105 0,207. Karena nilai p value lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak
ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
5. Hubungan Kesegaran Jasmani dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta
Analisis hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan muskuloskeletal pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Variabel Kategori
Keluhan Muskuloskeletal P value
Mengeluh Tidak Mengeluh
Total n
n n
Kesegaran Jasmani
Rendah 15 75
5 25
22 100 0,045
Sedang 42 17,6
9 82,4
51 100 Tinggi
21 58,3 15 41,7
36 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat kesegaran jasmani tinggi yang mengeluh adalah sebesar 58,3,
responden dengan tingkat kesegaran jasmani sedang yang mengeluh sebesar 17,6 dan 75 responden dengan tingkat kesegaran jasmani yang rendah
mengeluh. Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai p value sebesar 0,045 yang berarti adanya hubungan antara tingkat kesegaran jasmani dengan
keluhan muskuloskeletal.
106
6. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Mahasiswa FKIK UIN Jakarta
Analisis hubungan antara status gizi dengan keluhan muskuloskeletal pada responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Variabel Kategori
Keluhan Muskuloskeletal P value
Mengeluh Tidak Mengeluh
Total n
n n
Status Gizi
Gemuk 16 94,1 1
5,9 17 100
0,082 Normal
52 70,3 22 29,7
74 100 Kurus
10 62,5 6
37,5 16 100
Berdasarkan tabel diatas tersebut diperoleh nilai p value sebesar 0,082 yang berarti tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan
muskuloskeletal pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta.
107
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah dari data primer yang didapatkan dengan observasi, pengukuran dan kuesioner. Observasi dilakukan
pada mahasiswa untuk mendapatkan data tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan lembar kerja RULA. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan
data antropometri mahasiswa dan untuk data status gizi. Kuesioner disebar kepada responden untuk mendapatkan data keluhan muskuloskeletal, jenis
kelamin, kebiasaan merokok dan kesegaran jasmani. Setiap penelitian tentunya terdapat keterbatasan-keterbatasan, penelitian ini juga memiliki keterbatasan-
keterbatasan seperti: 1. Observasi pada mahasiswa sulit dilakukan pada pengambilan gambar dari
segala arah, sehingga hanya didapatkan pada arah-arah tertentu yang memungkinkan saja.
2. Hasil penelitian untuk variabel keluhan muskuloskeletal bersifat subjektif, karena hanya diperoleh dari kuesioner nordic body map.
3. Adanya bias dalam pada variabel kebiasaan merokok. 4. Variabel kesegaran jasmani tidak diukur menggunakan metode indeks
kesegaran jasmani.