xci
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia
Perjalanan perekonomian di Indonesia banyak mengalami gejolak dan fluktuasi serta perubahan akibat permasalahan yang kompleks. Krisis
multidimensional di Indonesia yang bermula dari kemerosotan nilai tukar rupiah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian nasional.
Penyakit – penyakit ekonomi yang selama ini tertutupi oleh “gemerlap” indikator makroekonomi agregat dan serangkaian pujian dari lembaga – lembaga
internasional satu demi satu terbuka. Kebijakan – kebijakan ekonomi yang dikeluarkan cenderung bersifat
jangka pendek dan sering mengalami perubahan apabila terjadi perubahan kepemimpinan. Fundamental perekonomian Indonesia yang lemah dan sangat
rentan terhadap gejolak – gejolak baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri. Kondisi perekonomian Indonesia semakin diperburuk dengan
meningkatnya ketidakstabilan ekonomi global yang tentu saja akan memberikan pengaruh yang cukup besar karena efek dari globalisasi. Misalnya kenaikan harga
minyak dunia yang tentu saja akan berdampak terhadap meningkatnya inflasi dan melemahnya pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya inflasi akan menggerogoti
nilai uang yang dimiliki masyarakat sementara melemahnya pertumbuhan ekonomi berdampak terhadap berkurangnya penciptaan lapangan kerja sehingga
angka kemiskinan pun bertambah.
Universitas Sumatera Utara
xcii Tahun 19971998 merupakan tahun yang terberat dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi indonesia. Diawali oleh krisis nilai tukar, kinerja perekonomian indonesia menurun tajam dan berubah menjadi krisis yang
berkepanjangan di berbagai bidang. Pertumbuhan ekonomi merosot menjadi 4,7 pada tahun 1997 dari yang semula 8,0 . Perbankan yang diharapkan menjadi
penopang ternyata juga mengalami kejatuhan akibat lemahnya prinsip kehati – hatian sehingga mengakibatkan penutupan 16 bank pada bulan november 1997
yang membuat keadaan menjadi semakin buruk. Memasuki tahun 1998 telah mulai menunjukkan tanda – tanda perbaikan.
Perkembangan berbagai indikator utama ekonomi menunjukkan bahwa kinerja perekonomian telah mulai melewati titik dasar. Laju inflasi terus menurun dan
nilai tukar rupiah cenderung semakin menguat sehingga ruang gerak bagi penurunan suku bunga menjadi terbuka. Kemajuan yang cukup berarti juga
dicapai dalam langkah restrukturisasi perbankan dan utang luar negeri, khususnya utang perbankan dan pemerintah. Kemajuan tersebut ikut berperan penting dalam
menstabilkan situasi dan kondisi moneter dan perbankan yang sempat terganggu oleh krisis nilai tukar dan perbankan. Membaiknya inflasi, terkendalinya uang
primer serta perkembangan nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat tersebut telah memberikan ruang gerak bagi kebijakan moneter untuk secara
bertahap dan konsisten menurunkan suku bunga dalam rangka memberikan sinyal yang positif bagi proses pemulihan ekonomi. Iklim yang positif ini juga
dimanfaatkan oleh pihak perbankan untuk memperbaikan kondisi internalnya melalui restrukturisasi kredit dan penguatan struktur permodalan sehingga mampu
Universitas Sumatera Utara
xciii meningkatkan ekspansi kredit perbankan walaupun belum seperti yang
diharapkan. Tahun 2005 merupakan tahun pertama perekonomian indonesia memasuki
era baru menuju pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan. Pemerintah telah menyusun rencana strategis yang dijabarkan
dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2004 – 2009 RPJMN pemerintah. Dalam RPJMN tersebut dicanangkan bahwa pertumbuhan ekonomi
dalam 5 tahun kedepan akan mencapai rata – rata 6,6 sehingga dapat mengurangi rasion penduduk miskin menjadi 8,2 dan menekan tingkat
pengangguran menjadi 5,1 pada 2009. dari sisi moneter dan perbankan bank indonesia telah menyusun rencana strategis yang diarahkan pada pencapaian laju
inflasi yang rendah dan perbankan yang kuat sehingga dapat mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Namun kenaikan
harga minyak dunia yang membuat pemerintah untuk menaikkan harga minyak dalam negeri membuat perekonomian nasional secara keseluruhan melambat
akibat efek inflasi yang cukup besar. Memasuki tahun 2007, diawali dengan tingginya optimisme masyarakat
