Makna Al-Islam, Titik Temu Agama-agama Semitik

kesepuluh perintah tersebut terdapat dalam Kitab keluaran Exodus 20 : 3, 5, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16 dan 17. Urutan kesepuluh firman Tuhan tersebut adalah : 1 Janganlah menyembah selain Allah 3 2 Janganlah membuat dan menyembah patung berhala 4 dan 5 3 Janganlah menyebut nama Allah dengan sia-sia 7 4 Ingatlah hari Sabat [Sabtu] 8 5 Hormatilah ayah dan ibu 12 6 Janganlah membunuh 13 7 Janganlah berzina 14 8 Janganlah mencuri 15 9 Jangalah mengucapkan saksi palsu tentang sesama 16 10 Janganlah menginginkan rumah sesamamu, isterinya dan barang-barang seluruhnya 17 89 Umat yahudi diwajibkan untuk tunduk dan patuh kepada ”Sepuluh Perintah Tuhan” tersebut. Ketundukan kepada Tuhan untuk menjalankan perintah-Nya itu dalam term al-Qur’an disebut dengan al-Islam. Kesepuluh perintah tersebut secara implisit dapat kita temukan dalam Q.S. al-An’am 151-153, sebagai berikut : Katakanlah:Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak,dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan suatu sebab yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Rabbmu kepadamu supaya kamu memahaminya. QS. 6:151 Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan 89 Ajat Sudrajat, Tafsir Inklusif Makna Islam...,h.110 sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat, QS. 6:152 dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai- beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. QS. 6:153 90 Dari pernyataan ayat-ayat diatas dan sepuluh perintah Tuhan, maka dalam hal ini kita melihat adanya keterhimpunan yang diajarkan pada agama Yahudi dan Islam dalam hal hubungan vertikal dengan Tuhan dan hubungan horizontal antar sesama manusia. Ibadah merupakan realisasi dari ketundukan kepada Tuhan, peribadatan dalam agama Yahudi berupa ”selamatan” dan berkurban untuk mencapai keridhoan-Nya. Bentuk pengorbanan ritual pada umumnya dilakukan dengan melakukan korban diatas mezbah altar yang kemudian korban itu dimakan oleh para peserta ritual worshipper tersebut. Dalam al-Qur’an QS. Al- Baqarah :67-71 91 kita bisa temukan informasi perihal peribadatan 90 Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya…, h.214-215 91 Dan ingatlah, ketika Musa berkata kepada kaumnya:Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina. Mereka berkata:Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?. Musa menjawab:Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil. QS. 2:67 Mereka menjawab:Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?. Musa menjawab:sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. QS. 2:68 Mereka berkata:Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya. Musa menjawab:Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. QS.2:69Mereka berkata:Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu masih samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk. QS. 2:70 Musa berkata:Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Mereka berkata:Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang Yahudi dalam berkorban adalah perintah kepada Israel untuk