gizinya baik, maka produktifitas kerjanya juga baik. Begitu juga para pekerja operator yang mayoritas memiliki status gizi yang normal sehingga bisa dikatakan
bahwa ketahanan tubuh pekerja dapat mengurangi rasa kelelahan kerja. Depkes RI Direktorat Jenderal Pembinaan Masyarakat 1997 menyatakan
bahwa pola makan pekerja mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja. Orang yang kekurangan energi akan mempengaruhi kemampuan bekerja, memperpanjang
waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Apabila energi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan energi yang
dibutuhkan, maka akan menurunkan kemampuan fisik sehingga dapat menurunkan produktivitas pekerja. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja, karena pekerja operator SPBU bukan merupakan pekerja angkat angkut yang cenderung lebih membutuhkan
kemampuan fisik yang lebih besar. Akan tetapi pekerja operator SPBU cenderung memiliki tipe pekerjaan yang monoton dan dengan beban kerja ringan sehingga
masih bisa bekerja dengan maksimal dan terhindar dari terjadinya kelelahan kerja.
6.8 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kelelahan Kerja
Adanya beberapa perbedaan fisiologis mendasar antara laki-laki dan perempuan, yang menyebabkan perbedaan dalam aklimatisasi. Tingkat toleransi
perempuan terhadap termoregulasi lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja. Hal ini juga di sampaikan oleh Khasanah 2012 yang melakukan penelitian pada 69 orang pada pekerja bagian
produksi PT. Industri Sandang Nusantara persero patal I Cilacap di dapatkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kelelahan.
Pada pekerja perempuan terjadi siklus menstruasi setiap bulan di dalam tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunya kondisi fisik maupun psikisnya. Hal
ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar darpdara tingkat kelelahan pada pekerja laki-laki.
Faktor jenis kelamin pada operator SPBU sangat penting terutama dalam menentukan tugas dan waktu pembagian jadwal kerja shift. Untuk pekerja
perempuan diberi tugas jaga pada waktu siang hari sedangkan pekerja laki-laki diberi tugas jaga siang dan malam. Perbedaan inilah yang bisa menyebabkan perbedaan
tingkat kelelahan yang di alami oleh pekerja berdasarkan jenis kelamin. Pekerja operator baik laki-laki maupun perempuan dalam bekerja memiliki
waktu jeda untuk istirahat yang cukup. Pada saat kendaraan kosong, maka pekerja bisa sambil istirahat dan melepas lelah sehingga bisa mengurangi kelelahan. Selain
itu beban kerja pada operator termasuk ringan, jadi meskipun berbeda jenis kelamin tapi para pekerja bisa melakukan pekerjaan dengan maksimal.
6.9 Hubungan antara Masa Kerja Dengan Kelelahan Kerja
Masa kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketrampilan dalam melayani customer yang datang ke SPBU. Semakin lama masa kerja akan membuat
pekerja lebih beradapasi dan menambah pengalaman kerja. Berdasarkan hasil analisis deskriptif di peroleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa
kerja dengan kelelahan kerja.
Dari data yang di peroleh tentang masa kerja, mayoritas pekerja sudah melewati masa kerja 2 tahun. Masa kerja 2 tahun merupakan waktu yang cukup lama untuk
pekerja beradaptasi dan menyesuaikan dengan aktifitas sehari-hari di tempat kerja. Masa kerja rata-rata pekerja operator adalah 2 tahun dengan demikian sudah
beradaptasi dengan kondisi kerja yang dihadapinya. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi tingkat adaptasi
tubuh terhadap kelelahan. Ini disebabkan oleh karena semakin lama seseorang bekerja maka perasaan terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukan akan berpengaruh
terhadap tingkat daya tahan tubuhnya terhadap kelelahan yang dialaminya. Pengalaman kerja juga akan dapat membedakan pengaruh kondisi kerja terhadap
dampak yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri Manuaba, 1992. Hasil yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Mauludi 2010
mengenai Faktor –Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Pada Pekerja di
Proses Produksi Kantong Semen PBD Paper Bag Division PT. Indocement Tunggal Prakarsa TBK Citeureup-Bogor menunjukkan hasil dimana p = 0.880
p0,005. Hasil ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kelelahan kerja. Hal ini bisa terjadi, karena masa kerja hanya
menggambarkan lama kerja yang telah dilewati selama bertahun-tahun