256639 Probability 0.043791 Dari tabel 4.10 dapat diketahui nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.240640. Nilai χ2 hitung sebesar 6.256639 diperoleh dari ObsR-squared. Dengan α = 5, dan df 32, diperoleh nilai χ2 kritis sebesar 55,7585000. Karena nilai χ2 hitung χ2 kritis yang berarti Ho diterima, maka model tidak mengandung masalah autokorelasi.

4.9 Interpretasi Secara Ekonomi

Dari hasil regresi model dinamis ECM dapat diketahui bahwa nilai R- Square sebesar 0.768415 ini menunjukkan bahwa 76,84 variasi variabel dependen Jumlah kredit konsumsi dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen suku bunga kreditk konsumsi, produk domestik bruto satu tahun sebelumnya, dan jumlah pengangguran dalam jangka pendek, sedangkan sisanya 23.16 dijelaskan oleh variasi variabel diluar model yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Dari regresi variabel Error Correction Term ECT dapat diketahui besarnya koefisien ECT sebesar -0.199776 dengan signifikan pada tingkat 1. Perbedaan antara nilai aktual tingkat suku bunga pinjaman dengan nilai keseimbangan sebesar -0.199776 akan disesuaikan dalam waktu satu tahun. Maka Universitas Sumatera Utara xx dari itu, spesifikasi model penelitian yang dipakai adalah tepat dan mampu menjelaskan hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan demikian persamaan tersebut sudah valid. Berikut ini interpretasi koefisien regresi variabel- variabel dalam model ECM maupun model regresi linier yaitu sebagai berikut :

1. Suku Bunga Kredit Konsumsi

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien suku bunga kredit konsumsi jangka pendek sebesar -0.551853. Ini berarti bahwa akan terjadi penurunan jumlah kredit konsumsi sebesar 0.551853 bila terjadi kenaikan pada suku bunga kredit konsumsi sebesar 1. Sedangkan hasil perhitungan jangka panjang sebesar 1,865249. Ini berarti bahwa akan terjadi peningkatan jumlah kredit konsumsi di Indonesia sebesar 1,865249 bila terjadi kenaikkan pada suku bunga kredti konsumsi sebesar 1. Hasil yang di dapat dari estimasi ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek suku bunga sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa suku bunga kredit konsumsi berpengaruh negatif terhadap jumlah permintaan kredit konsumsi dan sesuai juga dengan teori permintaan bahwa suku bunga kredit konsumsi yang merupakan harga dari dana yang di pinjam masyarakat akan berlawanan arah dengan jumlah permintaan kredit konsumsi. Semakin tinggi suku bunga kredit konsumsi masyarakat akan semakin enggan untuk meminjam dana dari bank umum, sebab bunga yang ditetapkan tinggi dan sebaliknya. Pada jangka panjang suku bunga kredit konsumsi bernilai positif dan tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Hal ini menunjukkan fenomena yang terjadi dalam jangka panjang bahwa tinggi ataupun rendah suku bunga kredit Universitas Sumatera Utara xxi konsumsi tidak menyurutkan niat masyaratkan untuk meminjam dana konsumsi. Walaupun suku bunga kredit konsumsi tinggi, masyarakat tetap meminjam dana dari bank umum, dan mungkin hal ini disebabkan kebutuhan yang mendesak.

2. Produk Domestik Bruto Satu Tahun Sebelumnya

Penggunaan variabel PDB satu tahun sebelumnya di dalam model ini memiliki kerangka pemikiran bahwa besaran PDB yang merupakan jumlah barang dan jasa yang di produksi dalam suatu negara tidak langsung berpengaruh pada tahun berjalan, tetapi berpengaruh satu tahun berikutnya. Berdasarkan hasil estimasi dalam jangka pendek diperoleh hasil koefisien PDB satu tahun sebelumnya sebesar 0.587138 yang artinya bahwa jika PDB meningkat sebesar 1 maka Jumlah kredit konsumsi akan meningkat sebesar 0.587138 . Hal ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang mengasumsikan bahwa PDB satu tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap Jumlah kredit konsumsi di Indonesia. Dalam jangka panjang PDB satu tahun sebelumya menunjukkan koefisien positif sebesar 7,177168. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan PDB satu tahun sebelumnya sebesar 1 akan menaikkan Jumlah Kredit konsumi sebesar 7,177168 dalam jangka panjang. Hasil ini konsisten dengan hipotesis jangka panjang yang mengatakan bahwa PDB satu tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap jumlah kredit konsumsi. Pengaruh PDB satu tahun sebelumnya yang bernilai positif membuktikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi satu tahun lalu baru baru bermanfaat di satu tahun kedepannya. Lalu, hal lain yang menjadi fenomena adalah koefisien Universitas Sumatera Utara xxii yang bernilai positif menunjukkan bahwa peningkatan produksi barang dan jasa akan semakin meningkatkan jumlah kredit konsumsi masyarakat.

