Sudut Pandang Alur Unsur Intrinsik

g. Amanat

Amanat atau pesan adalah “suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca ”. 81 Amanat akan sejalan dengan tema yang diangkat oleh pengarang. Dengan begitu, amanat merupakan “gagasan yang menjadi dasar bagi tulisan itu sendiri”. 82 Pesan atau amanat bisa disampaikan lewat dua cara, yakni langsung dan tak langsung. a. Penyampaian langsung Dalam teknik ini, pengarang menggurui pembaca secara langsung memberikan nasihat dan petuahnya. b. Penyampaian tak langsung Teknik ini menggunakan bantuan unsur intrinsik lainnya dalam menyampaikan amanat. Lewat permainan semua unsur itulah, pembaca dituntut untuk mencari dan atau menafsirkan sendiri amanat yang disampaikan pengarang. Jadi, “teknik ini tidak bersifat menggurui pembaca sebagaimana yang terjadi pada teknik penyampaian langsung ”. 83

4. Implikasi Pembelajaran

Bukan hal yang baru bila di dunia pendidikan, matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia seolah menjadi pelajaran yang kerap dianggap tidak sepenting pelajaran eksakta. Di berbagai sekolah, banyak guru yang latar belakang pendidikannya bukan berasal dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengampu matapelajaran ini. Tidak hanya itu, tak sedikit peserta didik yang lebih memilih untuk mendalami matapelajaran lain, seperti bidang studi eksakta dan sosial. 81 Panuti Sudjiman, Memahami Cerita Rekaan, Jakarta: Pustaka jaya, 1988, h. 57. 82 Nurgiyantoro, op. cit., h. 321. 83 Nurgiyantoro, op., cit,h. 339. Berbagai perlakuan yang sering “menganaktirikan” matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini bisa sampai terjadi karena, baik bagi pengajar yang berasal bukan dari bidang ini atau pun peserta didik, menganggap pelajaran ini hanya formalitas saja yang bisa dipelajari sendiri. Anggapan seperti inilah yang mengakibatkan bidang Bahasa dan Sastra Indonesia bukanlah pilihan yang menarik bagi para calon mahasiswa. Mereka lebih tertarik untuk mengambil jurusan eksakta atau sosial. Sayangnya, tindakan sebelah mata ini tidak diiringi oleh kemampuan mereka dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sampai hari ini, kesalahan berbahasa Indonesia sering terjadi. Ironisnya, kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia terjadi atau dilakukan di ruang publik, seperti brosur, pamflet, hingga media massa. Inilah bukti bahwa bidang Bahasa dan Sastra Indonesia sangat penting dan segera diberi penanganan khusus dalam rangka mengubah stigma peserta didik maupun pengampu matapelajaran ini. Pelajaran Sastra Indonesia dalam pembelajaran juga tidak kalah penting dari pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri. Jika dalam materi Bahasa Indonesia, peserta didik akan mendapatkan pengetahuan tentang seluk beluk bahasa Indonesia, seperti struktur satuan bahasa, struktur kalimat, jenis dan kelas kata, hingga berbagai macam bentuk paragraf, dalam pembelajaran Sastra Indonesia, peserta didik akan diajak untuk mempelajari kehidupan dalam bentuk teks. Selama ini, masih banyak peserta didik yang menganggap pelajaran sastra hanya berkisar pada pembacaan berbagai macam karya prosa, menentukan unsur intrinsik, menunjukkan bukti kutipan, dan berakhir pada pembuatan salah satu bentuk prosa. Padahal, pembelajaran yang bisa diambil dari materi sastra tidak hanya pada permasalahan apakah peserta didik mengerti unsur-unsur yang terdapat pada sebuah karya sastra dan bisa membuatnya sendiri, tetapi hal-hal menarik yang tidak bisa didapatkan pada pelajaran lain yang terkandung di dalam