Kisah Sekeluarga Terinfeksi HIV

57

3.2 Kisah Sekeluarga Terinfeksi HIV

Ada satu keluarga yang terinfeksi HIV yang peneliti jumpai di lapangan. Satu keluarga ini merupakan bagian dari anggota pita merah, kak Myur memberi saran kepada saya untuk datang langsung ke rumahnya karena mereka sangat tertutup dan jarang keluar rumah. Mereka keluar rumah hanya untuk bekerja, sekolah, dan berbelanja, setelah selesai kegiatan itu mereka langsung masuk lagi ke dalam rumah. Walaupun mereka orang baru disitu tetapi mereka tidak pernah singgah-singgah ke tempat tetangga, sampai akhirnya ada tetangga yang mengatakan rumah ini ada orangnya tapi seperti tak berpenghuni. Maksudnya orang yang di dalam rumah jarang terlihat bermain ke luar rumah bersama tetangga, mereka selalu menutup pintu rumah 24 jam. Dalam satu keluarga ada 4 orang yang terdiri dari seorang suamiayah, seorang istriibu, dan dua orang anak gadis kecil. Mereka sekeluarga bingung pada saat pertama kali peneliti datang ke rumah, lalu kak Myur dan bang Enn menjelaskan maksud kedatangan kami kesana hanya untuk berbincang-bincang santai sembari menanyakan hal-hal yang perlu peneliti ketahui guna untuk melengkapi bahan skripsi. Awalnya mereka tinggal di tanah karo, namun karena penyakit yang mereka derita satu keluarga adalah HIV, mereka di usir dari kampung halamannya dan kini tinggal di Medan daerah simpang pos. Sedikit cerita pengalaman keluarga tersebut bahwa mereka di usir karena ketidaktahuan mengenai penyakit tersebut, warga kampung dan diri mereka sendiri tidak tahu informasi dengan jelas mengenai penyakit HIV. Cerita ini terjadi sejak si suamiayah dalam keluarga ini statusnya masih lajang atau belum Universitas Sumatera Utara 58 menikah dan ia sakit gagal ginjal, kondisi tubuhnya lemah sehingga membutuhkan ginjal 1 lagi untuk menstabilkan tubuhnya. Beberapa hari kemudian ada orang yang mau menjual ginjalnya, dan dengan segera keluarganya mau membayar ginjal tersebut. Keluarganya bisa dikatakan orang yang mampu karena memiliki ladang berhektar-hektar. Lalu operasi pun segera dilaksanakan, pihak rumah sakit hanya memeriksa kesehatan tubuh dan ginjalnya saja tanpa di cek darah terlebih dahulu. Setelah operasi selesai, beberapa minggu kemudian ia sembuh dan mulai beraktifitas lagi. Sampai akhirnya ia menikah di tanah karo dan dikarunia 2 orang anak perempuan yang berjarak 4 tahun. Kemudian entah ada peristiwa apa di kampung tersebut diadakan tes darah untuk mengecek penyakit apa saja yang dialami oleh warga sekitar. Sampai akhirnya hasil tes diberikan dan menunjukkan bahwa satu keluarga yang terdiri dari 4 orang ini positif HIV. Ada seorang temannya yang ingin tahu bagaimana hasil tes milik si istriibu ini, temannya melihat hasil itu dan terkejut hasilnya positif. Dengan kurangnya pemahaman si teman ini tadi ia memberi tahu teman yang lain dari mulut ke mulut sehingga menyebar sudah informasi ada yang HIV di kampung tersebut. Keesokan harinya sikap warga berubah terhadap keluarga ini, di lingkungan bermasyarakat mereka dijauhi dan di lingkungan sekolah anaknya juga dihindari oleh teman-teman di sekolah dan dicaci, anaknya sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Sampai di rumah sang anak menangis dan mengadu kepada orang tuanya. Singkat cerita mereka memilih untuk pindah ke Medan karena tidak sanggup menghadapi situasi di kampungnya lagi. Mereka pindah ke Medan untuk berobat dan bekerja. Di Medan mereka menjaga kerahasiaan penyakit yang di Universitas Sumatera Utara 59 deritanya, hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya. Mereka sekeluarga rutin mengonsumsi ARV. Suatu ketika anaknya yang kecil heran dan bertanya pada ibunya: “mak, ini obat apa? Kok setiap hari ku minum? Memangnya aku sakit apa?” tanya sang anak bungsu. Si Ibu hanya menjawab “gak apa -apa na k, ini vitamin, biar kau sehat”. Sang Ibu belum sanggup menceritakan semuanya kepada si bungsu, tetapi si sulung sudah mengetahui kondisi yang terjadi pada dirinya dan keluarganya. Berikut foto peneliti bersama keluarga yang terifeksi HIV, namun kurang lengkap karena sang suamiayah sedang bekerja. Gambar 6. Saya bersama Penderita dan kedua anaknya yang terinfeksi Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015 Universitas Sumatera Utara 60

3.3 Kisah Mantan Perawat