Faktor Pekerjaan Faktor Risiko Timbulnya Keluhan Muskuloskeletal
19 sebanyak 30 kali dalam semenit dan sebanyak 2 kali permenit untuk anggota
tubuh seperti bahu, leher, punggung dan kaki Humantech, 1995 dalam Suriyatmini 2011.
d. Durasi Durasi merupakan jumlah waktu dimana pekerja terpajan oleh faktor
risiko. Postur yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat menyebabkan suplai darah berkurang, akumulasi asam laktat, inflamasi,
tekanan pada otot, dan trauma mekanis. Frekuensi terjadinya sikap tubuh yang salah terkait dengan berapa kali terjadi pekerjaan berulang dalam melakukan
suatu pekerjaan. Keluhan muskuloskeletal terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk
relaksasi Bridger, 2003. Posisi tangan dan pergelangan tangan berisiko apabila dialukan gerakan berulangfrekuensi sebanyak 30 kali dalam semenit
dan sebanyak 2 kali permenit untuk anggota tubuh seperti bahu, leher, punggung dan kaki Humantech, 1995 dalam Octarisya 2009.
Beberapa penelitian menemukan dugaan adanya hubungan antara meningkatnya leveldurasi pajanan dengan jumlah kasus timbulnya keluhan
muskuloskeletal pada bagian leher Peter Vi, 2000 dalam Suriyatmini 2011. e. Metode Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi
1 Ergonomic Assesment Survey EASY EASY merupakan suatu metode yang mengidentifikasi dan
merangking kegiatan atau operasi dengan tingkatan frekuensi dan
20 prioritas dari faktor-faktor ergonomi. Metode EASY merupakan bagian
pusat dari proses ergonomi. EASY menyediakan metode untuk mengidentifikasi masalah yang merupakan tujuan, sesuatu yang dapat
dipercaya dan pendukung identifikasi prioritas. EASY mengembangkan suatu pernyataan untuk fasilitas pada suatu kegiatan dengan menentukan
tingkat risiko tiap bagian tubuh. Rangking dari EASY akan mengidentifikasi nilai total yang berikisar antara 1
– 7. Berdasarkan persetujuan dengan sumber data sehingga pendekatan masalah lebih
sistematis dan dengan cara pendekatan yang logis Humantech, 1989, 1995 dalam Kurniawati, 2009.
2 Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors BRIEF BRIEF adalah alat penyaring awal menggunakan struktur dan
bentuk sistem tingkatan untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu pekerjaan. BRIEF digunakan untuk menentukan sembilan
bagian tubuh yang dapat berisiko terhadap terjadinya gangguan muskuloskeletal. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi tangan dan
pergelangan tangan kiri, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung, tangan dan pergelangan tangan kanan, siku kanan, bahu kanan, dan kaki. Penilaian
pekerjaan menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara mendalam dari ketiga penetapan data sederhana, mudah dipahami dan dapat dipercaya
dan juga yang palingmemberikan beban paling berat Humantech, 1989, 1995 dalam Kurniawati, 2009.
21 Survei ini mengidentifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan
postur, tenaga, durasi dan frekuensi ketika mengamati kesembilan bagian tubuh tersebut. Penilaian risiko digunakan untuk menentukan tinggi,
sedang atau rendahnya risiko untuk setiap bagian tubuh. Kelebihan BRIEF survey antara lain :
a Dapat mengkaji hampir seluruh bagian tubuh 9 bagian tubuh. b Dapat menentukan risiko terhadap terjadinya CTD Cummulative
Trauma Disorders. c Dapat menentukan bagian tubuh mana yang memiliki beban paling
berat. d Dapat mengidentifikasi awal penyebab keluhan muskuloskeletal.
e Telah memenuhi persyaratan sebagai sebuah sistem analisa bahaya muskuloskeletal yang diakui OSHA.
f Tidak membutuhkan seorang alhi ergonomi untuk melakukan penilaian pekerjaan menggunakan BRIEF survey.
Setiap metode selain ada kelebihan, tentunya juga ada kekurangannya yaitu:
a Tidak dapat mengetahui total skor secara menyeluruh dari suatu pekerjaan, karena skor yang dihitung berdasarkan bagian tubuh yang
dinilai. b Banyak faktor yang harus dikaji.
