Faktor Individu Faktor Risiko Timbulnya Keluhan Muskuloskeletal
                                                                                42 e.  Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani  adalah kesanggupan atau kemampuan tubuh manusia melakukan  penyesuaian  terhadap  beban  fisik  yang  dihadapi  tanpa
menimbulkan kelelahan  yang berarti dan masih  memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan aktivitas berikutnya Hairy, 1989 dan Hopkins, 2002 dalam
Tarwaka, 2004. Faktor-faktor  yang  dapat  mempengaruhi  kesegaran  jasmani  yaitu  jenis
kebiasaan  olahraga,  jam  tidur  dan  asupan  makanan.  Kesegaran  tubuh  terdiri dari 10 komponen, yaitu: kekuatan strenght, daya tahan, kecepatan, kekuatan
power,  kelincahan,  kelenturan,  keseimbangan,  koordinasi,  ketepatan  dan waktu  reaksi.  Kesepuluh  komponen  tersebut  dapat  diperkuat  melalui
kebiasaan  olahraga.  Bagi  pekerja  dengan  kesegaran  jasmani  yang  rendah, risiko  keluhan  menjadi  tiga  kali  lipat  dibandingan  yang  memiliki  kekuatan
fisik tinggi Suriyatmini, 2011. Berdasarkan  sebuah  studi  yang  dilakukan  oleh  Evans  1996  dalam
Zulfiqor,  2010  yang  dilakukan  terhadap  10  pekerja  yang  telah  berusia  tua, didapatkan  bahwa  olahraga  telah  terbukti  efektif  meningkatkan  daya  tahan
otot tubuh seseorang. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kenaikan 128 kapasitas oksigen pada otot akibat olahraga yang dilakukan setiap hari selama
12  pekan.  Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Suriyatmini  2011  pada  pekerja manual handling di bagian produksi PTMI, menyatakan bahwa pekerja  yang
tidak rutin
berolahraga lebih
banyak yang
mengalami keluhan
43 muskuloskeletal 98,1 dibandingkan dengan pekerja yang rutin berolahraga
88,9. Istirahat sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk membangun kembali otot
– otot  setelah  aktivitas  sebanyak  kebutuhan  aktivitas  yang  ada  di  dalam
perangsangan  pertumbuan  otot  itu  sendiri  Suharjana,  2008  dalam  Swasta, 2011.  Ada  penelitian  yang  menunjukkan  bahwa  keluhan  muskuloskeletal
jarang  ditemukan  pada  seseorang  yang  memiliki  waktu  istirahat  yang  cukup didalam kesehariannya. Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya
memerlukan  tenaga  besar  dan  tidak  cukup  istirahat  akan  lebih  sering mengalami  keluhan  muskuloskeletal  Mitchell,  2008  dalam  Zulfiqor,  2010.
Menurut Sutrisno dan Khafadi 2010, usia balita 1 – 4 tahun membutuhkan
waktu  tidur  rata-rata  12  jam  sehari,  untuk  usia  anak-anak  4 –  12  tahun
membutuhkan  waktu  tidur  rata-rata  10  jam  sehari,  remaja  membutuhkan waktu tidur rata-rata 8
– 9 jam sehari dan dewasa membutuhkan tidur rata-rata 7 jam perhari.
Selanjutnya yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang yaitu asupan  makanan  yang  diasupdimakan  oleh  seseorang  Atwood,  dkk,  2004.
Zat-zat  makanan  mutlak  diperlukan  agar  kesegaran  jasmani  baik  karena  zat- zat  tersebut  digunakan  untuk  tenaga  atau  kalori,  pembentukan  sel-sel  atau
pertumbuhan,  menggiatkan  atau  mengatur  proses-proses  dalam  tubuh George,  F.S.,  1989  dalam  Susilowati,  2007.  Kesegaran  jasmani  seseorang
akan turun jika nutrisi  yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak memadai Atwood, dkk, 2004.