terhadap prospek ekonomi kedepan. Stabilitas makro ekonomi yang terjaga menopang tingginya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007, bahkan mencapai
tingkat tertinggi di periode paska krisis yakni 6,32 . Akselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didukung oleh tingginya permintaan dalam negeri baik
konsumsi masyarakat maupun investasi. Konsumsi masayarakat meningkat seiring dengan membaiknya daya beli. Sementara pertumbuhan investasi
didukung oleh membaiknya persepsi investor, meningkatnya imbal hasil investasi
Universitas Sumatera Utara
xciv dan ketersediaan pembiayaan yang memadai termasuk dari perbankan dan pasar
keuangan pada umumnya. Fungsi intermediasi perbankan mengalami perbaikan yang ditandai dengan peningkatan realisasi kredit yang disalurkan. Tingkat
pengangguran dan kemiskinan meskipun relatif tinggi telah berangsur turun. Kestabilan makro ekonomi yang terjaga serta didukung beberapa kebijakan
sektoral memberikan sumbangan terhadap membaiknya kondisi perekonomian. Kestabilan makro ekonomi ini tercermin pada nilai tukar yang stabil, inflasi yang
terkendali serta defisit fiskal yang berada dalam batas aman. Dengan terjaganya stabilitas tersebut, persepsi investor dan pelaku pasar terhadap perekonomian
semakin baik. Namun demikian keberhasilan dalam mencapai berbagai indikator makro dan moneter tersebut masih dihadapkan pada masalah struktural sehingga
perekonomian indonesia tidak terlalu responsif terhadap perbaikan yang telah dicapai. Tingginya resikon pada sektor riil yang ditimbulkan oleh permasalahan
struktural seperti ketidakpastian hukum, ketidakpastian regulasi investasi akibat otonomi daerah, masalah perburuhan dan faktor ekonomi yang berasal dari
investasi dan ekspor masih terbatas. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi indonesia yang masih bertumpu pada konsumsi, sementara peranan
investasi dan ekspor dalam mendorong pertumbuhan masih terbatas. Ketergantungan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar terhadap
konsumsi yang telah berlangsung semenjak krisis tentu saja kurang menggembirakan mengingat pertumbuhan seperti ini tidak menjamin
pertumbuhan yang berkesinambungan. Secara fakta bisa kita lihat dari sisi pertumbuhan ekonomi. Bilamana dimasa orde baru pada tahun 1967 – 1997
tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai rata – rata 6 – 7 per tahun sedangkan
Universitas Sumatera Utara
xcv selama masa reformasi pertumbuhan ekonomi hanya mencapai rata – rata 4,18
per tahun. Secara keseluruhan perkembangan perekonomian indonesia mengalami
banyak perubahan dan juga perbaikan secara fundamental. Perekonomian indonesia mencatat pencapain pokok yang menggembirakan meskipun mendapat
tekanan dan gejolak terutama dari sisi eksternal. Daya tahan perekonomian indonesia yang lebih baik tersebut antara lain disumbang oleh kombinasi
kebijakan makroekonomi dan sektoral yang ditempuh khususnya koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal. Disisi moneter, respon kebijakan dilakukan
secara hati – hati dan konsisten pada upaya pengendalian inflasi pada tingkat yang semakin rendah dalam jangka menengah dan jangka panjang. Sedangkan disisi
fikskal, kesinambungan keuangan pemerintah tetap dijaga dengan baik ditengha upaya untuk mengendalikan harga komoditas strategis. Sementara itu di sisi
perbankan fungsi intermediasi melalui pemberian kredit dan kelembagaan perbankan terus diperkuat, termasuk didalamnya mempercepat perbankan syariah.
Adapun disisi sektoral pemerintah terus berupaya mendorong dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan iklim investasi, percepatan
pembangnunan infrastruktur, pemberdayaan UMKM, serta penguatan dan reformasi sistem keuangan.
Kinerja perekonomian tersebut didukung oleh berbagai kebijakan yang konsisten untuk memperkuat ketahanan perekonomian domestik dalam gejolak
eksternal atau internal. Kebijakan tersebut berupa kebijakn moneter yang konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan fiskal yang
menjaga kesinambungan fiskal, kebijakan perbankan melalui peningkatan fungsi
Universitas Sumatera Utara
xcvi intermdiasi namun tetap menggunakan asas prudencial banking, dan kebijakan
sektoral yang mendorong percepatan investasi dan perluasan pasar tujuan ekspor.
4.2 Perkembangan Bank Umum