menyembelih sapi betina. Kata kunci dari hubungan timbal balik antara manusia dengan Tuhan dan antar sesama manusia dalam agama Yahudi adalah shalom, shalem, shelamim yang artinya kedamaian peace. Kata ini berdekatan dengan kata salam dalam term al-Islam . Pengertian shalom atau kedamaian dan integritasnya dalam kehidupan yang penuh berkah, bisa menyentuh berbagai sektor baik ekonomi maupun politik melalui penguasa Israel 92 . Dengan demikian ide monoteisme antara Yahudi dan Islam terletak pada konsepsinya tentang keesaan Tuhan dan ketundukan kepada perintah-perintah-Nya. Sementara itu dalam hal teologi dan keimanan, agama Kristen mewarisi dari agama Yahudi. Teologi Perjanjian Baru dimulai dengan keyakinan yang sangat besar, yakni : Allah ada bahwa Dia menciptakan manusia dan terus memperhatikannya 93 dalam Yohanes 4 : 24 disebutkan bahwa : ”Allah itu Roh dan barangsiapa yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenarannya”. Ajaran teologi Kristen memang begitu dekat dengan istilah penyatuan roh Tuhan dan roh manusia. Oleh karenanya, untuk kemudian kita mengenal istilah Trinitas dalam teologi kristen. Konsepsi hubungan Tuhan dengan manusia dalam agama Kristen adalah bahwa manusia itu diciptakan dalam persamaan likeness Tuhan, karena itu manusia adalah bayangan image dan pujian- sebenarnya. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. QS. 2:71. Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya… 92 Pernyataan kedamaian pada suatu bangsa berarti kondisi pemerintahan yang penuh dengan kedamaian dan keadilan. Keduanya merupakan tanggung jawab sentral dari para raja dan pembesar agama bangsa Israel. Kedamaian tersebut dibangun oleh Tuhan Yahweh, karena Tuhan sendiri Maha Damai dan Maha Penyelamat. Kondisi demikian telah dilakukan oleh raja Gedion sebagaimana disebutkan dalam kitab Hakim-Hakim 24 : 6 93 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, terj. Lisda T Gamadhi, Jakarta : PT.BPK Gunung Mulia, 1995, Cet.4, h.43 Nya. Kesamaan antara manusia dengan Tuhan berarti dalam kesucian dan kebenaran-Nya, kendatipun sebenarnya hal ini bersifat spiritual. Pengetahuan tentang Tuhan nampak dalam pewahyuan firman-Nya melalui roh suci, kemudian pada realitas dan keyakinan serta kepatuhan. Selain mewarisi monoteisme Yahudi, agama kristen memiliki kekhususan tersendiri, keyakinan Kristen dimulai dengan mengkuduskan makna pribadi Yesus yang dipandang sebagai Kristus penyelamat. Kepatuhan terhadap seruan Kristus merupakan iman faith, dalam iman itu adalah keadilan Tuhan dan rahmat-Nya yang bisa diketahui. Iman merupakan determinasi tindakan manusia melalui esensi gereja agama yang diajarkan Yesus Kristus melalui pendekatan ”Tuhan pada manusia” Human God 94 Hubungan manusia dengan ciri sebagai makhluk creatureliness Tuhan diekspresikan hanya dengan melalui keutuhan pesan Kristus. Dengan posisi Tuhan manusia sebagai makhluk yang berada pada kerajaan Allah, dan posisi Tuhan sebagai raja, maka manusia harus patuh dan tunduk pada perintah- Nya. Kepatuhan kepada Tuhan merupakan syarat mutlak bagi keinsafan manusia kepada-Nya. Hal itu bisa terjadi hanya jika seorang hamba