44 Metode  yang  dapat  digunakan  untuk  mengetahui  tingkat  kesegaran
jasmani seseorang yaitu: 1  Treadmill Test
Tes  ini  merupakan  tes  kesegaran  jasmani  dengan  menggunakan jentera yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan
untuk mengukur kapasitas aerobic maksimal seseorang VO2 max untuk menggambarkan  derajat  kesegaran  jasmani  Kwok,  dkk  dalam  Budiasih,
2011. 2  Ergometer Sepeda Tes Ergocycle Test
Ergometer  sepeda  tes  ini  yaitu  tes  mengayuh  sepeda  ergometer yang  dipergunakan  untuk  menilai  tingkat  kesegaran  jasmani  berdasarkan
kemampuan  aerobic  kemampuan  menghirup  oksigen  seseorang pelaksanaan  tes  ini  dibedakan  menjadi  dua  model  pembebanan,  yaitu
pembebanan sub-maksimal dan pembebanan maksimal DepDikBud, 1977 dalam Budiasih, 2011.
3  Harvard Step Test Tes ini merupakan pengukuran  yang paling tua  untuk  mengetahui
kemampuan aerobik seseorang. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan  tubuh  seseorang  untuk  menyesuaikan  terhadap  beban  kerja
dan  nadi  pulih  asal  dari  kerja  tersebut  Sudarno,  1992  dalam  Budiasih, 2011.
45 Adapun  prosedur  pelaksanaan  harvard  step  test  Sudarno,  1992
dalam Budiasih, 2011 adalah sebagai berikut: a  Responden dimita berdiri menghadap bangku tes.
b  Responden  kemudian  diminta  untuk  baik  turun  bangku  dengan frekuensi  30  kali  naik  dan  30  kali  turun.  Selama  melaksanakan  tes,
orang percobaan diminta dalam posisi badan tegak. c  Berikutnya  kaki  lainnya  dinaikan  ke  bangku,  sehingga  responden
dalam posisi berdiri tegak di atas bangku. d  Selanjutnya kaki yang pertama kali naik diturunkan.
e  Kemudian  kaki  yang  masih  diatas  bangku  diturunkan  pula  sehingga orang percobaan berdiri tegak lagi didepan bangku.
f  Siklus  tersebt  diulang  terus-menerus  sampai  responden  tidak  kuat, tetapi  tidak  lebih  dari  5  menit.  Catat  lamanya  dengan  menggunakan
stopwatch. g  Segera  responden  diminta  untuk  duduk  dan  dihitung  denyut  nadinya
pada pergelangan tangan selama 30 detik sebanyak 3 kali. Penilaian dari tes tersebut yaitu menjadi indeks kesegaran jasmani
yang dilakukan dengan cara Hockey, 1993, dalam Budiasih, 2011:
46 a  Cara Lambat
Denyut nadi dihitung selama 3 kali menit 1, menit 2 dan menit 3 setelah  tes  dan  dihitung  selama  30  detik  kemudian  dimasukkan
kedalam rumus berikut:
b  Cara Cepat Yaitu  hanya  dihitung  dengan  cara  denyut  nadi  sekali  pada  menit
pertama setelah tes, kemudia dimasukkan dalam rumus berikut:
Dari kedua tes tersebut didapatkan nilai Indeks Kesegaran Jasmani IKS, yang dikategorikan menjadi Hockey, 1993, dalam Budiasih, 2011:
Tabel 2.2  Kategori Indeks Kesegaran Jasmani Berdasarkan Nilai Harvard Step Test
Indeks Kesegaran Jasmani Nilai
Harvard Step Test
Sangat baik Baik
Sedang Kurang
Buruk 90
80 – 89
65 – 79
55 – 64
55 Indeks Kesegaran
Lama Naik Turun Bangku detik x 100 Jasmani IKS     =  2 x Jumlah Ketiga Denyut Nadi Tiap Menit
Indeks Kesegaran Lama Naik Turun Bangku detik x 100
Jasmani IKS     =  5,5 x Jumlah  Denyut Nadi Pertama
47 Adapun  keuntungan  menggunakan  harvard  step  test  Sudarno,
1992 dalam Budiasih, 2011 yaitu adalah sebagai berikut: a  Hampir  semua  individu  dapat  melakukan  gerakannya,  berlaku  juga
untuk  semua  golongan  usia  dan  tingkat  kesegaran  jasmani  yang berbeda-beda juga.
b  Pengawasan dan penyelenggaraan relatif lebih mudah. c  Faktor  bahaya  sangat  sedikit  kemungkinannya  dan  apabila  tes  ini
dikerjakan dengan benar, hasil tes ini cukup bermanfaat. d  Metode  paling  sederhana,  murah  dan  mudah.  Tidak  memerlukan  alat
yang memerlukan listrik dan kalibrasi. f.  Antropometri
Merupakan  suatu  kumpulan  data  numerik  yang  berhubungan  dengan karakteristik fisik tubuh manusia mulai dari ukuran, bentuk dan kekuatan serta
penerapan  dari  data  tersebut  untuk  penanganan  masalah  desain  Nurmianto, 2008.
Antropometri  setiap  orang  berbeda-beda,  yang  mempengaruhi  ukuran antropometri  seseorang  berbeda-beda  tersebut  yaitu  jenis  kelamin,  usia,  dan
ras,  sehingga  ketika  perhitungan  antropometri  perlu  adanya  pengelompokan berdasarkan faktor tersebut Atwood, dkk, 2004.
Antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan  karakteristik  fisik  tubuh  manusia  mulai  dari  ukuran,  bentuk  dan
48 kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain
Nurmianto,  2008. Antropometri  merupakan bidang ilmu  yang berhubungan dengan  dimensi  tubuh  manusia.  Dimensi-dimensi  ini  dibagi  menjadi
kelompok  statistika  dan  ukuran  persentil.  Data  dimensi  manusia  ini  sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk
dengan  manusia  yang  memakainya.  Pemakaian  data-data  antropometri mengusahakan  semua  alat  disesuaikan  dengan  kemampuan  manusia,  bukan
manusianya  yang  disesuaikan  dengan  alat  yang  sudah  ada.  Rancangan  yang mempunyai  kompatibilitas  tinggi  dengan  manusia  yang  memakainya  sangat
penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain Liliana, dkk, 2007 dalam Subagya.
Antropometri  yang  merupakan  ukuran  tubuh  digunakan  untuk merancang  atau  menciptakan  suatu  sarana  kerja  yang  sesuai  dengan  ukuran
tubuh  penggunanya.  Ukuran  alat  kerja  menentukan  sikap,  gerak  dan  posisi tenaga  kerja,  dengan  demikian  penerapan  antropometri  mutlak  diperlukan
guna  menjamin  adanya  sistem  kerja  yang  baik  Mira,  2009  dalam  Subagya, 2010.
