Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja

Tidak adanya hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan kerja yang dialami pekerja operator SPBU, hal ini disebabkan oleh panas yang ada didalam lingkungan SPBU masih normal dan dibawah nilai ambang batas, tempat kerja lokasi di outdoor dengan atap pelindung menghindari pekerja dari paparan sinar matahari langsung, tidak adanya sumber panas dengan suhu tinggi. Sebagaimana disebutkan dalam Kepmenaker No.51 tahun 1999 tentang nilai ambang batas faktor-faktor fisik ditempat kerja, dimana semakin tinggi tekanan panas ditempat kerja maka semakin sedikit waktu kerja pada suatu tempat kerja tersebut. Menurut Kepmenaker tersebut untuk 8 jam kerja sehari maka tekanan panasnya sebesar 30,6ºC, berarti lingkungan kerja SPBU dengan tekanan panas sebesar 28,13 ºC masih dbawah NAB dan dalam kategori normal. Lingkungan kerja yang mempunyai tekanan panas hendaknya dilakukan upaya pengendalian dengan melakukan pemeriksaan medis sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja secara rutin, diperbanyak waktu istirahat tenaga kerja dengan menyediakan tempat istirahat yang nyaman sejuk dengan suhu 0º - 26ºC, menyediakan air minum yang banyak dan bersih dianjurkan minum sebanyak 150-200 cc setiap 15-20 menit apabila ada yang belum beraklimatisasi minum air ditambah garam dapur 0,1 NaCl berguna supaya cairan dan suhu tubuh tetap normal dan hal ini agar tidak terjadinya dehidrasi, memberikan minum susu dua kali dan suplemen, menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kerja seperti menyediakan pakaian khusus yang berwarna cerah atau putih yang dapat menyerap keringat juga pengaturan waktu kerja agar tenaga kerja tidak terlalu terpapar panas, dan bila timbul gejala-gejala gangguan kesehatan segera rujuk ke sarana kesehatan terdekat. Tekanan panas yang ada di SPBU membuat pekerja mengeluh sering merasa kehausan. Untuk menghindari keluhan sering haus akibat paparan tekanan panas, pekerja operator SPBU dianjurkan meminum air putih lebih dari 1 gelas perjam dan menggunakan pakaian yang tipis berbahan kain katun untuk memudahkan sirkulasi udara dan mengurangi bahaya dehidrasi.

6.6 Hubungan Antara Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan tujuan memperoleh data kebisingan di area SPBU sehingga dapat diketahui gambaran tingkat kebisingan kemudian dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel dBA. KEP51MEN1999 menjelaskan bahwa NAB kebisingan adalah 85 dB untuk 8 jamhari dan 40 jamminggu. Dari hasil pengukuran di tempat kerja, di dapatkan bahwa tingkat kebisingan di SPBU masih normal yaitu dibawah nilai Nilai Ambang Batas NAB 85dB untuk pekerjaan 8jam perhari. Dan berdasarkan uji statistik di hasilkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan kelelahan kerja. Menurut Sutaryono 2002 setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri- sendiri terhadap kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stres, kelelahan kerja, hilang efisiensi dan