27
Kerja 25 - istirahat 75 32,2
31,1 30,0
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51MEN1999 b. Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang didengar sebagai rangsangan- rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis dan bunyi-
bunyi tersebut tidak dikehendaki Suma’mur, 1996. Setiap tenaga kerja memiliki
kepekaan sendiri-sendiri terhadap kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi
dan ketidaktenangan Sutaryono, 2002. Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh
data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
kebisingan adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel dBA. Alat ini
mampu mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang dilengkapi dengan octave band
analyzer dan noise dose meter Depnaker, 2004. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51 tahun 1999, Nilai Ambang Batas
untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya
daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Nilai ambang batas NAB intensitas bising adalah 85
dBA dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
28
2.2.8 Waktu Kerja
Menurut Kroemer and Grandjean 1997 dalam Fitriarni 2000 bahwa waktu kerja dapat dibedakan dalam waktu kerja shift non shift. Kerja shift
bergilir akan mengganggu irama sirkadian tubuh. Gangguan ini akan berakibat terjadinya gangguan tidur pada pekerja dan dalam keadaan yang terjadi secara
terus - menerus tanpa disertai perbaikan kondisi yang memadai akan berakibat terjadi kelelahan fatique kronis.
Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimum 8 jam kerja dan sisanya untuk istirahat kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja Tarwaka et al, 2004.
2.2.9 Jenis kelamin
Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 23 dari kemampuan fisik atau kekuatan
otot laki laki Tarwaka et al, 2004. Menurut Kroemer dan Grandjean 1997 dalam Tarwaka et al 2004 bahwa masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh
periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga gangguan menstruasi, aborsi, gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi.
2.3 Kerangka Teori
Kerangka teori ini merupakan gabungan dari beberapa teori yang telah dikemukakan penelitian sebelumnya tentang hubungan shift kerja dengan kelelahan
kerja. Beberapa sumber menyebutkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
29
kelelahan kerja antara lain karakteristik pekerja jenis kelamin; usia; masa kerja; status gizi; beban kerja; lingkungan kerja dan waktu kerja shift non shift Silaban, 1998;
lingkungan kerja; status kesehatan dan nutrisi Tarwaka et al 2004;
Bagan 2.1 Kerangka teori
Sumber : Silaban 1998 dan Tarwaka et al 2004; Kroemer and Grandjean 1997; Setyawati 1994; Almatsier 2004
; Suma’mur 1991 Kelelahan Kerja
Usia Jenis Kelamin
Waktu Kerja Lingkungan Kerja
Status Kesehatan Status Gizi
indeks massa tubuhIMT
Shift Kerja
Masa Kerja Beban kerja
30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERATIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian operator SPBU di Kecamatan Ciputat. Kerangka konsep
penelitian ini berdasarkan gabungan teori dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja diantaranya dikemukakan oleh
Susetyo 2012, Kodrat 2011, Nurhidayati 2010, Wijaya 2005. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, dapat dinyatakan bahwa pekerja dapat
mengalami kelelahan kerja disebabkan oleh banyak faktor seperti Shift Kerja, Usia, Status Gizi, Jenis Kelamin, Masa Kerja, beban kerja, lingkungan kerja, status
kesehatan dan waktu kerja. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja pekerja SPBU
Kecamatan Ciputat. Sedangkan variabel independennya adalah shift kerja, Masa Kerja, Jenis Kelamin, Status Gizi, lingkungan kerja dan Usia. Tidak semua faktor yang ada
dalam kerangka teori dimasukan dalam variable penelitian ini. Variabel beban kerja, dan waktu kerja tidak dimasukkan karena semua responden berada dalam beban kerja
yang sama yaitu beban kerja ringan dan waktu kerja yang relatif sama yakni 8 jam. Sedangkan untuk variabel status kesehatan tidak digunakan karena pekerja yang
diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pekerja dalam keadaan sehat yang dibuktikan dengan adanya laporan medical check up dari perusahaan dan kepastian
status kesehatan pada saat wawancara.
31
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Variable Independen
Variable Dependen
Penerapan Shift Kerja
KELELAHAN KERJA Karakteristik Pekerja :
Masa Kerja Usia
Status Gizi Enis kelamin
Lingkungan Kerja : Tekanan Panas
Kebisingan