Demikianlah teori-teori yang dikemukakan selanjutnya dalam upaya mencapai titik temu agama-agama.
A. Agama dan Keberagamaan
Agama merupakan tuntunan yang menyentuh hal-hal paling prinsipil dari manusia, yaitu keyakinan, sedangkan keyakinan itu sendiri bersumber
dari hati hati “qalb” yang suci, yang berjalan sesuai dengan fitrahnya
3
. Agama merupakan wadah manifestasi fitrah manusia, dari sanalah manusia
mendapat keyakinan tentang Tuhan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah; bagaimana manusia mendapatkan pemahaman dan keyakinan yang
benar kepada Tuhan? Untuk mendapatkan pemahaman yang benar kepada Tuhan, tentunya
manusia harus memperolah pemahaman yang benar terhadap agama yang dianutnya. Setiap agama memang memiliki konsep teologinya masing-
masing, sehingga dalam memahami makna agama harus dibicarakan satu nafas dengan pembicaraan tentang Tuhan
4
. Ajaran agama mengisyaratkan tentang hakikat tuhan, agama diyakini sebagai jalan hidup yang bersumber
dan kembali kepada tuhan. Oleh sebab itu, hakikat agama itu sendiri adalah tuhan. Pemahaman terhadap konsep teologis inilah yang menentukan
keyakinan dan konsistensi pemeluk agama dalam menjalankan ajaran agamanya. Sehingga dalam menjalankan perintah agama disertai dengan
penghayatan akan kehadiran Tuhan dalam setiap laku-aktivitas yang dilakukan karena merasa dirinya terikat langsung dengan tuhan sebagai satu-
satunya sumber kebenaran hakiki, pemberi aturan moral dan hakim atas tindakan-tindakan manusia
5
.
3
Fitrah adalah sifat dasar dan alamiah manusia. Kata ini diturunkan dari kata fathara yang memiliki arti “memecah” atau “memisahkan”. Fathara juga dapat berarti “menciptakan” keadaan
non wujud terpecah dan terbuka, sehingga terkuaklah kutub kebalikannya : penciptaan, pengetahuan sejati – pengetahuan transformatif – pengetahuan mendasar dalam diri manusia yakni
pengetahuanjalan menuju Tuhan. Lihat : Fadhullah Haeri, Jiwa Al-Qur’an : Tafsir Surat al- Baqarah, Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2001, Cet.1, h.24-25
4
A.M Romly, Fungsi Agama Bagi Manusia : Suatu Pendekatan Filsafat…, h.11
5
Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebenaran hakiki dan absolut, berarti meyakini bahwa agama adalah jalan menuju kebenaran, karena kebenaran itu hanya dimiliki oleh Tuhan, maka
benar dan salah secara absolut hanya ada dalam penilaian Tuhan. Olah sebab itu, fungsi agama adalah pembentukan iman. Dengan demikian manusia sebagai pencari kebenaran secara sadar
Substansi keberagamaan manusia adalah meyakini adanya Yang Mutlak, maka oleh karena itu, memahami substansi agama berarti
menumbuhkan sikap saling menghormati ajaran agama lain
6
. Bila hakikat keberagamaan adalah Tuhan itu sendiri, maka dalam memahami substansi
keberagamaan adalah upaya seseorang dalam menanggapi keberadaan agama lain, untuk itu diperlukan kesadaran yang merupakan modal dasar untuk
bersikap wajar dan proporsional. Dengan demikian ia dapat menempatkan dirinya dan keyakinannya ditengah keberagaman tersebut, ia juga dapat
memposisikan keyakinan lain diluar dirinya tetapi sebagai bagian yang inheren dari keyakinannya sehingga perbedaan-perbedaan yang ada tidak
menghilangkan substansinya, atau dengan kata lain melihat adanya kesamaan substansi yang menyatukan perbedaan. Maka pandangan substansi agama
adalah pandangan dasar yang melahirkan prinsip-prinsip kebersamaan terhadap agama-agama lain disamping itu juga meneguhkan prinsip
keunikannya sendiri. Mengenai hal ini seorang penganut harus memiliki prinsip agree in disagreement setuju untuk tidak setuju, agree in agreement
setuju untuk saling setuju, dan agree in different setuju didalam perbedaan.
Agree in disagreement atau setuju untuk tidak setuju, dalam hal yang prinsipil dan dasar-dasar dalam agama, misalnya tentang akidah atau
keimanan. Dalam prinsip ini masing-masing pemeluk agama harus memantapkan posisi kepercayaan umatnya dan meyakinkan bahwa agamanya
berbeda dengan agama lain. Agree in agreement atau setuju untuk saling setuju adalah mengakui bahwa ajaran agama memiliki sifatnya yang ekslusif
sekaligus juga inklusif. Banyak hal semakna yang ditemukan dalam setiap
akan mengaktualisasikan dirinya dengan menjalankan perintah Tuhan disertai dengan penyerahan diri kepada Tuhan. Sedangkan Tuhan sebagai satu-satunya pemberi aturan moral dan hakim atas
tindakan manusia berarti meyakini bahwa agama adalah jalan kebaikan – keselamatan – kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan, maka baik dan buruk secara absolut hanya ada dalam
penilaian Tuhan untuk menentukan keselamatan dan kebahagiaan manusia. Oleh sebab itu fungsi agama adalah pembentukan akhlak. Dengan demikian manusia sebagai pencari kebahagiaan secara
sadar mengapresiasikan nilai-nilai ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
6
Said Agil Husain Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta : Ciputat Press, 2005, Cet.3, h.208