15
pertanyaan yang diajukan dan dijumlahkanya menjadi total skor individu. Kuesioner ini kemudian dikembangkan dimana jawaban kuesioner diskoring
sesuai empat skala Likert. Berdasarkan desain penilaian kelelahan subjektif dengan menggunakan 4 skala Likert ini, akan di peroleh skor individu terendah
adalah sebesar 30 dan skor individu tertinggi 120. Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori, yaitu sangat sering SS dengan diberi
nilai 4, sering S dengan diberi nilai 3, kadang-kadang K dengan diberi nilai 2 dan tidak pernah TP dengan diberi nilai 1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Tingkat
Kelelahan Total Skor
Klasifikasi Kelelahan Tindakan Perbaikan
1 30-52
Rendah Belum diperlukan
adanya tindakan perbaikan
2 53-75
Sedang Mungkin diperlukan
adanya tindakan perbaikan
3 76-98
Tinggi Diperlukan adanya
tindakan perbaikan
4 99-120
Sangat Tinggi Diperlukan tindakan
perbaikan sesegera mungkin
Sumber : Tarwaka, 2010
16
2.1.5 Penanggulangan Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja, misalnya dengan
pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat Suma’mur.,
1996. Menurut Susetyo 2012 untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus
dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis
menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk
menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.
2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan 2.2.1 Shift Kerja
Shift kerja adalah periode waktu dimana suatu kelompok pekerja dijadualkan bekerja pada tempat kerja tertentu Mauritz, 2008. Secara
terminologinya yang dimaksud dengan shift kerja adalah kerja 24 jam dibagi secara bergiliran dalam waktu 2 jam. Para pekerja dibagi atas kelompok kerja dan
pada umumnya dibagi atas tiga kelompok dimana lama giliran kerja yaitu 8 jam Nasution, dkk, 1989.
Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa 08.00-17.00.
17
Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan
menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur Kuswadji,
1997. Penerapan shift kerja dapat terpapar berbagai risiko gangguan kesehatan,
keadaan ini dikarenakan penerapan shift kerja dapat mengakibatkan perubahan circadian rhythms yang dapat berkembang menjadi gangguan tidur dan kelelahan
kerja Wijaya, 2005.
2.2.2 Usia
Men urut Suma’mur 1991 menyebutkan bahwa seseorang yang berumur
muda sanggup melakukan pekerjaan berat, dan sebaiknya jika seseorang sudah berumur lanjut maka kemampuannya untuk melakukan pekerjaan berat akan
menurun. Pekerja yang berumur lanjut akan merasa cepat lelah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi
kinerjanya. Kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh umur tersebut.
Menurut Akerstedt, et al 2002 bahwa kelelahan lebih cenderung terjadi pada pekerja berumur kurang lebih sama dengan 49 tahun. Menurut Dewi 2006
diketahui bahwa responden yang paling banyak mengalami kelelahan adalah
18
pekerja yang berusia 25 – 35 tahun yaitu sebanyak 26 orang 55,3, pada
penelitian ini didapatkan P value 0,180 yang menyatakan tidak adanya hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja. Sedangkan pada penelitian lainnya
kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 41 dan dibawah 50 tahun yaitu sebesar 31 orang 63,3, pada penelitian ini didapatkan P value
0,951 yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja Sisinta, 2005.
Usia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikontrol. Walaupun tidak banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penyesuaian terhadap
lingkungan baik panas maupun dingin bergantung pada usia seseorang, akan tetapi beberapa pengamatan menunjukkan usia seseorang berhubungan terhadap
penurunan aktivitas fisik yang terkait dengan penyesuaian tubuh dengan lingkungan panas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai
seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada dewasa awal. Lansia sensitif terhadap suhu eskrim, karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor, penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar, dan penurunan
metabolisme Pearce, 1990.
2.2.3 Status Gizi
Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila
kekurangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu Tarwaka et al 2004. Menurut Suma’mur 1982, Grandjean 1993
19
dalam Tarwaka et al 2004 bahwa selain jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama masa bekerja adalah sangat penting.
Status gizi pekerja dapat diukur dengan IMT, dimana hasil pengukuran dibandingkan dengan standar yang ditetapkan Depkes RI Almatsier, 2004.
Menurut Hartz et al 1999 dalam Safitri 2008 peningkatan IMT IMT lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan kelelahan kerja pada study yang
dilakukan selama 2 tahun pada pasien ICF dan menjadi overweight obesitas dengan fungsi fisik dan vitalitas yang lebih rendah pada population based study.
Menurut WHO 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index BMI. Di
Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh IMT. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan Kg IMT = ---------------------------------------------------------------
Tinggi badan m x Tinggi badan m Atau
Berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter2.