22 c Membutuhkan waktu pengamatan yang lebih lama.
d Tidak dapat digunakan untuk manual handling Humantech, 1989, 1995 dalam Kurniawati, 2009.
3 Quick Exposure Checklist QEC QEC secara cepat menilai pajanan risiko dari Work-related
Musculoskeletal Disorders WMSDs. QEC dapat diaplikasikan untuk jenis pekerjaan yang lebih luas. Dengan waktu pelatihan yang singkat,
penilaian dapat dilengkapi secara cepar untuk setiap tugas atau pekerjaan. QEC memberikan evaluasi pada desain peralatan dan tempat kerja. QEC
membantu untuk mencegah berbagai macam WMSDs Stanton, dkk, 2005. Tujuan dari penggunaan QEC Stanton, dkk, 2005 adalah sebagai
berikut: a Mengukur perubahan postur terhadap faktor risiko keluhan
muskuloskeletal sebelum dan sesudah intervensi ergonomi. b Melibatkan kedua pihak yakni observer dan pekerjadalam
melaksanakan penilaian risiko dan mengidentifikasi kemungkinan perubahan.
c Mendorong peningkatan kualitas tempat kerja. d Meningkatkan kepedulian dan kesadaran pada manager, teknisi,
designers, praktisi K3 dan pekerja mengenai faktor risiko keluhan muskuloskeletal di tempat kerja.
23 e Membandingkan pajanan antar karyawan dalam satu pekerjaan
ataupun antar karyawan yang pekerjaannya berbeda. Dalam penggunaannya QEC ini memiliki beberapa tahapan kerja
yang meliputi: a Pelatihan diri. Pertama-tama pengguna QEC harus membaca panduan
untuk pengguna QEC, untuk mengetahui tahapan-tahapan dan perhitungan apa saja yang diperlukan. Untuk orang yang
berpengalaman menggunakan QEC tentunya dapat langsung masuk ke tahap berikutnya
b Pengukuran oleh peneliti. Peneliti memiliki form isian tersendiri yang dapat diisi melalui pengamatan kerja di lapangan. Sebagai alat bantu,
dapat menggunakan stopwatch guna menghitung dan frekuensi kerja. c Pengukuran oleh pekerja. Seperti halnya peneliti, pekerjapun memiliki
firm isian tersendiri yang berisi pertanyaan seputar pekerjaan yang dilakukannya.
d Menghitung skor paparan. Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu manual dengan menjumlahkan skor pada lembar isian
ataupun dengan program komputer. e Consideration of action. QEC secara cepat dapat mengidentifikasi
tingkat pajanan dari punggung, bahulengan tangan, pergelangan tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga merekomendasi intervensi
24 ergonomo yang efektif untuk mengurangi tingkat pajanan Stanton,
dkk, 2005. Keuntungan menggunakan metode Quick Exposure Checklist
QEC adalah sebagai berikut: a Peralatan penilaian yang mudah dan telah teruji validitasnya.
b Telah menjunjukkan hasil yang baik untuk melihat kegunaan bagi masa depan.
c Memberikan pertolongan
bagi organisasi
dalam melakukan
penyesuaian ergonomi. d Metode ini sejalan dan sesuai dengan metode penilaian risiko K3.
e Melibatkan praktisi dan pekerja didalam prosesnya, memudahkan pemahaman atas tindak lanjut proses pekerjaan Li dan Buckle, 1999
dalam Khaled, 2009. Kelemahan menggunakan metode Quick Exposure Checklist
QEC adalah sebagai berikut: a Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja.
b Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action level membutuhkan validasi.
c Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan diperlukan oleh penggunaan yang belum berpengalaman untuk pengembangan
reliabilitas pengkuran Stanton, dkk, 2005.
