g. Mayoritas pekerja bagian operator SPBU tidak mengalami paparan Tekanan panas 76. Tekanan panas yang diterima oleh bagian
operator SPBU masih normal dan dibawah Nilai Ambang Batas NAB.
3. Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa:
a. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU pvalue= 0,644.
b. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan dengan kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU pvalue= 0,383.
c. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan panas dengan dengan kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU pvalue= 0,284.
d. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan dengan kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU pvalue= 0,818.
e. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan dengan kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU pvalue= 0,257.
f. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara massa kerja dengan
dengan kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU pvalue= 0,824 g. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
dengan kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU pvalue= 0,883.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka terdapat beberapa rekomendasi terkait kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU :
1. Untuk mengurangi kelelahan kerja pada pekerja operator SPBU selama bekerja dapat dilakukan dengan memodifikasi sikap kerja lebih diperhatikan waktu untuk
istirahat atau jeda saat merasakan indikasi kelelahan fisik karena posisi bekerja yang berdiri terus-menerus. Bila diizinkan, pekerja dapat menyiapkan kursi duduk di
tempat kerja sehingga bisa istirahat dengan nyaman tanpa meninggalkan posisi. 2. Untuk menghindari keluhan sering haus akibat paparan tekanan panas, pekerja
operator SPBU dianjurkan meminum air putih lebih dari 1 gelas perjam dan menggunakan pakaian yang tipis berbahan kain katun untuk memudahkan sirkulasi
udara dan mengurangi bahaya dehidrasi. 3. Untuk penelitian selanjutnya, menguunakan metode lain dalam mengukur kelelahan
kerja dan diharapkan menggunakan kekuatan uji yang lebih besar. Sehingga jumlah sampel lebih besar dan kemungkinan ditemukannya hubungan kelelahan kerja juga
menjadi lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, N. 2007. Gangguan Tidur. Diagnosis dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran 157 5 : 196-206
Budiono, dkk. 2003. Kelelahan Fatigue Pada Tenaga Kerja. Bunga Rampai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Edisi ke – 2. Semarang; Universitas
Diponogoro Dekker, D.K., Tepas, D.I., dan Colligan, M.J. 1996. The Human Factors Aspect of
Shiftwork. Occupational Ergonomics Theory and Applications. Marcel Dekker. Inc. New York
Dewi, Povilia. 2006. Perbedaan Kelelahan Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang ICU Dan Ruang Arrijal Di Rumah Sakit Haji Tahun 2006. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Doe, Noni. 2012. Gangguan Tidur Pada Perawat Pekerja Shift. Skripsi: FIK.
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Grandjean, E. 1995. Fitting The Task To The Man. A Textbook Of Occupational
Ergonomics. 4thEdition. London and New York : Taylor Francis 1993. Fitting the Task to the Man. 4th edition. London
1991. Fatique. Dalam: Parmeggiani, L. ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, third Edition. ILO, Geneva: 837
–839. Harrison y. Horne J. 2000. The impact of sleep depriviation on decision making:
a review. Journal of experimental Psychology: applied, 6 3, 236-358. ILO. 1998. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Volume 10. Ritcher
Peter. Geneva. Switzerland. 2003. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Geneva.
Industrial Engineer, 2007. Fatal Work Injuries down, Kepmenakertrans No. Kep-233Men2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat
Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus. Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia.