Kalimat Majemuk Rapatan Retorika

karena gaya bahasa ini juga “mengulang frasa, klausa, kalimat, larik, bait, alinea, dan tanda baca ”. 57 Gaya bahasa yang termasuk ke dalam repetisi adalah sebagai berikut: 1. Epizeuksis: Kalimat yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut- turut. Struktur kalimat ini bersifat repetisi langsung. 2. Tautotes: Repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. 3. Anafora: Repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. 4. Epistrofa: Kebalikan dari anafora. Bentuk yang diulang terletak di akhir kalimat atau baris. 5. Simploke: Unsur yang diulang berada di awal dan akhir kalimat atau baris. 6. Mesodiplosis: Unsur yang diulang terletak di tengah kalimat atau baris. 7. Epanalepsis: Unsur yang akan diulang di awal kalimat atau baris terletak pada akhir kalimat atau baris sebelumnya. 8. Anadiplosis: Kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. 58

B. Novel

1. Hakikat Novel

Sebagai genre sastra, novel ternyata telah banyak menarik minat banyak kalangan. Pertanyaan seputar apa yang dimaksud dengan novel mengundang berbagai pandangan karena ia tidak hanya sulit dijawab, tetapi juga problematik untuk didekati. Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh banyak kalangan adalah dalam hal pemberian definisi kepada unsur-unsur yang membentuk istilah sekaligus menjadi pembeda novel dengan karya lainnya. 57 Ibid., h. 247-248. 58 Keraf, op., cit, h. 124-129. a. Novel dipandang sebagai salah satu “bentuk sastra yang menawarkan sebuah gambaran kehidupan yang diidealkan, imajinatif, dan dibangun oleh unsur-unsur yang disebut intrinsik seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, yang sifatnya imajinatif ”. 59 b. “Jenis prosa yang dibangun berdasarkan unsur-unsur intrinsik dan mengandung nilai-nilai kehidupan ”. 60 Dari berbagai pengertian yang telah diberikan, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa novel adalah sebuah bentuk prosa rekaan yang kisahannya tidak akan lepas dari kehidupan nyata meskipun terdapat unsur imajinasi di dalamnya dengan menggunakan beberapa unsur intrinsik sebagai tubuh dan unsur ekstrinsik sebagai jiwa yang akan menghidupi prosa rekaan tersebut. Dalam berbagai sumber, “novel juga disebut dengan fiksi karena keidentikan yang dimiliki oleh kedua kata tersebut ”. 61 Karakterisasi novel ini dilakukan sebagai upaya mempermudah para peneliti dalam mengembangkan analisis mereka. Seringkali, sebuah novel memiliki corak beragam dalam kisahannya sehingga cukup menyulitkan para peneliti untuk mengkajinya menggunakan pendekatan apa. Jenis novel yang telah berkembang saat ini dilihat dari isi cerita novel tersebut. Jenis novel tersebut adalah “Picaresque, Epislatori, Sejarah, Regional, Satir, Bildungrongsman, Tesis, Gotik, Roman-Fleuve, Roman Feuileton, Fiksi Ilmiah, Novel Baru, Metafiksi ”. 62 Jenis-jenis novel tersebut sudah ada sejak berabad-abad lalu. 59 Nurgiyantoro, op., cit, h. 4. 60 Zaidan, op.,cit, h. 136. 61 Nurgiyantoro, op.,cit, h. 9. 62 Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi; Sebuah Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 22-31.