Data  antropometri  dapat  dimanfaatkan  untuk  menetapkan  dimensi ukuran produk yang adakan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh
manusia  yang  akan  menggunakannya.  Pengukuran  dimensi  struktur  tubuh yang  biasa  diambil  dalam  perancangan  produk  maupun  fasilitas
Wignjosoebroto, 1995 dapat dilihat sebagai berikut:
49
Gambar 2.14 Antropometri untuk Perancangan Produk atau Fasilitas
Sumber : Wignjosoebroto, 2000 dalam Wiranata, 2011 Keterangan dari gambar diatas yaitu:
1  Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak dari lantai sampai dengan ujung kepala
2  Dimensi tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3  Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4  Tinggi siku dalam posisi berdisi tegak siku tegak lurus 5  Tinggi kepalan tangan yang terjulut lepas dalam posisi berdiri tegak tidak
ditunjukkan dalam gambar 6  Tinggi  tubuh  dalam  posisi  duduk    diukur  dari  alas  tempat  duduk  pantat
sampai dengan kepala
50 7  Tinggi mata dalam posisi duduk
8  Tinggi bahu dalam posisi duduk 9  Tinggi siku dalam posisi duduk siku tegak lurus
10 Tebal atau lebar paha 11 Panjang paha yang diukur dari pantat sampai ujung lutut
12 Panjang  pada  yang  diukur  dari  pantat  sampai  bagian  belakang  dari  lutut betis
13 Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk 14 Tinggi  tubuh  dalam  posisi  duduk  yang  diukur  dari  lantai  sampai  dengan
paha 15 Lebar dari bahu bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk
16 Lebar pinggul 17 Lebar  dari  dada  dalam  keadaan  membusung  tidak  ditunjukkan  pada
gambar 18 Lebar perut
19 Panjang  siku  yang  diukur  dari  siku  sampai  dengan  jung  jari-jari  dalam posisi siku tegak lurus
20 Lebar kepala 21 Panjang tangan diukur dari pegelangan sampai dengan ujung jari
22 Lebar telapak tangan
51 23 Lebar  tangan  dalam  posisi  tangan  terbentang  lebar  kesamping  kiri  kanan
tidak ditunjukkan dalam gambar 24 Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak
25 Jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak 26 Jarak  jangkauan  tangan  yang  terjulur  kedepan  dikur  dari  bahu  sampai
dengan ujung jari tangan. Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan  dalam  berbagai  rancangan  produk  ataupun  fasilitas  kerja, diperlukan pengambilan dari dimensi anggota tubuh tersebut.
Tabel 2.3 Ukuran-ukuran Antropometri yang Penting
Berdiri Duduk
1  Tinggi badan 2  Tinggi bahu
3  Tinggi siku 4  Tinggi pinggul
5  Lebar pinggul 6  Panjang lengan
7  Panjang lengan atas 8  Panjang lengan bawah
9  Jangkauan atas 10 Panjang Depa
1  Tinggi duduk 2  Tinggi mata
3  Tinggi bahu 4  Tinggi siku duduk
5  Tinggi pinggul duduk 6  Lebar pinggul
7  Tinggi lutut duduk 8  Panjang tungkai atas
9  Panjang tungkai bawah
Sumber: Suma’mur, 1982 dalam Subagya 2010
52 Macam-macam dari dimensi antropometri statis duduk adalah sebagai
berikut: 1  Tinggi bahu duduk
Yaitu  jarak  secara  vertikal  dari  permukaan  alas  duduk  sampai bahu. Penggunaan data ini yaitu untuk menentukan tinggi sandaran tempat
duduk  yang  menopang  pinggang  dan  bahu  dengan  dilengkapi  alas  bahan dari  kain  atau  bahan  lainnya,  disamping  itu  digunakan  oleh  arsitektur
untuk  merancang  interior  ruangan  gedung  bahkan  membuat  jarak  dan tinggi  penghalang  ruangan  yang  dilengkapi  oleh  kursi.  Pertimbangannya
yaitu  bahan  yang  digunakan  sebagai  pelapis  alas  duduk.  Data  ini menggunakan ukuran 95 persentil Pheasant, 2003.
2  Tinggi siku duduk Yaitu  jarak  secara  vertikal  dari  permukaan  alas  duduk  ke  bagian
bawah siku. Digunakan untuk menentukan tinggi sandaran lengan, tempat kerja,  meja  kerja,  dan  lainnya.  Pertimbangannya  yaitu  bahan  yang
digunakan sebagai penutup alas duduk, kemiringan kursi dan postur tubuh ketika  duduk.  Tujuan  dari  adanya  sandaran  lengan  ini  yaitu  agar  lengan
dapat tetap beristirahat dengan nyaman Pheasant, 2003. 3  Panjang dari pantat sampai lutut bagian belakang
Yaitu  jarak  horizontal  dari  bagian  pantat  paling  belakang  sampai ke bagian belakang lutut. Penggunaannya yaitu untuk menentukan panjang
kursi sebagai alas duduk, posisi kaki, bagian vertikal terdepan dari tempat
53 duduk,  yang  disesuaikan  dengan  belakang  lutut  dan  lebar  pinggul.
