A. Gaya Bahasa
No Kalimat
Gaya bahasa 1
Namun, bisul itu mengeram di pantat Sang Prabu sehingga sangat mengganggu duduk dan tidurnya.
Antonomasia 2
Namun, bisul itu mengeram di pantat Sang Prabu sehingga sangat mengganggu duduk dan tidurnya.
Personifikasi
B. Struktur Kalimat
No Kalimat
Struktur Kalimat 1
Berita itu masing simpang siur karena belum ada keterangan resmi yang diberikan istana.
Kendur
2 Awalnya tersebar berita Kalagemet Sri Jayanegara jatuh sakit,
dengan jenis sakit yang tidak luar biasa. Klimaks
3 Kasak-kusuk
yang berkembang,
sakit yang
diderita Jayanegara hanya berupa bisul.
4 Namun, bisul itu mengeram di pantat Sang Prabu sehingga
sangat menganggu duduk dan tidurnya.
1.2. Konflik
Perhatian segenap yang hadir di ruangan itu segera beralih kepada Jayanegara. Racun yang diminum mulai menjalar. Gajah
Mada layak merasa cemas karena ia mengenal dengan baik siapa Rakrian Tanca, bagaimana kemampuan yang dimiliki tabib berusia
amat muda itu. Rakrian Tanca gemar bermain-main dengan racun paling mematikan, racun warangan yang dibalurkan ke keris dan
ujung tombak maupun trisula, yang setiap goresan dijamin akan menjadi pembuka pintu gerbang kematian. Ra Tanca juga gemar
bermain-main dengan racun berbagai jenis ular mematikan, mulai dari jenis bandotan sampai weling. Ra Tanca sendiri kebal terhadap
racun-racun itu karena selalu menelan empedunya, sebaliknya tidak dengan Jayanegara.
Racun yang diminumkan kepada Raja Majapahit itu tentu merupakan jaminan, korban tak mungkin selamat. Namun, Gajah
Mada tak mau menyerah. Meski tak seperti Ra Tanca yang amat menguasai ilmu pegobatan, walau sedikit Gajah Mada memahami
bagian-bagian paling sederhana, seperti tindakan apa yang harus dilakukan untuk menawarkan racun yang terlanjur masuk ke tubuh.
Perintah diberikan kepada seorang prajurit untuk segera mencari kelapa muda dari jenis degan ijo yang diyakini mampu
menawarkan berbagai jenis racun dengan menyerapnya.
Mayat Ra Tanca yang digotong itulah yang dengan segera mengagetkan para kawula yang melakukan pepe di alun-alun.
Sejak petang hingga petang ratusan orang berkumpul, bersama- sama mendoakan agar raja muda anak Raden Wijaya itu segera
sembuh. Akan tetapi, yang tidak terduga terjadi. Arah angin mendadak berubah.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya seorang prajurit yang belum mengetahui duduk persoalannya.
“Ra Tanca diminta mengobati Baginda, tetapi Ra Tanca malah meracun Sang Prabu,” jawab prajurit yang lain.
“Ha?” beberapa prajurit yang menggerombol terkejut. Mayat Ra Tanca yang digotong keluar memang menimbulkan
kecemasan, yang tak ubahnya penyakit lalu menular, menular, dan menular, menulari siapa saja, menular dari prajurit ke prajurit,
menular ke para abdi dalem istana, menular ke beberapa orang yang bergerombol tak jauh dari Purawaktra dan dengan segera
berubah menjadi ledakan yang mata menggelisahkan siapa pun. Berita mengejutkan itu dengan segera menjalar ke sudut-sudut
kotaraja. Nyaris semua kawula yang tinggal di balik dinding batas kotaraja terhenyak. Kawula yang tinggal di luar dinding batas
kotaraja ada juga yang mnedengar berita itu.
2
A. Gaya Bahasa
No Kalimat
Gaya bahasa 1
Racun yang diminum mulai menjalar. Personifikasi
2 Ra Tanca gemar bermain-main dengan racun paling
mematikan, Metafora
2
Ibid., h. 11-12.
3 Racun warangan yang dibalurkan ke keris dan ujung tombak
maupun trisula, Metonimia
4 Yang setiap goresan dijamin akan menjadi pembuka pintu
gerbang kematian. Personifikasi
5 Racun yang diminumkan kepada Raja Majapahit itu tentu
merupakan jaminan, Antonomasia
6 Korban tak mungkin selamat.
Pleonasme 7
Arah angin mendadak berubah. Metafora
8 Tanya seorang prajurit yang belum mengetahui duduk
persoalannya. Pleonasme
9 Ra Tanca diminta mengobati Baginda, tetapi Ra Tanca malah
meracuni Sang Prabu. Antonomasia
10 Berita mengejutkan itu dengan segera menjalar ke sudut-sudut
kotaraja. Personifikasi
11 Berita mengejutkan itu dengan segera menjalar ke sudut-sudut
kotaraja. Pars pro toto
B. Struktur Kalimat
No Kalimat
Struktur Kalimat 1
Mayat Ra Tanca yang digotong keluar memang menimbulkan kecemasan, yang tak ubahnya penyakit lalu menular, menular
dan menular, menulari siapa saja, menular dari prajurit ke prajurit, menular ke para abdi dalem istana, menular ke
beberapa orang yang bergerombol tak jauh dari Purawaktra dan dengan segera berubah menjadi ledakan yang mata
menggelisahkan siapa pun. Epizeuksis