25 4 Rapid Upper Limb Assessment RULA
Rapid Upper Limb Assessment RULA adalah suatu metode penilaian postur untuk menentukan risiko gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh tubuh bagian atas. RULA merupakan metode analisis cepat dan sistematik dari risiko postur terhadap pekerja. Analisis dapat
dilakukan sebelum
dan sesudah
dilakukan intervensi
untuk menggambarkan atau memperlihatkan efektivitas dari pengendalian yang
telah dilaksanakan Stanton dkk, 2005. RULA biasanya digunakan pada pekerjaan didepan komputer,
manufaktur atau retail dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa adanya pergerakan. Tujuan dari RULA adalah sebagai berikut:
a Mengukur risiko keluhan muskuloskeletal, biasanya sebagai bagian dari sebuah investigasi ergonomi.
b Membandingkan beban keluhan muskuloskeletal yang terjadi dan memodifikasi desain tempat kerja.
c Mengevaluasi hasil, seperti produktivitas atau kesesuaian peralatan d Mendidik pekerja terhadap risiko keluhan muskuloskeletal yang ada di
berbagai postur kerja yang berbeda Stanton, dkk, 2005. Tingkat risiko dihitung dalam skor 1 yang berarti memiliki tingkat
risiko rendah hingga skor 7 yang berarti memiliki tingkat risiko tinggi. Skor tersebut disatukan ke dalam empat kategori action level yang
mengindikasikan jangka waktu yang tepat untuk dilakukannya tindakan
26 pengendalian yang disarankan. Prosedur untuk penggunaan metode RULA
secara umum, yaitu dibagi atas 3 langkah berikut Stanton, dkk, 2005: a Memilih sikap atau postur yang akan dihitung
b Postur yang telah dipilih kemudian dihitung dengan menggunakan lembar penilaian, diagram bagian tubuh dan tabel
1 Langkah pertama, penilaian lengan atas: a +1 jika lengan atas membentuk sudut 20° extension hingga 20°
flexion b +2 jika lengan atas membentuk sudut extension lebih dari 20° atau
20° - 45° flexion c +3 jika lengan atas membentuk sudut 45° - 90° flexion
d +4 jika lengan atas membentuk sudut 90° flexion atau lebih Keterangan:
a +1 jika pundak mengangkat atau ditinggikan b +1 jika lengan atas menjauh dari tubuh
c -1 jika tangan bersandar atau ditopang
Gambar 2.1 Postur Lengan Atas
27 2 Langkah kedua, penilaian lengan bawah:
a +1 jika lengan bawah membentuk sudut 60º - 100º flexion b +2 jika lengan bawah membentuk sudut lebih dari 60º - 100º
flexion Keterangan:
a +1 jika lengan bawah melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi
Gambar 2.2 Postur Lengan Bawah 3 Langkah ketiga, penilaian pergelangan tangan:
a +1 jika pergelangan tangan berada pada posisi netral b +2 jika pergelangan tangan membentuk sudut 0º - 15º flexion
ataupun extension. c +3 jika pergelangan tangan membentuk sudut lebih dari 15º flexion
maupun extension. Keterangan:
1 +1 jika pergalangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar.
28 Gambar 2.3 Postur Pergelangan Tangan
4 Langkah keempat, penilaian putaran pergelangan tangan: a +1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran
b +2 jika pergelangan tangan berada pada atau hampir berada pada akhir rentang putaran
Gambar 2.4 Postur Putaran Pergelangan Tangan 5 Langkah kelima, penilaian postur kelompok A. Langkah pertama
sampai langkah keempat diasumsikan sebagai kelompok A yang dimasukkan kedalam tabel A untuk mendapatkan nilai skor A.
29 Gambar 2.5 Tabel Penilaian Skor A
6 Langkah keenam, penilaian skor penggunaan otot: a +1 jika postur tersebut berlangsung 10 menit atau lebih
b +1 jika gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit 7 Langkah ketujuh, penilaian tenaga atau beban:
Gambar 2.6 Tabel Penilaian Beban
30 8 Langkah kedelapan, masukkan hasil skor penilaian kedalam tabel C.
