Gaya Bahasa Berdasarkan langsung Tidaknya Makna

e. Hiperbola Hiperbola ini merupakan gaya bahasa yang “menggambarkan sesuatu dengan cara yang berlebih-lebihan ”. 26 Efek yang ingin ditonjolkan dari penggunaan gaya ini adalah untuk “meningkatkan kesan dan pengaruh kalimat tersebut kepada pembaca ”. 27 f. Paradoks Sebuah gaya yang mengandung “pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada ”. 28 Paradoks digunakan pengarang dengan tujuan untuk menimbulkan efek dramatis terhadap pembaca. Gaya bahasa ini juga berfungsi untuk mengasah imajinasi pembaca terhadap dua hal atau situasi yang berbeda.

2. Gaya Bahasa Kiasan

Pokok dasar dalam membuat sebuah bahasa kiasan adalah perbandingan atau persamaan. 29 Gaya bahasa kiasan ini terdiri atas sembilan belas gaya. Kesembilan belas gaya bahasa tersebut adalah simile, metafora, alegori, parabel, fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, innuendo, antifrasis, dan paronomasia. Namun, di bawah ini peneliti hanya akan menjelaskan beberapa gaya bahasa saja yang ditemukan dalam penelitian ini. a. Simile atau Perbandingan Gaya bahasa simile adalah “gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit ”. 30 Maksud dari eksplisit adalah perbandingan yang langsung 26 Ibid, h. 135. 27 Tarigan, op. cit., h. 55. 28 Keraf, op. cit., h. 136. 29 Ibid. 30 Ibid, h. 138. menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Perbandingan ini mengunakan “kata bandingan berupa seperti, sama, sebagai, layaknya, laksana, serupa, ibarat, umpama, bak, dan bagai ”. 31 b. Metafora Gaya bahasa ini merupakan “perbandingan semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat ”. 32 Metafora ini sama halnya dengan simile, termasuk ke dalam majas persamaan atau perbandingan. Bedanya, metafora tidak memerlukan kata perumpamaan seperti halnya simile. Dalam membandingkan, metafora langsung membandingkan benda yang ingin disamakan dengan benda lain yang memiliki sifat yang sama. “Salah satu cara untuk membuat metafora adalah dengan menggunakan gaya sinestesia ”. 33 Perbandingan sesuatu dengan yang biasa dirasakan oleh indera manusia ini banyak digunakan untuk menghasilkan sebuah makna yang mudah dimengerti oleh pembaca. c. Personifikasi Personifikasi adalah “gaya bahasa perbandingan yang mengggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan ”. 34 Dalam gaya bahasa ini, benda mati diceritakan mampu melakukan apa yang lazimnya dilakukan oleh makhluk hidup, baik itu manusia maupun hewan. Dengan menggunakan personifikasi, “pembaca akan mendapatkan efek berupa kejelasan pembeberan suatu kondisi dan imajinasi yang jelas ”. 35 31 Damayanti, op. cit., h, 48. 32 Keraf, op. cit., h. 139. 33 Ibid, h. 99. 34 Keraf, op. cit., h. 140. 35 Damayanti, op. cit., h. 27.