Pertimbangannya  yaitu  sudut  tempat  duduk.  Pemilihan  persentil  yaitu ukuran antropometri 5 persentil agar dapat mengakomodasi hampir semua
populasi pengguna Pheasant, 2003. 4  Tinggi lutut bagian belakang
Merupakan  jarak  yang  diambil  secara  vertikal  dari  lantai  sampai lutut bagian belakang pada sikap duduk tegak. Penggunaannya yaitu utnuk
menentukan tinggi permukaan duduk  yang diukur dari alas tempat duduk ke  lantai,  sehingga  diperoleh  tinggi  yang  sesuai  pada  lipatan  siku  dari
kaki.  Pertimbangan  yang  harus  dipikirkan  yaitu  memperhatikan kekenyalan penutup alas duduk. Pemilihan persentil yang digunakan yaitu
5 persentil  agar dapat  mengakomodasi hampir semua populasi pengguna. Hal ini untuk menghindari terjadinya penekanan pada bagian paha bawah
oleh alas duduk akibat kursi yang terlalu tinggi Pheasant, 2003. 5  Lebar bahu
Yaitu  jarak  horizontal  maksimum  antara  kedua  ujung  bahu. Penggunaannya  yaitu  untuk  menentukan  lebar  sandaran  kursi,  sehingga
dapat  menyokong  punggung.  Pemilihan  persentil  yaitu  95-persentil terbesar  agar  dapat  mengakomodasi  hampir  semua  populasi  pengguna.
Pheasant, 2003.
54 6  Lebar pinggul
Adalah  jarak  antara  bagian  terluar  dari  pinggil  pada  sikap  duduk tegak. Penggunaan dimensi  ini  yaitu untuk  menentukan lebar alas tempat
duduk,  sehingga  pinggul  atau  pantat  tepat  pada  posisi  saat  duduk. Pertiimbangan  yang  harus  diperhatikan  untuk  dimensi  ubuh  ini  yaitu
tergantung pada aplikasinya, data ini berhubungan dengan jarak dari siku dan  lebar  lain.  Pemilihan  persentil  untuk  data  ini  yaitu  95  persentil
tertinggi Pheasant, 2003. 7  Panjang dari siku ke ujung jari
Adalah  jarak  dari  siku  sampai  ke  ujung  jari  bagian  tengah  pada posisi  duduk  tegak.  Penggunaan  data  ini  yaitu  untuk  panjang  sandaran
tangan pada kursi. Persentil yang digunakan yaitu 95 persentil, agar dapat mengakomodasi pengguna dengan jarak siku ke ujung jari yang terpanjang
dan  juga  membuat  nyaman  pengguna  dengan  panjang  siku  ke  ujung  jari yang lebih pendek Pheasant, 2003.
Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika alat-alat  tersebut  tidak  sesuai,  maka  tenaga  kerja  akan  merasa  tidak  nyaman
dan  akan  lebih  lamban  dalam  bekerja  yang  dapat  menimbulkan  kelelahan kerja atau  gejala penyakit otot  yang lain  akibat  melakukan pekerjaan dengan
cara yang tidak alamiah.
55 a.  Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja
Hubungan  tenaga  kerja  dalam  sikap  dan  interaksinya  terhadap  sarana kerja  akan  menentukan  efisiensi,  efektivitas  dan  produktivitas  kerja,  selain
SOP  Standar  Operating  Procedure  yang  terdapat  pada  setiap  jenis pekerjaan.
Semua sikap tubuh  yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau  barang  yang  melebihi  jangkauan  tangannya  hars  dihindarkan.