melintasi jalan Tuhan dan berkeinginan unuk mengidentifikasi dirinya dengan Tuhan. Hubungan antara manusia dan Tuhan dengan pengorbanan paling klimaks terdapat dalam pribadi Yesus. Yesus telah mengorbankan dirinya demi keselamatan orang banyak berupa penebusan dosa. Selama hidupnya Yesus mendasarkan agama pada prinsip cinta kasih. Prinsip ini dijadikan dasar dalam menafsirkan kembali hukum-hukum Taurat Markus 12 :31; 2 : 23-28; 7 : 1-23, 94 Ajat Sudrajat, Tafsir Inklusif Makna Islam...,h.128 Matius 22 : 40; 23 : 23; 5 : 17-58, dan Lukas 10 : 25-37. Yang paling mendasar terdapat pada Markus 12 :31, yaitu: ”Jawab Yesus : Hukum yang terutama ialah ; Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dengan segenap akal budimu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah ; kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” 95 Inilah hakikat keberagamaan kristiani, nilai-nilai monoteisme serta pola relasi antara manusia dan Tuhan dan manusia antar sesama yang juga serupa dengan agama Yahudi dan Islam. Maka titik temu ketiga agama samawi ini merupakan pemahaman terhadap makna al-Islam itu sendiri yang artinya tunduk, patuh dan berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan 96 . Untuk lebih dalam memaknai dan memahami istilah konsepsi al-Islam itu sendiri, marilah kita merujuk pada QS. Ali Imran : 83, 84 dan 85 mengenai struktur kata yang digunakan al- Qur’an dalam pengungakapan term al-Islam. ﺮﻴﻐﹶﻓﹶﺃ ﹺﻦﻳﺩ ِﷲﺍ ﹶﻥﻮﻐﺒﻳ ﻪﹶﻟﻭ ﻢﹶﻠﺳﹶﺃ ﻦﻣ ﻲﻓ ﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ ﹺﺽﺭَﻷﹾﺍﻭ ﺎﻋﻮﹶﻃ ﻭ ﺎﻫﺮﹶﻛ ﻪﻴﹶﻟﹺﺇﻭ ﹶﻥﻮﻌﺟﺮﻳ ﺎﻨﻣﺍَﺀﹾﻞﹸﻗ ِﷲﺎﹺﺑ ﹶﻝﹺﺰﻧﹸﺃﺂﻣﻭ ﺎﻨﻴﹶﻠﻋ ﹶﻝﹺﺰﻧﹸﺃﺂﻣﻭ ﻰﹶﻠﻋ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﹺﺇ ﻋﺎﻤﺳﹺﺇﻭ ﹶﻞﻴ ﻕﺎﺤﺳﹺﺇﻭ ﺏﻮﹸﻘﻌﻳﻭ ﻁﺎﺒﺳَﻷﹾﺍﻭ ﻲﺗﻭﹸﺃﺂﻣﻭ ﻰﺳﻮﻣ ﻰﺴﻴﻋﻭ ﹶﻥﻮﻴﹺﺒﻨﻟﺍﻭ ﻦﻣ ﻢﹺﻬﺑﺭ ﹶﻻ ﻕﺮﹶﻔﻧ ﻦﻴﺑ ﺪﺣﹶﺃ ﻢﻬﻨﻣ ﻦﺤﻧﻭ ﻪﹶﻟ ﹶﻥﻮﻤﻠﺴﻣ ﻦﻣﻭ ﹺﻎﺘﺒﻳ ﺮﻴﹶﻏ ﹺﻡﹶﻼﺳِﻷﹾﺍ ﺎﻨﻳﺩ ﻦﹶﻠﹶﻓ ﹶﻞﺒﹾﻘﻳ ﻪﻨﻣ ﻮﻫﻭ ﻲﻓ ﺓﺮﺧَﻷﹾﺍ ﻦﻣ ﻦﻳﹺﺮﺳﺎﺨﹾﻟﺍ ”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa 95 Ajat Sudrajat, Tafsir Inklusif Makna Islam...,h.133-134 96 Dalam agama Kristen tidak dikenal istilah tertentu yang berdekatan dengan makna istilah ShalomSalam atau al-IslamShalem tersebut, baik secara literal maupun maknawi namun esensi ajaran Kristen tentang ketauhidan tidaklah berbeda yang kemudian diimplementasikan dalam konsep cinta kasih. Sehingga dengan demikian konsep aal-Islam sudah inheren dan terdapat didalamnya. yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. QS. 3:83 Katakanlah:Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub, dan anak- anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri. QS. 3:84 Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. QS. 3:85” 97 Pada ayat diatas QS. Ali Imran : 83, penyebutan al-Islam berserah diri, diungkapkan dengan bentuk kata kerja lampau fi’il madhi, aslama. Hal ini berarti al-Islam merupakan suatu proses melakukan “berserah diri”. Dalam ayat berikutnya QS. Ali Imran : 84, makna al-Islam diungkapkan dalam bentuk kata sifat isim fa’il yang merujuk pada personalitas dalam bentuk jamaknya, muslimun. Hal ini berarti al-Islam mengacu kepada orang-orang yang mempunyai sifat keberagamaan yang dimaksud yaitu yang menyerahkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Pada ayat selanjutnya QS. Ali Imran : 85,makna al-islam diungkapkan dalam bentuk kata benda mashdar al-Islam itu sendiri. Penafsiran yang biasa digunakan adalah agama Islam. Yaitu suatu agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. Pemaknaan dalam bentuk kata benda ini memposisikan al-Islam yang sebelumnya adalah sikap dan sifat menjadi suatu golongan yang dibakukan dalam bentuk agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. Sehingga kita bisa melihat dengan jelas pola pengkhususan yang diungkapkan, namun demikian makna al-Islam dalam bentuknya sebagai kata kerja dan kata sifat tetap tidak kehilangan esensinya. Ini berarti bahwa sikap al-Islam dan sifat al-Islam tetap terkandung meski pada orang- orang yang diluar al-Islam dalam bentuk kata benda. Karena walau 97 Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya…, h.89-90 bagaimanapun agama yang dianut para nabi dan umat-umat yang mengikuti ajarannya adalah al-Islam pada tataran nilai religiusnya, hanya saja belum diungkapkan dalam bentuk khususnya sebagai kata benda. Sehingga Al-Islam adalah agama untuk orang-orang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt. Secara prinsipil dan garis besar bahwa term al-islam adalah hakikat keberagamaan manusia, karena ia adalah fitrah itu sendiri. Al-Islam merupakan etika kebaikan universal. Dalam konteks ini tidak ada perbedaan antara agama-agama semitik yang telah disebutkan diatas. Karena semua agama menjunjung tinggi etika. Dengan kata lain al-Islam adalah petunjuk Allah kepada manusia, bagi siapa saja yang ingin berserah diri kepada-Nya dengan mentaati aturan-aturan agama yang dimilikinya dan menjaga kelestarian hidup dimuka bumi, merekalah orang-orang yang disebut hanif dan muslim. Schuon membuat definisi menarik tentang Islam. Baginya Islam adalah ”pertemuan antara Allah sebagaimana adanya dengan manusia sebagaimana adanya” 98 yang dimaksudkan dengan Allah sebagaimana adanya bukanlah Allah seperti yang dimanifestasikan- Nya sendiri dengan cara tertentu, tetapi Allah yang bebas dari sejarah, dan oleh karena itu sebagaimana Dia adalah Dia dan sebagaimana oleh karena sifat-Nya, Dia menciptakan alam semesta dan mewahyukan agama. Artinya bila berbicara mengenai Allah, maka samalah artinya berbicara mengenai “eksistensi”, ”penciptaan alam semesta” dan ”agama” atau dengan kata lain mengenai ”realitas”, ”manifestasi” dan ”reintegrasi”. Kemudian yang dimaksudkan dengan manusia sebagaimana adanya bukanlah sebagai makhluk yang terjatuh dari surga dan memerlukan keajaiban untuk menyelamatkan dirinya, tetapi 98 Hamid Nasuhi, Frithjof Schuon dan Filsafat perennial, dalam jurnal : REFLEKSI; Jurnal kajian Agama dan Filsafat, Jakarta : Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, Vol.IV, No.2, h. 89 sebagai manusia, dia adalah makhluk theomorfis yang memiliki intelegensi sehingga dapat memahami Yang Mutlak dan memiliki kehendak, sehingga dapat memilih jalan menuju kepada Yang Mutlak. Dengan demikian berbicara mengenai manusia, sama artinya berbicara mengenai ”theomorfisme”, ”intelegensi