Motivasi Kepemilikan Motivasi Dalam Islam

c. Motivasi Kerja

Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras jika tidak menemui hambatan merealisasikan apa yang diharapkan. Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga yang menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan, sebab ia menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam perolehan kondisi yang dihadapi dan dalam mengatasi situasi yang sulit. 36 Dalam perspektif Islam, aktivitas perekonomian harus disertai komitmen untuk mematuhi petunjuk Tuhan yang digariskan Al-Quran dan dijabarkan as-Sunnah.Islam telah menetapkan pekerjaan bagi seorang muslim sebagai hak sekaligus kewajiban. Islam menganjurkan bekerja dan memerintahkan agar pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Prinsip pertama ynng ditegakkan Islam dalam mengatur masyarakat ialah agar setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya. 37 Konsep motivasi spiritual menurut Umar Chapra sejiwa dengan apa yang dikemukakan Weber bahwa dunia Barat berkembang tidak didorong oleh nilai konsumtif melainkan oleh motivasi dari nilai kreatif yang disebut etos karya. Karena Max Weber seorang protestan, maka etos karya itu disebut etos Protestan, itulah etos 36 Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Quran Jakarta:GIP, 1997,,h.116 37 Ibid, h.123 agama. 38 Umat Kristen juga mempunyai pandangan bahwa pembangunan perlu memiliki apa yang disebut “transcendent persfektive” artinya faktor tindakan Allah dibaca Alah dalam pembangunan atau sejarah manusia jangan dilupakan. 39 Masih banyak ayat Quran yang memotivasi manusia untuk menekuni pekerjaan sehingga hidupnya menjadi tenang dan aman, maka dari itu pula manusia mampu bersikap positif, serius, tekun dalam bekerja serta merasa yakin terhadap janji sang pemberi Rezeki.

E. Relawan Kemanusiaan di Rumah Zakat

Relawan bukan merupakan karyawan, dia adalah supporting system suatu lembaga. Dia tidak memiliki penghasilan atau gaji tetap dari pegawai akan tetapi hanya memperoleh fee atau upah. Begitu pula yang terjadi dengan relawan Rumah Zakat, relawan adalah orang yang dengan sukarela membantu program- program pemberdayaan yang diselenggarakan oleh Rumah Zakat. Jadi jika kita berfikiran “mengunakan” relawan dapat lebih “hemat” dari sisi pembiayaan program maka jawabannya belum tentu benar. Memang relawan tidak digaji, hanya mendapatkan pengganti uang transport atau uang makan, tetapi jika kita cermati maka biaya untuk “me-maintanance” relawan sebenarnya 38 Nataatmadja, Intelegensia Spiritual Jakarta:Perenial Press, 2001, h. 190 39 Djaka Sutapa, Agama dan Pembangunan, Pandangan Kristen dalam Moralitas Pembangunan Persfektif dalam Agama-agama dalam pembangunan, Cet-I Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1994 , h.49