3. Jumlah Pengangguran

Hasil estimasi pada model menunjukkan koefisien jumlah pengangguran bernilai negatif dalam jangka pendek sebesar -0.033322. Hal ini berarti peningkatan jumlah pengangguran sebesar 1 akan mengakibatkan penurunan kredit konsumsi sebesar 0.033322 dalam jangka pendek. Begitu pula pada jangka panjang, koefisien variabel jumlah pengangguran berpengaruh negatif terhadap Jumlah kredit konsumsi sebesar -0.965867. hal ini berarti kenaikan jumlah pengangguran sebesar 1 akan mengakibatkan penurunan jumlah kredit konsumsi sebesar 0.965867 dalam jangka panjang. Dari hasil estimasi variabel jumlah pengangguran tetap konsisten sesuai dengan hipotesis yaitu berpengaruh negatif terhadap jumlah permintaan kredit konsumsi. Lalu, dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek pengaruh dari Jumlah pengangguran tidak begitu signifikan terhadap perkembangan jumlah permintaan kredit konsumsi. Namun dalam jangka panjang, jumlah pengangguran mulai terasa jelas dampaknya yang dapat dilihat dari besar koefisien jangka panjang yang meningkat dari koefisien jangka pendek. Pekerjaan yang merupakan sumber pendapatan dari individu merupakan salah satu syarat bagi seseorang untuk mengajukan kredit konsumsi. Bank akan menyetujui permohonan kredit jika si pemohon memiliki pekerjaan. Alasan pekerjaan dan penghasilan merupakan perhitungan bank dalam memberikan persetujuan kredit kepada pemohon kredit, jika pemohon kredit tidak memiliki Universitas Sumatera Utara xxiii pekerjaan bagaimana ia akan membayar angsuran beserta bunga angsuran. Jika individu atau masyarakat kehilangan pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan maka ia akan terkendala kredit dan tidak memiliki akses untuk mendapatkan kredit konsumsi. Universitas Sumatera Utara xxiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Suku bunga kredit konsumsi berpengaruh signifikan negatif pada keseimbangan jangka pendek terhadap Jumlah kredit konsumsi di Indonesia sedangkan dalam jangka panjang suku bunga kredit konsumsi berpengaruh signifikan positif terhadap Jumlah kredit konsumsi di Indonesia. Pada jangka pendek, kenaikan suku bunga kredit konsumsi sebesar 1 akan menurunkan jumlah kredit konsumsi sebesar 0,551853 . Sedangkan pada jangka panjang koefisien suku bunga kredit konsumsi berubah menjadi positif sebesar 1,865249. yang berarti kenaikan suku bunga kredit konsumsi sebesar 1 akan menaikkan Jumlah kredit konsumsi sebesar 1,865249 dalam jangka panjang. Perubahan tanda menjadi positif dalam jangka panjang di sebabkan individu atau masyarakat secara keseluruhan tetap melakukan pinjaman konsumsi meskipun suku bunga kredit konsumsi berada pada level yang tinggi. Akibatnya perubahan suku bunga kredit konsumsi tidak memberikan efek kepada penurunan jumlah permintaan kredit konsumsi. 2. Produk domestk bruto satu tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap Jumlah kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. Dalam jangka pendek dan jangka panjang PDB satu tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap Jumlah kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. Dalam jangka pendek koefisien bernilai 0.587138 yang berarti kenaikan 1 PDB satu tahun sebelumnya akan menaikkan jumlah kredit konsumsi sebesar 0.587138 . Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

2 9 189

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN UANG DI INDONESIA PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL (ECM) (TAHUN PENGAMATAN 2001:1 - 2013:IV)

0 2 163

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA (1:2008 – 12:2015) MELALUI PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL (ECM)

2 7 133

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GULA DI INDONESIA TAHUN 1985-2014 (Pendekatan Error Corection Model (ECM))

4 14 181

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2011 (Pendekatan Error Correction Model).

0 7 7

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2011 (Pendekatan Error Correction Model).

0 3 15

PENDAHULUAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2011 (Pendekatan Error Correction Model).

0 4 8

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1983 – 2007 Dengan Pendekatan Error Correction Model.

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGELUARAN PEMERINTAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PERMINTAAN UANG QUASI DI INDONESIA TAHUN 1997.1 - 2004.4 (Pendekatan Error Correction Model atau ECM).

0 1 13

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PERMINTAAN UANG QUASI DI INDONESIA TAHUN 1997.1 - 2004.4 (Pendekatan Error Correction Model atau ECM).

0 1 8