Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

tersebut, mau tidak mau, harus diakui bahwa yang dapat mengaduk emosi pembaca tidak hanya ide dan jalan cerita saja, tetapi juga bahasa yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa tersebut. Ide cerita yang sederhana tentunya akan terlihat cemerlang dituangkan penggunaan bahasa yang memadai. Maksud dar i ‘memadai’ dalam hal ini adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang sudah dapat membawa pembaca ke dalam jalan cerita tersebut dan seolah-seolah pembaca ada di dalam kisah tersebut. Dalam sebuah kisahan, tentu ada bagian yang dipentingkan oleh pengarang. Bagian yang dipentingkan tersebut tentunya dibedakan dari bagian lainnya agar pembaca mudah mengenali bagian itu. Hal-hal fundamental ini yang mengilhami peneliti untuk menganalisis keberadaan sekaligus kadar pemakaian sebuah retorika tekstual yang ada dalam tiap klimaks di alur-alur yang digunakan pengarang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi yang mengambil latar sejarah sebagai latar waktu, tempat, alur, dan tokohnya. Novel sejarah menjadi alternatif lain dalam memahami, atau sedikitnya untuk mengetahui sejarah, walaupun memang tidak bisa dijadikan acuan dalam pembelajaran sejarah. Dalam novel ini, pengarangnya, Langit Kresna Hariadi, berhasil menguasai kata-kata yang memang digunakannya untuk memukau dan menjaga pembaca agar terus berada di alur sejarah yang ia suguhkan. Di sinilah letak retorika modern bermain. Hal ini memang diperlukan mengingat novel yang berlatarbelakangkan sejarah mempunyai beban tersendiri yang tentunya lebih berat daripada novel fiksi. Pengarang novel sejarah harus menjaga agar alur yang dikembangkannya tidak melenceng jauh dari fakta sejarah. Juga, pengarang bertanggung jawab pada bagaimana caranya pembaca bisa memasuki sisi sejarah yang utama dalam novel itu. Lebih dari itu, pengarang novel sejarah harus membuat pembacanya tidak seperti didongengi tentang sejarah, seperti buku-buku sejarah yang melulu berkutat dengan tanggal, tempat, dan tahun. Pengarang novel sejarah haruslah mampu menjadikan pembacanya salah satu dari tokoh tersebut atau minimal pembaca merasakan bahwa ia sedang berada di tahun bersejarah itu dan ikut menyaksikan apa yang terjadi di tempat tersebut. Dengan bantuan sarana retorika inilah, pembaca akan merasakan efek tersebut. Dengan berbagai pertimbangan yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis memutuskan untuk menggunakan novel sejarah dalam analisis ini. Sebenarnya novel fiksi bisa diangkat untuk dianalisis. Namun, novel sejarahlah yang paling pas untuk mengetahui apakah retorika dalam bahasa tulisan sudah diterapkan atau bahkan apakah retorika ini dapat mempengaruhi bahasa sejarah yang terkesan monoton menjadi bahasa yang sangat nyaman untuk dibaca. Jika novel fiksi terlebih novel teenlit sepenuhnya dapat mengandalkan imajinasi pengarangnya yang akhirnya bebas menggunakan diksi apa saja dan gaya bahasa apa saja serta tema-tema yang memang sudah mendarah daging pada remaja saat ini, seperti percintaan dan persahabatan. Lain halnya dengan novel sejarah yang tidak bisa menggunakan sembarang gaya bahasa karena salah menggambarkan suasana dengan gaya bahasa, maka tafsiran pembaca akan tidak sesuai dengan fakta sejarahnya. Selain itu, dengan mengangkat novel sejarah sebagai objek penelitian ini, maka akan dengan mudah penulis berupaya membuktikan bahwa retorika dalam bahasa tulisan perlu dikaji, khususnya dalam novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi.

B. Identifikasi Masalah

1. Pengetahuan bahwa retorika hanya ada di bahasa lisan saja. 2. Kurangnya pengetahuan bahwa retorika juga hadir dalam bahasa tulisan. 3. Penggunaan bahasa sebagai salah satu sarana untuk mengantarkan pembaca ke jalan cerita. 4. Anggapan novel sejarah yang sama membosankannya dengan buku pelajaran sejarah. 5. Hadirnya lebih dari satu alur dalam sebuah novel menimbulkan masalah penyajian alur. 6. Kurangnya perhatian kritikus pada pilihan-pilihan retorika.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat di atas, maka peneliti menitikberatkan penelitian ini pada penggunaan sarana retorika tekstual pada alur utama dan alur bawahan novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara. Novel ini memiliki satu alur utama dan tiga alur bawahan. Penggunaan sarana retorika yang digunakan untuk menganalisis alur-alur tersebut juga dibatasi hanya pada penggunaan gaya bahasa dan penyiasatan struktur kalimat. Pembatasan tersebut dikarenakan kedua subbahasan itu lebih banyak berperan untuk menyajikan cerita daripada kedua sarana retorika lainnya, yaitu diksi dan pencitraan. Subjek yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi yang terbit pada tahun 2012.

D. Perumusan Masalah

1. Pada tahap alur manakah yang paling sering menggunakan sarana retorika di alur utama dan tiap alur bawahan? 2. Bagaimana efek yang dihasilkan dari penggunaan sarana retorika tersebut? 3. Bagaimana implikasi pembahasan sarana retorika tektual pada tiap alur dalam novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi pada pembelajaran sastra di SMA?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui unsur alur mana yang paling sering menggunakan sarana retorika tekstual di semua alur yang ada di novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi. 2. Untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari penggunaan sarana retorika dalam novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi. 3. Untuk mengetahui implikasi penelitian ini pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas XII SMA.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis a. Mahasiswa: Mengembangkan wawasan mahasiswa bahwa retorika tidak hanya muncul dalam bahasa lisan saja, tetapi juga dalam bahasa tulisan. Selain itu, peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat menginspirasi mahasiswa untuk membuat karya sastra dengan menggunakan retorika yang baik. b. Guru: Guru mendapatkan ilmu baru tentang penggunaan retorika dalam penulisan prosa dan dapat mengenalkannya pada siswa-siswanya. 2. Manfaat Praktis a. Guru: Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru-guru mata pelajaranBahasa Indonesia sebagai bahanajar dalam pembahasan unsur intrinsik dalam prosa. b. Siswa: Siswa dapat mempraktikkannya ke dalam tugas-tugas harian ataupun ujian praktik mata pelajaran Bahasa Indonesia. c. Para penggiat sastra: Peneliti berharap bahwa penelitian ini bermanfaat bagi para penggiat sastra, khususnya bagi para pemula pemula dalam hal menulis karya sastra dalam bentuk prosa. Retorika dalam bahasa tulisan ini bisa menjadi teknik dalam mengembangkan ide-ide yang tersemat dalam pikiran para penulis.

G. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang menitikberatkan pada data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati. 1 Metode ini yang cocok untuk melakukan penelitian ini karena penulis akan melakukan pengkajian terhadap kalimat-kalimat yang digunakan untuk menyajikan alur utama dan alur-alur bawahan yang ada dalam novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi. Penggunaan metodologi penelitian kualitatif memungkinkan sebuah penelitian yang bertujuan untuk menganalisa teks. 2 Berdasarkan metodologi penelitian ini, peneliti berupaya menjawab pertanyaan rumusan masalah penelitian dengan beberapa cara. Pertama, peneliti membaca novel Gajah Mada: Takhta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi untuk menemukan alur utama dan alur bawahan. Kedua, setelah tahap membaca, peneliti mendata sarana retorika apa saja yang digunakan pengarang untuk mengisahkan cerita tersebut pada semua alur. Ketiga, peneliti menganalisis saana retorika yang terdapat dalam semua alur yang digunakan. Terakhir, peneliti menghitung penggunaan sarana retorika yang digunakan dalam setiap alur dan menarik kesimpulan. 1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 36. 2 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, Yogyakarta: Ar-Russ Media, 2011. h. 30.