Masa kerja Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan .1 Shift Kerja

23 digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Beban kerja fisik dalam kategori berat akan menyebabkan beban kardiovaskuler meningkat sehingga kelelahan akan cepat muncul Tarwaka et al, 2004. Pada penelitian yang dilakukan pada pekerja bongkar muat menyatakan terdapatnya hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja Tarwaka et al, 2004. Beban kerja dapat ditentukan dengan merujuk kepada jumlah kalori yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan per satuan waktu. Estimasi panas metabolik dapat dilakukan dengan menilai pekerjaan. Adapun klasifikasi beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan Kategori KcalJam Pekerjaan Ringan Sampai dengan 200 kcaljam Pekerjaan Sedang 200-350 kcaljam Pekerjaan Berat Lebih dari 350 kcaljam Sumber : ACGIH 1997 dalam Dowell 2004 24

2.2.7 Lingkungan Kerja

Di tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja Tarwaka et al, 2004. Menurut Fitriarni 2000 bahwa faktor lingkungan seperti suhu, kebisingan, pencahayaan, vibrasi, dan ventilasi akan berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap mental, dan kelelahan kerja. a. Tekanan Panas Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 Tahun 1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja, definisi iklim kerja atau tekanan panas adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan, gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaanya. Temperatur yang dianjurkan di tempat kerja adalah 24 - 26º C.suhu kering pada kelembaban 85 - 95 dan suhu basah antara 22 - 30º C, suhu tersebut merupakan suhu nikmat di Indonesia Suma’mur, 1996. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar yang terjadi tidak lebih dari 20 untuk suhu panas dan 35 untuk suhu dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh. Sedangkan batas toleransi untuk suhu tinggi adalah 35ºC-40ºC, kecepatan gerakan udara 0,2 mdetik, kelembaban udara 40-50 dan perbedaan suhu permukaan 40ºC. Sehingga suhu optimal dari dalam tubuh untuk mempertahankan fungsinya adalah 36,5ºC-39,5ºC 25 Grandjean dalam Tarwaka dan kawan-kawan, 2004. Semakin aktif seorang pekerja maka semakin rendah suhu yang diperlukan supaya ideal. Tenaga kerja akan melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan suhu di tempat kerja dengan menjaga keseimbangan panas tubuh. Lingkungan kerja yang panas umumnya lebih banyak menimbulkan permasalahan dibandingkan lingkungan kerja dingin. Hal ini terjadi karena pada umumnya manusia lebih mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah dari pada suhu udara yang tinggi Ardyanto, 2005. Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktifitas kerja yang juga akan membawa dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan kerja Santoso, 2004. Untuk menilai hubungan iklim kerja dan efek terhadap seseorang perlu diperhatikan seluruh faktor yang meliputi lingkungan, manusia dan pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi iklim kerja tersaji dalam tabel 2.3: Tabel 2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Panas Faktor Lingkungan Faktor Manusia Pekerjaan Suhu Kelembaban Angin Radiasi Panas Debu Aerosol Gas Fume Usia Jenis Kelamin Kesegaran Jasmani Ukuran Tubuh Kesehatan Aklimatisasi Gizi Motivasi Kompleksnya Tugas Lama Tugas Beban Fisik Beban Mental Beban Dria Beban Sendiri Ketrampilan Disyaratkan