Pengangguran Menurut Jenis Kelamin Pengangguran Menurut Pendidikan

cxv memepersiapkan usaha memiliki proporsi usaha yang paling kecil. Sementara, kelompok putus asa dan belum mulai bekerja berfluktuasi setiap tahunnya. Dari gambaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa angkatan kerja yang berstatus penganggur mayoritas dikarenakan sedang mencari pekerjaan, sedangkan sebagia kecilny karena mempersiapkan usaha atau karena memang sudah dapat pekerjaan tetpai belum mulai aktif bekerja. Di pihak lain yang patut untuk dicermati adalah bahwa penganggur yang berkategori putus asa jumlahnya relative cukup besar. Ada apa dengan semangat pencari kerja selama ini sehingga mereka mudah berputus asa. Untuk fenomena ini perlu penelitian atau kajian lebih lanjut.

4.6.2 Pengangguran Menurut Jenis Kelamin

TPT perempuan selalu lebih tinggi dari TPT laki – laki, sebagaimana hasil Sakernas yang disajikan pada 3 selama periode 2001 – 2007, TPT perempuan berkisar pada 10,55 agustus 2001 dan 14,71 November 2005. Sedangkan TPT laki – laki hanya berkisar antara 6,59 agustus 2001 dan 9,29 November 2005. Selama periode 2001 – 2005 TPT baik perempuan dan Laki – laki terus meningkat tetapi pada tahun 2006 – 2007 terjadi penurunan.