Gambar 2.7 Tabel Penilaian Skor C 9 Langkah kesembilan, penilaian postur leher:
a +1 jika leher membentuk sudut 0º - 10º flexion b +2 jika leher membentuk sudut 10º - 20º flexion
c +3 jika leher membentuk sudut lebih dari 20º flexion d +4 jika leher membentuk sudut dalam extention
Keterangan: a +1 jika leher diputar
b +1 jika leher dibengkokkan dalam posisi miring
31 Gambar 2.8 Postur Leher
10 Langkah kesepuluh, penilaian punggung: a +1 ketika punggung dalam posisi netral
b +2 jika punggung membentuk sudut 0º - 20º flexing c +3 jika punggung membentuk sudut 20º - 60º flexion
d +4 jika punggung membentuk sudut 60º flexion Keterangan:
a +1 jika tubuh diputar b +1 jika tubuh dalam posisi miring
32 Gambar 2.9 Postur Punggung
11 Langkah kesebelas, penilaian kaki: a +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata
b +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana terdapat ruang untuk berubah posisi
c +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
Gambar 2.10 Postur Kaki 12 Langkah kedua belas, penilaian postur kelompok B. Langkah
kesembilan sampai langkah kesebelas diasumsikan sebagai kelompok B untuk memperoleh nilai skor B.
33 Gambar 2.11 Tabel Penilaian Skor B
13 Langkah ketiga belas, penilaian skor penggunaan otot: a +1 jika postur tersebut berlangsung 10 menit atau lebih
b +1 jika gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit 14
Langkah keempat belas, penilaian tenaga atau beban:
Gambar 2.12 Tabel Penilaian Beban 15 Langkah kelima belas, masukkan hasil skor penilaian tersebut
kedalam tabel C.
34 Gambar 2.13 Tabel Penilaian Skor Total
16 Kemudian nilai yang didapat dikonversikan menjadi salah satu
dari 4 level kategori tingkat risiko ergonomi:
Tabel 2.1 Kategori Tingkat Risiko Ergonomi RULA Berdasarkan Nilai Akhir yang Didapat
Kategori Tingkat Risiko Ergonomi
Indikasi Skor Akhir
Perhitungan RULA
Level 1 Level 2
Level 3
Level 4 Dapat diterima
Perlu penyelidikan lebih lanjut Perlu penyelidikan lebih lanjut dan
perubahan perlu dilakukan Perlu penyelidikan lebih lanjut dan
perubahan segera dilakukan 1
– 2 2
– 3 5
– 6
7
Setiap metode tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, kelebihan dari metode RULA adalah sebagai berikut:
a Panduan cepat dan mudah untuk mendeterminasi keberadaan WMSDs. b Efektif untuk menilai postur bagian atas.
35 c Sudah
mencakup postur,
tekanan, dan
frekuensi. Dapat mengidentifikasi pada bagian tubuh mana yang beresiko paling
besar pada suatu pekerjaan. d Skor pada RULA dilengkapi dengan action level yang menggambarkan
prioritas tindakan Stanton,dkk, 2005. Selain kelebihan yang telah disebutkan diatas, RULA juga memiliki
beberapa kekurangan seperti: a Tidak menilai postur secara keseluruhan.
b Hanya efektif pada sedentary task c Beban dan waktu frekuensi dan durasi tidak dijelaskan secara spesifik
pada setiap bagian tubuh. d Waktu untuk intervensi tidak dijelaskan secara jelas Stanton, dkk, 2009.
5 The Ovako Working Posture Analysis System OWAS The Ovako Working Posture Analysis System OWAS merupakan
suatu metode yang digunakan dalam mengevaluasi sederhana dan sistematik dari postur saat bekerja yang dikombinasikan dengan obervasi dari kegaiatan
pekerjaan. OWAS mengizinkan pengguna OWAS untuk mengestimasi berdassarkan beratnya objek yang diangkat ataupun kekuatan yang digunakan
saat bekerja. Dalam kegiatan pekerjaan yang memungkinkan menghubungkan setiap
postur yang
dilakukan dengan
kegiatan pekerjaan
yang mempengaruhinya ILO, 1998 dalam Kurniawati 2009.
