Pengertian Lembaga Perekonomian Umat

menyatu laksana anggota tubuh. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah mengutip pendapat ar-Raghib menyebutkan bahwa kata umat digunakan untuk semua kelompok yang dihimpun oleh suatu persamaan, seperti satu agama. Penghimpunan di sini apakah terjadi secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. Jadi umat ini adalah nama bagi suatu perkumpulan yang memiliki ikatan persamaan di antara mereka, baik itu manusia maupun lainnya. 11 Berkenaan dengan makna umat, maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan umat adalah makhluk hidup yang diciptakan Tuhan, terutama manusia dan binatang. Sedangkan menurut Esposito, umat sering diterjemahkan dengan komunitas muslim. 12 Oleh karena itu, kata umat sering dihubungkan dengan kata Islam menjadi umat Islam. Dari ketiga definisi diatas yaitu lembaga, ekonomi, dan umat, sehingga dapat kita pahami bahwa yang dimaksud Lembaga perekonomian umat adalah organisasi ekonomi yang berdasarkan pada Syari’ah Islam dan didirikan oleh umat Islam. 13

B. Tujuan dan Kategori Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat

Dua dekade terakhir kita menyaksikan kebangkitan lembaga-lembaga keuangan Islam di bumi Indonesia. Fenomena ini sungguh menarik bila dikaitkan dengan semakin menguatnya pusaran ekonomi kapitalis-liberal dalam tata ekonomi global. 11 Ibid 12 A. Djazuli. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syari’ah. Bandung: Gunung Jati Press, 2000, h. 234 13 Prof. H. A. Djazuli dan Drs. Yadi Janwari, MA. Lembaga-Lembaga Perekonomian UmatSebuah Pengenalan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002, h. 4 Menjamurnya BMT dan Bank Syariah yang menginduk pada bank-bank konvensional, asuransi Islam takaful, lembaga zakat dan lain sebagainya, adalah pertanda awal kebangkitan ekonomi umat. 14 Saat ini bangsa Indonesia menghadapi dua tantangan pokok dalam usaha menjalankan roda pembangunan. Kesenjangan yang semakin melebar antara golongan kaya dan golongan miskin di satu sisi, dan kecenderungan meningkatnya ketergantungan kaum miskin kepada pemilik modal dan ketergantungan Indonesia kepada negara maju di sisi yang lain. 15 Adi Sasono 16 menambahkan, sedikitnya ada empat permasalahan dasar pergerakan dakwah Islam. Pertama, masalah kemiskinan baik dari sisi ekonomi maupun keterbatasan sarana dan kebutuhan fisik yang pada urutannya melahirkan “budaya kemiskinan”. Kedua, sebagai akibat dari lilitan kemikinan mendorong munculnya gejala keterbelakangan. Ketiga, munculnya sikap eksklusif dan involutif. Terakhir, lemahnya kelembagaan penampung partisipasi dan lemahnya mekanisme kerjasama untuk melancarkan perjuangan sistematis. Menurut Ace Partadiredja, medium dakwah yang efektif adalah dengan pendekatan enam kebutuhan pokok basic need manusia: makanan, pakaian, permukiman, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Dakwah lewat pemenuhan kebutuhan pokok adalah suatu program dakwah dengan jalan pemenuhan kebutuhan 14 Marpuji Ali. Wakaf dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. http:ekisonline.comcomponentcontentarticle35-ekonomi-makro281-wakaf-dan-pemberdayaan- ekonomi-umat.html data diakses pada 23 Mei 2011 15 Adi Sasono, “Keadilan Sosial tema Abadi” dalam Muntaha Azhari Abdul Mun’im Saleh ed., Islam Indonesia Menatap Masa Depan Jakarta: P3M,1989 h. 108. 16 Adi Sasono, “Dakwah Pembangunan: Permasalahan dan Alternatif” dalam Amrullah Achmad ed., Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya Yogyakarta:PLP2M,1985 h. 35 makan sehat dan bergizi, pakaian yang menutupi aurat, perumahan beserta lingkungannya yang bersih dan sehat, pendidikan yang terjamin dan terjangkau, kesehatan yang terpelihara, dan pekerjaan yang halal dan terhormat dan memberikan pendapatan yang memadai. 17 Jadi tujuan dari lembaga pemberdayaan ekonomi umat ialah untuk melayani kebutuhan ekonomi umat dan pemberdayaan ekonomi umat guna terwujudnya kesejahteraan dan kemaslahatan umat. Profesor H.A Djazuli dan Drs Yadi JAnwari, M.Ag dalam bukunya Lembaga- Lembaga Perekonomian Umat menyebutkan lembaga perekonomian umat berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, yaitu: Bank Syariah, Asuransi Syariah, Badan Amil Zakat BAZ Lembaga Amil Zakat LAZ, Unit Simpan Pinjam Syariah USPS, BAitul Mal wa Tamwil BMT, dan Reksa Dana Syariah.

1. BAZ LAZ

Berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat BAZ yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari masyarakat dan unsure pemerintah untuk tingkat kewilayahan dan Lembaga Amil Zakat LAZ yang dibentuk oleh masyarakat yang terhimpun dalam berbagai ormas Organisasi Masyarakat Islam, yayasan dan institusi lainnya. 17 Ace Partadiredja, “Dakwah Islam Melalui Kebutuhan Pokok Manusia” dalam Amrullah Achmad ed., Dakwah Islam dan Perubahan Sosial Yogyakarta: PLP2M,1985 h. 120.