4.6.3 Pengangguran Menurut Pendidikan

Kualitas mutu dan kompetensi sumber daya manusia dalam pasar tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui sarana transformasi pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang yang termasuk angkatan kerja aka mempengaruhi dan meningkatkan tingkat produktivitas dalam pekerjaanya. Untuk itu analisis Universitas Sumatera Utara cxvi tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan dapat digunakan sebagai indicator ketidakmampuan pasar tenaga kerja memanfaatkan supply angkatan kerja. Tingkat pengangguran terdidik merupakan indicator dari besarnya jumlah dan persentase pengangguran yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi di suatu wilayah. Indicator ini mampu menggambarkan perbandingan jumlah pencari kerja yang berpendidikan tingkat atas SLTA dan yang setara ditambah dengan yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi perguruan tinggiuniversitas, yang dianggap merupakan kelompok terdidik, terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok tersebut. Secara absolute jumlah penganggur di Indonesia terdistribusi di semua jenjang pendidikan seperti disajikan pada table 5.4. Selama periode 2003 – 2007 penganggur dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan SD, SLTP dan SLTA umum proporsinya berimbang yaitu masing – masing sekitar 22 – 26 dari total pengangguran di semua tingkat pendidikan. Diikuti oleh pengangguran dari SLTA kejuruan,yaitu sekitar 10 – 15. Sedangkan jumlah penganggur di tingkat lainnya hanya berkisar antara 1- 7 . Sebagai contoh di antara sekitar 70 juta penganggur hasil sakernas agustus 2007 terdapat sebanyak 94,3 ribu orang penganggur yang tidakbelum pernah sekolah; 438,5 ribu orang belumtidak tamat SD; SD, SLTP dan SLTA umum masing masing sebanyak 2,18 juta orang, 2,26 juta orang dan 2,53 juta orang; SLTA kejuruan 1,54 juta orang; dan DI – DIIIAkademi dan Universitas masing – masing sebanyak 397,2 ribu orang dan 566,6 ribu orang. Merujuk pada table 5.5 yang menyajikan TPT menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan secara umum TPT di semua tingkat pendidikan selama Universitas Sumatera Utara cxvii kurun waktu tahun 2003 – 2007 cenderung turun terutama pada kelompok penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Peningkatan terutama terjadi di bulan November 2005 unutk semua jenjang pendidikan kecuali tidakbelum pernah sekolah. Selama periode tersebut, TPT tingkat SLTA umum dan kejuruan tercatat sebagai yang tertinggi. Sendangkan yang paling rendah adalah tidakbelum pernah sekolah dan belumtidak tamat SD. Pada bulan Agustus tahun 2007 terjadi penurunan TPT yang cukup nayata disbanding tahun sebelumnya kecuali SLTA kejuruan, DI,DIII, akademi dan Universitas. Jika dibedakan antara kelompok penganggur dengan tingkat pendidikan SLTP ke bawah dan SLTA ke atas, dapat ditunjukkan bahwa selama kurun waktu 2003 -2007 jumlah pengangguran tingkat SLTP ke bawah lwbih banyak dari pada SLTA ke atas Gambar 5.5. namun demikian, jumlah penganggur di kelompok SLTP cenderung turun sedangkan SLTA ke atas cenderung meningkat, kecuali ada tahun 2005. berbeda dengan anka absolute pengangguran, TPT pada kelompok pendidikan SLTA ke atas jauh lebih tinggi dibandingkan TPT SLTP ke bawah. Jika ditinjau pada kelompok pengangguran dengan tingkat pendidikan SLTA, dapat ditunjukkan bahwa jumlah penganggur dengan tingkat pendidikan SLTA umum rata rata hampir dua kali lebih banyak dari pada SLTA kejuruan jumlah pengangguran pendidikan SLTA umum selama periode 2003 – 2007 berkisar antara 2,44 juta orang dan 3,07 juta orang . sedangkan jumlah pengangguran pendidikan SLTA kejuruan berkisar antara 1,04 juta orang dan 1,54 juta orang. Universitas Sumatera Utara 118 Tabel 5 Data Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Bulan Pencacahan TdkBelum Pernah Sekolah TdkBelum Tamat SD SD SLTP SLTA umum SLTA kejuruan DI,DII,DIII Universitas Jumlah 2003 Agustus 352.5 710.4 2495.9 2458.9 2435.8 1037.1 202.8 245.9 9939.3 2004 Agustus 336 668.3 2275.3 2690.9 2441.2 1254.3 237.3 348.1 10251.4 2005 Februari 342.7 670.1 2541 2680.8 2680.8 1230.8 322.8 385.4 10854.3 November 264.5 673.5 2729.9 3151.2 3069.3 1306.8 308.5 395.5 11899.3 2006 Februari 234.5 615 2675.5 2860 2842.9 1204.1 297.2 375.6 11104.7 Agustus 170.7 611.3 2589.7 2730 2851.5 1305.2 278.1 395.6 10932 2007 Februari 145.8 520.3 2753.5 2643.1 2630.4 1114.7 330.3 409.9 10547.9 Agustus 94.3 438.5 2179.8 2264.2 2532.2 1538.3 397.2 566.6 10011.1 Sumber : Badan Pusat Statistik Universitas Sumatera Utara

4.6.4 Pengangguran Menurut Daerah Tempat Tinggal

Dokumen yang terkait

Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

2 9 189

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN UANG DI INDONESIA PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL (ECM) (TAHUN PENGAMATAN 2001:1 - 2013:IV)

0 2 163

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA (1:2008 – 12:2015) MELALUI PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL (ECM)

2 7 133

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GULA DI INDONESIA TAHUN 1985-2014 (Pendekatan Error Corection Model (ECM))

4 14 181

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2011 (Pendekatan Error Correction Model).

0 7 7

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2011 (Pendekatan Error Correction Model).

0 3 15

PENDAHULUAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2011 (Pendekatan Error Correction Model).

0 4 8

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1983 – 2007 Dengan Pendekatan Error Correction Model.

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGELUARAN PEMERINTAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PERMINTAAN UANG QUASI DI INDONESIA TAHUN 1997.1 - 2004.4 (Pendekatan Error Correction Model atau ECM).

0 1 13

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PERMINTAAN UANG QUASI DI INDONESIA TAHUN 1997.1 - 2004.4 (Pendekatan Error Correction Model atau ECM).

0 1 8