transenden” dan ”kebebasan berkehendak”. Semua inilah yang menurut Schuon merupakan dasar-dasar dari perspektif Islam; dasar-dasar inilah yang kemudian menerangkan perspektif tersebut, dan dasar-dasar ini jangan sampai dilupakan oleh orang-orang yang ingin memahami setiap aspek tertentu dari Islam. Menurut Schuon, dalam esensinya, Islam merupakan kebenaran dan hukum. Sebagai kebenaran dan hukum, Islam hendak memberi jawaban kepada Intelegensi dan kehendak bebas manusia sehingga ia bisa lepas dari ketidakpastian dan keragu- raguan, yang pada gilirannya menghilangkan kesalahan dan dosa. Oleh sebab itu, doktrin yang paling fundamental dalam Islam adalah syahadat kesaksian. Bagian pertama syahadat, La ilaha illa Allah, merupakan kesaksian mengenai kebenaran eksistensial Tuhan Allah, dan ini menjadi pengakuan iman yang menetapkan intelegensi manusia. Bagian kedua, Muhammad rasul Allah, yang berkenaan dengan Nabi Muhammad merupakan refleksi dari kesaksian terhadap hukum Islam syari’ah yang menetapkan kehendak dan aksi manusia 99 Karena manusia adalah intelegensi Transenden dan kebebasan berkehendak, lanjut Schuon, maka intelegensi dan kehendak atau transendensi dan kemerdekaan inilah yang menyelamatkannya. Intelegensi ini tidak lain daripada pengetahuan mengenai Yang Esa, atau Yang Mutlak, dan mengenai ketergantungan segala sesuatu kepada-Nya. Dan kehendak adalah al-Islam, atau kesesuaian dengan yang dikehendaki oleh Allah. 99 Hamid Nasuhi, Frithjof Schuon dan Filsafat perennial…, h.90 Ditambah dengan al-Ihsan – yang arti harfiahnya adalah ”kebajikan” – yang manifestasinya adalah ”mengingat Allah”. Sebagaimana agama-agama lain, Islam juga memiliki substansi dan bentuk. Dalam pandangan Schuon, Islam menyebar keseluruh dunia bagaikan kilat berkat substansinya, dan penyebarannya terhenti dikarenakan bentuknya. Substansi mempunyai hak-hak yang tidak terbatas, sebab ia lahir dari Yang mutlak, sedangkan bentuk adalah relatif dank arena itu hak-haknya terbatas 100 Tentang hal ini, Schuon memaparkan sebuah analogi dari perjalanan historis antara Kristen dan Islam: “Jika Tuhan benar-benar ingin menyelamatkan dunia melalui agama Kristen dan bukan dengan sarana lain, maka mustahil untuk menjelaskan mengapa beberapa abad kemudian, ketika agama Kristen belum berhasil memantapkan kedudukannya di Eropa, Dia membiarkan agama lain – Islam – menumbuhkan dirinya justru didalam wilayah-wilayah dimana pahala Kristen telah diusahakan untuk dimasukkan sehingga dengan demikian tertutup dan terkuncilah untuk selamanya pintu untuk menyebarkan agama Kristen ke Timur. Sebaliknya, jika kedatangan Islam menandakan bahwa seluruh dunia hendaknya memeluk agama ini, maka tidak akan dapat dijelaskan mengapa Tuhan menutup hati manusia dengan perasaan Kristen, dan membuat dunia Barat tidak dapat ditembus oleh pesan yang dibawa Muhammad” 101 Yahudi, Kristen dan Islam memiliki kumpulan wahyu ilahiah yang sama, dalam bentuk-bentuk aslinya, ketiganya dapat dipandang tidak hanya sebagai satu tradisi agama, tetapi juga sebagai satu agama. Hal ini sendiri diucapkan secara berulang- ulang dan gamblang didalam al-Quran, ketika Tuhan mengatakan bahwa agama yang ditetapkan pada Nabi Muhammad adalah agama yang sama ditetapkan Tuhan kepada nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa. Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran : 100 Hamid Nasuhi, Frithjof Schuon dan Filsafat perennial…, h.90 101 Hamid Nasuhi, Frithjof Schuon dan Filsafat perennial…, h.90 ﻪﹺﺑ ﺎﻨﻴﺻﻭﺎﻣﻭ ﻚﻴﹶﻟﹺﺇ ﺂﻨﻴﺣﻭﹶﺃ ﻱﺬﱠﻟﺍﻭ ﺎﺣﻮﻧ ﻪﹺﺑ ﻰﺻﻭﺎﻣ ﹺﻦﻳﺪﻟﺍ ﻦﻣ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﻉﺮﺷ ﻰﹶﻠﻋ ﺮﺒﹶﻛ ﻪﻴﻓ ﺍﻮﹸﻗﺮﹶﻔﺘﺗﹶﻻﻭ ﻦﻳﺪﻟﺍ ﺍﻮﻤﻴﻗﹶﺃ ﹾﻥﹶﺃ ﻰﺴﻴﻋﻭ ﻰﺳﻮﻣﻭ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﹺﺇ ﺘﺠﻳ ُﷲﺍ ﻪﻴﹶﻟﹺﺇ ﻢﻫﻮﻋﺪﺗﺎﻣ ﲔﻛﹺﺮﺸﻤﹾﻟﺍ ﺐﻴﹺﻨﻳ ﻦﻣ ﻪﻴﹶﻟﹺﺇ ﻱﺪﻬﻳﻭ ُﺀﺂﺸﻳ ﻦﻣ ﻪﻴﹶﻟﹺﺇ ﻲﹺﺒ ﻯﺭﻮﺸﻟﺍ : ١۳ Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada agama-Nya orang yang kembali kepada-Nya. QS. 42:13 102 102 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya…, h.785

BAB III WAHDAT AL-ADYAN DAN PLURALISME AGAMA

Beberapa pandangan kejamakan dan keragaman plural serta kesatuan wahdat yang dinisbahkan kepada agama, merupakan gagasan-gagasan yang dikonstruksi oleh para cendekiawan, filsuf, teolog dan kaum sufi baik dari dunia Timur maupun Barat yang dipengaruhi oleh suatu pandangan tentang pentingnya harmonisasi kehidupan dan memecahkan sebagian masalah-masalah akidah dan keyakinan dan juga untuk memecahkan sebagian dari masalah-masalah kemasyarakatan yang muncul diantara agama-agama yang berbeda. Dalam konteks wacana agama-agama, kita sering mendengar istilah “titik temu agama-agama” 1 , beberapa diantara tawaran alternatif dalam mencari titik temu agama-agama adalah konsep pluralisme agama dan wahdat al-Adyan. Berbeda dengan pluralisme yang lebih populer dan sering didengungkan dalam kajian filsafat dan ilmu pengetahuan keagamaan dewasa ini, nampaknya wahdat al-Adyan telah kehilangan momentumnya dan mulai terlupakan dalam kajian- kajian ilmu keislaman. Menurut penulis, terdapat perbedaan yang menarik diantara kedua konsep tersebut pluralisme agama dan wahdat al-Adyan dilihat 1 Titik temu agama-agama atau istilah yang digunakan oleh Sayyed Hussein Nasr, istilah yang serupa dengannya seperti “Unity of Transendent Religions” yang digunakan oleh Frithjof Schuon, “The Common Vision” yang digunakan oleh Huston Smith, dan “The Common Platform atau kalimah sawa’” yang digunakan oleh Nurcholis Madjid. dari embrio kemunculan dan perkembangannya. Perbedaan tersebut dapat diidentifikasi dari disiplin ilmu dan tradisi keagamaan yang mengembangkan masing-masing konsep tersebut. Wahdat al-Adyan merupakan ajaran yang lahir dan berkembang dari tradisi tasawuf pada masa kebangkitan Islam di Timur Tengah hingga Eropa yakni pada awal abad ke-11, beberapa sufi yang mengajarkan konsep ini diantaranya adalah al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi, Hazrat Inayat Khan, Muhaiyaden dan Jalaludin Rumi. Sedangkan pluralisme agama adalah ajaran yang lahir dan berkembang dalam tradisi filsafat Barat dan dan beberapa konsili gereja-gereja di Eropa pada awal abad ke-20 yang diusung oleh para sarjana dan teolog Kristen diantaranya adalah John Hick, Ernst Troeltsch, William E. Hocking, Arnold Toynbee dan Grover Cleveland.

