Kalimat Kendur Kalimat Berimbang

9. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk ini dibangun oleh sisa dari klausa utama yang bisa dibentuk sebuah kalimat baru. “Kalimat yang baru dibuat tersebut kemudian digabungkan dengan klausa utama dengan menggunakan konjungtor ketika, supaya, meskipun, jika, atau sehingga ”. 53 Dapat diperhatikan, bahwa dalam penyusunan sebuah kalimat majemuk, apapun itu jenisnya, harus menggunakan konjungtor sesuai dengan makna yang ingin dicapai. Hal ini dikarenakan “lewat konjungtorlah dua atau lebih klausa dihubungkan dan pembaca bisa langsung mengetahui maknanya ”. 54 Berdasarkan ketiga struktur kalimat yang kerap digunakan tersebut, hadirlah bentuk-bentuk gaya bahasa yang bertolakbelakang dari teknis penelitiannya. Gaya bahasa berdasarkan struktur yang dimaksud di sini adalah “bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang penting ditempatkan karena tempat sebuah unsur memengaruhi kepentingan informasi yang disampaikan ”. 55 Beberapa gaya bahasa tersebut adalah sebagai berikut: a. Klimaks Gaya bahasa klimaks merupakan turunan dari kalimat yang bersifat periodik atau kalimat berklimaks. Dengan begitu, pembaca diajak untuk merasakan ketegangan dan bertanya-tanya tentang gagasan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh peneliti. 53 Sugono, op., cit, h. 173. 54 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 81. 55 Keraf, loc., cit. b. Antiklimaks Gaya bahasa yang satu ini dihasilkan dari struktur kalimat melepas atau kendur. Bagian terpenting dari kalimat yang mengandung gagasan inti justru ditempatkan di awal kalimat. c. Paralelisme Gaya bahasa ini dihasilkan dari struktur kalimat berimbang. Kedua bagian kalimat dari susunan ini dibangun oleh dua konstruksi yang memiliki kesejajaran bentuk gramatikal. Paralelisme ini mengandung konsep pengulangan, yakni “pengulangan struktur gramatikal atau pengulangan struktur bentuk ”. 56 Kehadiran gaya paralelisme mudah kenali karena digunakannya struktur gramatikal yang sama di awal kalimat. Jadi, paralelisme ini adalah sebuah gaya bahasa yang mengulang bentuk gramatikal kalimat dan terlihat sejajar karenanya. d. Antitesis Sama dengan gaya bahasa paralelisme, antitesis ini juga dihasilkan dari struktur kalimat berimbang. Namun, gagasan yang dikandunginya mengandung sebuah gagasan yang bertentangan dengan menggunakan kelompok kata yang berlawanan. e. Repetisi Gaya bahasa ini mengulang bunyi, suku kata, kata bahkan bagian kalimat apapun yang dianggap penting sebagai bentuk penekanan pada konteks tertentu. Repetisi juga dihasilkan dari struktur kalimat berimbang. Selain itu, dalam sumber lain dikatakan bahwa segala macam gaya bahasa yang menggunakan bentuk pengulangan termasuk ke dalam gaya bahasa repetisi 56 Nurgiyantoro, op., cit, h. 252.