36 Berikut adalah kelebihan dan metode OWAS menutu ILO 1998
dalam Kurniawati, 2009: a Mudah digunakan
b Hasil observasi bisa dibandingkan dengan benchmarks untuk menentukan prioritas intervensi
c Angka pada tiap bagian tubuh bisa digunakan untuk perbandingan sebelum dan sesudah intervensi untuk mengevaluasi keefektifitasannya.
d Angka pada tiap bagian tubuh bisa diguanakan untuk studi epidemiologi. Kekurangan dari metode ini menurut ILO 1998 dalam Kurniawati,
2009, yaitu: a Tidak adanya infirmasi mengenai durasi waktu kerja dari postur
kombinasi. b Tidak ada perbedaan klasifikasi antara lengan kiri dan kanan.
c Tidak memperhitungkan mengenai posisi siko, pengerlangan tangan dan tangan.
6 Rapid Entire Body Assessment REBA Rapid Entire Body Assessment REBA adalah cara penilaian tingkat
risiko dari kegiatan berulang dengan melihat pergerakanpostur yang dilakukan oleh pekerja. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tahapan
kegiatan kerja dari awal sampai akhir Stanton dkk, 2005.
37 REBA juga telah dikembangkan untuk menilai jenis dari postur
pekerjaan yang tidak bisa diprediksi, ini didapat pada jasa pelayanan kesehatan dan jasa industri lainnya. Data yang dikumpulkan mengenai postur
tubuh, besarnya gaya yang digunakan, tipe dari pergerakan atau aksii, gerakan berulang dan rangkaian. Hasil dari skor REBA adalah dihasilkan untuk
memperlihatkan sebuah indikasi dari tingkat risiko dan kondisi penting untuk tindakan yang akan diambil McAtamney dan Higneet, 2005.
Metode REBA digunakan untuk menilai postur pekerjaan yang berhubungan dengan WMSDs. Metode REBA dapat digunakan ketika
mengindentifikasi penilaian ergonomi di tempat kerja yang membutuhkan analisa postural lebih lanjut, diwajibkan untuk:
a Keseluruhan tubuh pekerja digunakan b Postur statis, dinamis, perubahan cepat atau tidak stabil.
c Barang bernyawa atau tidak bernyawa yang sedang ditangani, salah satunya sering dilakukan atau tidak sering dilakukan.
d Modifikasi di tempat kerja, peralatan, pelatihan atau risiko perilaku yang diambil dari pekerja yang diamati sebelumsesudah perubahan
McAtamney dan Higneet, 2005. Dalam prosedur penilaian metode REBA, dibagi menjadi 6 tahap,
yaitu: a Amati pekerjaannya
38 b Pilih postur yang akan dinilai
c Menilai postur d Proses penilaian
e Menetapkan skor REBA f Menampilkan tingkat tindakan dengan mengutamakan yang paling penting
untuk kontrol pengendalian McAtamney dan Higneet, 2005. Pertimbangan mengenai pekerjaan kritis dari pekerjaan. Untuk
masing-masing tugas, menilai faktor postur untuk menetapkan skor kepada masing-masingbagian tubuh. Lembar data telah menyediakan sebuah format
untuk proses penilaian ini. Skor grup A terdiri dari postur tubuh, leher dan kaki dan grup B terdiri dari postur lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan untuk bagian kanan dan kiri. Untuk masing-masing bagian, mempunyai skala penilaian postur ditambah dengan catatan tambahan
untuuk pertimbangan tambahan. Kemudian skor bebanbesarnya gaya dan faktor perangkaikopling. Hasil akhirnya adalah skor aktivitas.
Hasil akhir dari penilaian REBA yaitu grand score dengan kriteria sebagai berikut:
a Skor 1 masih dapat diterima b Skor 2
– 3 mempunyai tingkat risiko ergonomi yang rendah, perubahan mungkin diperlukan.
39 c Skor 4
– 7 memiliki tingkat risiko ergonomi sedang, penyelidikan lebih lanjut, perubahan segera.
d Skor 8 – 10 mempunyai tingkat risiko ergonomi yang tinggi, penyelidikan
dan perubahan harus secepatnya. e Skor 11
– 15 memiliki tingkat risiko ergonomi yang sangat tinggi, perubahan dilakukan harus secepatnya McAtamney dan Higneet, 2005.