A. Wahdat al-Adyan

Berdasarkan penjelasan diatas, kita dapat melihat bahwa pluralisme lahir dari gagasan filsafat Barat-Kristen sedangkan wahdat al-Adyan lahir dari ajaran-ajaran tasawuf Islam. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa akar dari tren harmonisasi agama-agama telah jauh lebih dulu diperkenalkan oleh dunia Islam, terlebih bila kita mengacu pada Piagam Madinah pada masa Nabi SAW. Khazanah intelektualitas inilah yang kini terpendam dan terlupakan, padahal bila kita lebih jauh mengkaji ajaran-ajaran tasawuf, kita akan menemukan sikap kerendahan hati, keramahan, keterbukaan, saling menghargai dalam beragama tanpa harus mencampur- adukkan ajaran agama dan keyakinan diantara agama-agama. Kiranya hal inilah yang dilakukan oleh para sufi terdahulu dengan penghayatan keimanan yang dipenuhi rasa cinta dan tulus dalam memahami ajaran-ajaran agama. Dunia tasawuf dikenal banyak memiliki konsep tentang al-wahdat kesatuan, seperti wahdat d-wujud, wahdat al-syuhud, wahdat al-ummah, dan wahdat al-Adyan. Berdasarkan hasil rangkuman Ahmad Amin. Salah satu ajaran al-wahdat tersebut adalah wahdat al-Adyan kesatuan agama-agama, yang banyak ditanggapi pro maupun kontra oleh berbagai kalangan, sejak zaman dahulu sampai sekarang. Orang yang dianggap pertama kali menyodorkan wahdat al-Adyan ini adalah al-Hallaj. Sebagai konsep yang cukup menarik, pada perkembangan berikutnya banyak diikuti oleh para pemikir lain, seperti Ibn Arabi, Jalaluddin Rumi dan Hazral Inayat Khan. Konsep ini diperkirakan berawal dari penjabaran formulasi kalimat tauhid: La Ilaha Illa Allah, yang mempunyai implikasi sangat dalam bagi kehidupan umat Islam, sebab kalimat ini merangkum secara universal bagaimana seharusnya manusia hidup memandang dirinya dan alam semesta dalam kaitan-nya dengan Yang Mutlak Tuhan. Segala sesuatu dipandang sebagai wujud dari karya Tuhan dan fenomena kebesaran-Nya. sehingga pada umumnya ajaran tasawuf memandang bahwa keanekaragaman agama di dunia hanya sekadar bentuk, sedang hakikatnya sama, karena semuanya mempunyai sumber yang sama dan bertujuan untuk menyembah Zat yang sama pula, yakni Tuhan Pencipta alam semesta 2 .

1. Pengertian Wahdat al-Adyan

Secara etimologis wahdat al Adyan terdiri dari dua kata, yaitu ”wahdat” dalam bahasa Arab yang berarti kesatuan dan ”adyan” yang berarti agama-agama jamak dari kata al-Din : agama 3 Dalam kamus al-Mu’jam al-Falsafi, kata wahdat dipertentangkan dengan pengertian al-Katsirah “banyak” yang berarti keadaan sesuatu yang tidak terbagi 4 Dalam pengertian lain, kata “wahdat” lazim berarti “kesatuan, kesamaan, keesaan” 5 , sedangkan kesatuan diartikan pula dengan “perihal satu, keesaan” dengan sifat tunggal atau keseutuhan 6 . 2 Fathimah Usman, Wahdat al-Adyan : Dialog Pluralisme Agama…, h.11 3 Tanpa Nama, Wahdat al-Adyan : Melerai Konflik Umat Beragama, dari www.nusantaraonline.com, didownload pada tanggal 15 Januari 2009 4 Rahmil Shaliba, al-Mu’jam al-Falsafi, Beirut : Dar al-Kitab al-Banani, 1973, Cet.1, h.361 5 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta : Multi Karya Grafika, 2003, Cet.VIII, h.2004 6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : 2009, Cet.2, h.787