66
3.6 Pengetahuan Penderita tentang HIV
Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap HIV merupakan faktor yang sangat penting dalam menyukseskan usaha pencegahan penyebaran
penyakit tersebut. Pada isu-isu pengetahuan mengenai cara mencegah HIV, penggunaan kondom membatasi kontak seksual hanya pada satu pasangan yang
belum terinfeksi, tidak melakukan hubungan seks, pengetahuan yang dimiliki oleh remaja berusia 15-19 tahun ternyata juga merupakan yang paling sedikit,
khususnya remaja putri. Fakta menunjukkan bahwa soal seksual dianggap tabu ssehingga membuat
informasi seks kepada masyarakat khususnya remaja cukup sulit dan menyulitkan masuknya pendidikan seks ke dalam kurikulum sekolah. Banyak laki-laki yang
selain berhubungan seks dengan perempuan juga berhubungan seks dengan laki- laki LSL homo, sehingga meningkatkan resiko penyebaran HIV kepada
perempuan dan juga anak-anak mereka. Walaupun kondom dapat diperoleh secara mudah, pandangan masyarakat yang belum bisa menerima kondom
menyebabkan penggunaannya menjadi sangat terbatas. Penggunaan alkohol dan zat adiktif oleh kaum remaja sering kali menyebabkan hilangnya kontrol mereka
atas tindakan yang mereka lakukan sehingga berujung kepada kekerasan seksual dan beragam bentuk perilaku beresiko tinggi lainnya.
Pengetahuan para penderita berdasarkan informasi yang diterimanya dari berbagai lembaga dan mengikuti seminar-seminar dan sosialiasai tentang HIV,
menurutnya HIV itu merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh beberapa faktor, tidak hanya berganti-ganti
pasangan seks dan tidak menggunakan kondom saja tetapi juga bisa melalui
Universitas Sumatera Utara
67 transfusi darah, penasun, penularan dari ibu ke anak melalui pemberian ASI.
Virus HIV masuk ketika ada celah yang mendukung virus tersebut untuk masuk ke dalam tubuh seperti luka berdarah di bagian tubuh yang dapat membuat virus
masuk melalui aliran darah antara ODHA dan bukan Odha OHIDA. Nah, jika virus tersebut sudah masuk ke dalam sel darah manusia, maka ia harus bisa
mengontrol dirinya. Ada 2 hal yang harus diperhatikan untuk mengontrol diri menurut salah satu penderita, yaitu mengontrol pikiran dan emosional. Maksud
dari mengontrol pikiran ialah ia harus menanamkan dalam pikiran untuk rutin minum obat HIV untuk melawan virus tersebut.
Selanjutnya, penderita juga harus mampu mengendalikan emosional. Maksudnya ialah hanya beberapa orang saja yang paham mengenai HIV, beberapa
orang lagi masih belum paham dan kurang informasi mengenai HIV. Berbagai latar belakang orang-orang yang hidup di sekitar penderita pastinya memiliki cara
pandang yang berbeda. Tidak semua orang mau menerima diri mereka untuk berinteraksi di dalam lingkungan. Untuk orang-orang yang masih belum paham
dan kurang informasi mengenai HIV ini mereka beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV pasti perilakunya buruk seperti suka ganti-ganti pasangan seks,
pelacur, dan lain sebagainya. Sehingga timbulah perlakuan mereka terhadap Odha berupa caci maki, melempar sampah, bahkan mengusir para Odha dari lingkungan
mereka. Oleh sebab itu para penderita HIV harus bisa kendalikan emosinya, padahal banyak diantara para penderita hanyalah korban tertular HIV dari
pasangannya, transfusi darah, transplantasi organ tubuh dan juga dari Ibu ke Anak melalui ASI. Tetapi perlakuan masyarakat awam memperlakukan mereka seperti
pelaku yang menyebabkan timbulnya HIV.
Universitas Sumatera Utara
68
3.7 Strategi Penderita HIV Dalam Melanjutkan Hidupnya 3.7.1 Strategi Informan Kunci