Penggunaan  meja  dan  kursi  kerja  ukuran  baku  oleh  orang  yang  memiliki ukuran  tubuh  yang  lebih  tinggi  atau  sikap  duduk  yang  terlalu  tinggi  sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya Mira, 2009 dalam Subagya, 2010.
b.  Faktor Manusia dan Mesin Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi akan menimbulkan
suatu hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai sarana  kerjanya.  Dalam  proses  produksi,  hubungan  ini  menjadi  sangat  erat
sehingga  merupakan  satu  kesatuan.  Secara  ergonomis,  hubungan  antara manusia  dengan  mesin  haruslah  merupakan  suatu  hubungan  yang  selaras,
serasi dan sesuai Mira, 2009 dalam Subagya, 2010. c.  Faktor Pengorganisasian Kerja
Pengorganisasian  kera  terutama  menyangkut  waktu  kerja,  waktu istirahat,  kerja  lembur  dan  lainnya  yang  dapat  menentukan  tingkat  kesehatan
dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu
56 istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8
jamhari  diusahakan  sedapat  mungkin  tidak  terlampaui,  apabila  tidak  dapat dihindarkan,  perlu  diusahakan  grup  kerja  baru  atau  perbanyakan  shift  kerja.
Untuk  pekerjaan  lembur  sebaiknya  ditiadakan,  karena  dapat  menurunkan efisiensi  dan  produktivitas  kerja  serta  meningkatnya  angka  kecelakaan  kerja
dan angka kesakitan Mira, 2009 dalam Subagya, 2010. Hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Sadeghi,  dkk  2012  pada
pengemudi  bus  di  Iran,  menyatakan  bahwa  antropometri  pekerja mempengaruhi keluhan muskuloskeletal.
Sedangkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Caiklieng  dkk  2009  pada pekerja  kantor,  menyebutkan  bahwa  ada  hubungan  antara  karakteristik
antropometri  dengan  keluhan  muskuloskeletal,  yaitu  panjang  pantat  sampai politeal, lebar pinggul, tinggi bahu duduk  dan tinggi siku duduk.
g.  Status Gizi Keseimbangan  energi  dapat  dicapai  bila  energi  yang  masuk  ke  dalam
tubuh melalui makanan sama dengan bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui  makanan  sama  dengan  energi  yang  dikeluarkan.  Keadaan  ini
menghasilkan berat badan yang idealnormal. Berat badan ideal ini bergantung pula  pada  besar  kerangka  dan  komposisi  tubuh  dalam  hal  otot  dan  lemak.
Seorang  yang  berkerangka  besar  dan  atau  mempunyai  komposisi  otot  relatif lebih  besar  mempunyai  berat  badan  ideal  yang  lebih  besar.  Untuk  hal  ini
57 diberi  kelonggaran  ±  10  -  20.  Cara  mengukur  dan  kategori  status  gizi
IMT untuk penduduk Indonesia adalah sebagai berikut Almatsier, 2004:
Tabel 2.4 Kategori IMT untuk Penduduk Indonesia Kategori
IMT Kurus
Normal Gemuk
18,5 18,5
– 25 25
Kaitan  IMT  dengan  keluhan  muskuloskeletal  yaitu  semakin  gemuk seseorang  maka  akan  semakin  besar  risiko  untuk  timbulnya  keluhan
muskuloskeletal. Hal ini disebabkan seseorang dengan kelebihan berat badan akan  berusaha  untuk  menyangga  berat  badan  dari  depan  dengan
mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan  menyebabkan  penekanan  pada  bantalan  saraf  tulang  belakang  yang
mengakibatkan  hernia  nucleus  pulposus  Tan  HC  dan  Horn  SE,  1998  dalam Zulfiqor, 2010.
Vessy dkk 1990 dalam Syafitri, 2010 mengemukakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
wanita  yang kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, dkk 1994 dalam Syafitri, 2010  yang  menyatakan  bahwa  pasien  gemuk  obesitas  dengan  IMT    29
mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingan dengan yang kurus IMT 20, IMT =  Berat Badan kg
Tinggi Badan m²
58 khususnya  untuk  otot  laki-laki.  Keluhan  otot  rangka  yang  terkait  dengan
ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam  menerima  beban,  baik  beban  tubuhnya  maupun  berat  tambahan  yang
lainnya Tarwaka dan Sudiadjeng, 2004
                