cii rumah tangga yang memberikan kemudahan bagi mereka untuk mendapatkan
barang kebutuhan yang sifatnya tahan lama durable. bank – bank pada saat ini menjadikan kredit konsumen menjadi motor utama dalam meningkatkan
profitabilitas perbankan. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun kredit konsumsi ini memberikan keuntungan yang sangat besar, bank perkreditan dan
institusi finansial lainnya, tetap harus diperhatikan strategi dan perhitungan yang tepat dalam kriteria dalam pemberian kredit kepada nasabah agar kualitas dari
kredit konsumen tetap terjaga.
4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit Konsumsi
Perkembangan suku bunga kredit konsumsi tidak terlepas dari perkembangan kondisi ekonomi makro yang kemudian ditransmisikan oleh bank
indonesia dalam bentuk pengaturan BI rate yang menjadi acuan penentuan kredit perbankan. Pasca krisis tahun 1998 Bank Indonesia menurunkan tingkat bunga BI
rate yang sesuai dengan program pemerintah dalam meningkatkan tingkat penyaluran kredit. Hal ini ditanggapi oleh perbankan untuk menurunkan tingkat
bunga kreditnya baik investasi, modal kerja dan konsumsi. Begitu pula dengan suku bunga kredit konsumsi yang sangat atraktif bagi
rumah tangga individu. Pada tahun 2000 suku bunga kredit konsumsi berkisar pada level 20 namun semakin menurun hingga pada tahun 2004 sebesar 14 .
Hal ini disebabkan oleh penurunan BI rate pasca krisis tahun 1998 dan semakin baiknya kondisi perekonomian Indonesia. Tingkat pendapatan masyarakat yang
semakin membaik ditunjang oleh iklim investasi yang baik, sehingga mengundang para investor untuk datang dan berinvestasi dan membuka lapangan pekerjaan di
Universitas Sumatera Utara
ciii Indonesia. Hal ini kemudian berdampak langsung pada tingkat konsumsi
masyarakat yang semakin baik serta ekspektasi masyarakat akan perekonomian pada saat itu yang cenderung meningkat tingkat kepercayaannya menyebabkan
masyarakat berani untuk meningkatkan tingkat pinjaman konsumsi pada bank . Namun pada tahun 2005 ketika terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak
yang memaksa BI rate untuk naik sehingga ikut menaikkan suku bunga kredit konsumsi pada level 15 . Akibat kenaikan harga minyak tersebut, kondisi
perekonomian dan stabilitas keamanan sedikit terganggu. Sehingga menyurutkan minat masyarakat dalam melakukan pinjaman konsumsi pada bank. Namun
penunurun itu tidak begitu signifikan.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
june ju
ly augus
t s
ept em
ber oc
tober nov
em ber
dec em
ber januar
y febr
uar y
m a
rc h
apr il
m ay
june ju
ly augus
t s
ept em
ber oc
tober nov
em ber
dec em
ber januar
y febr
uar y
m a
rc h
apr il
m ay
june ju
ly augus
t s
ept em
ber oc
tober nov
em ber
dec em
ber januar
y febr
uar y
m a
rc h
apr il
m ay
june ju
ly augus
t s
ept em
ber oc
tober nov
em ber
dec em
ber januar
y febr
uar y
m a
rc h
apr il
m ay
june ju
ly augus
t s
ept em
ber oc
tober nov
em ber
dec em
ber 2005
2006 2007
2008 2009
Periode S
u k
u b
u n
g a
BI Rate KMK
KI KK
Sumber : Laporan Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia
Gambar 3.3 Perbandingan Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Investasi, Konsumsi dan BI Rate
Universitas Sumatera Utara
civ Pada tahun 2006 terjadi pemulihan kembali dimana BI rate kembali
menunjukkan tren penurunan yang diikuti oleh penurunan kredit perbankan. Namun semenjak tahun 2007 perbankan mulai tidak mengikuti laju
perkembangan BI rate. Perbankan tetap mempertahan kondisi tingkat suku bunga kredit yang tinggi walaupun BI rate telah turun. Hal ini disebabkan oleh tujuan
bank dalam mencapai tingkat keuntungan yang maksimal dengan memperbesar jarak tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga tabungan. Hal ini tentu saja
mempengaruhi transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia. Bahkan pada saat krisis finansial 2008 perbankan tetap mempertahankan tingkat bunga yang tinggi
dengan alasan biaya dana yang dihimpun sangat tinggi akibat krisis likuiditas yang muncul akibatnya tingkat bunga kredit harus dinaikkan. Akibatnya pada
tahun 2008 kinerja perbankan sedikit terganggu akibat krisis yang muncul. Kredibilitas BI rate sebagai acuan tingkat suku bunga kurang diperhatikan
perbankan sehingga mengganggu pengucuran kredit bagi sektro riil. Namun hal itu segera diatasi oleh pihak Bank Indonesia dengan memberikan teguran kepada
Perbankan. Pada gambar 3.3 dapat dilihat perkembangan suku bunga kredit konsumsi
lebih tinggi dari kredit modal kerja dan kredit investasi. Perkembangan tingkat suku bunga kredit konsumsi seiring dengan permintaan kredit konsumsi.
Peningkatan kredit konsumsi yang mulai pada tahun 2004 turut diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga kredit konsumsi. Tingkat suku bunga kredit
konsumsi lebih besar dari pada tingkat bunga kredit investasi dan modal kerja pada saat itu. Tingginya tingkat suku bunga kredit konsumsi disebabkan
permintaan akan kredit konsumsi sangat tinggi sehingga alokasi dana untuk kredit
Universitas Sumatera Utara
cv ini lebih besar dan tentu saja biaya dana pun ikut meningkat. Kemudian,
perbankan menjadikan segmen kredit ini menjadi sumber keuntungan dengan menaikkan tingkat suku bunganya karena jenis kredit ini memberikan prospek
yang baik dari segi pembayaran kembali oleh nasabah dibandingkan dengan jenis kredit investasi dan modal kerja yang sering mengalami gangguan kredit macet.
Begitu pula kondisi psikologis dari kredit ini yang merupakan sumber dana bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mendesak seperti rumah atau kendaraan
sehingga mau tidak mau harus meminjam dana dari bank dalam tingkat bunga berapapun yang artinya meskipun tingkat suku bunga kredit konsumsi tinggi,
masyarakat tetap meminjam dana konsumsi dari bank.
4.5 Perkembangan Produk Domestik Bruto