41
2.2 Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian saya ialah di Jalan Jamin ginting Km 11 Gang Kenanga Simpang Selayang, Kecamatan Medan Selayang II.
Gambar 1. Gang Kenanga Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Lokasi penelitiannya berada di gang kenanga. Ketika hendak masuk ke gang, peneliti melihat gang tersebut diapit oleh bangunan yakni di sebelah
kanan gang ada bengkel dan disebelah kiri gang ada salon. Peneliti selalu datang ke lapangan jam 10 pagi ke atas, keadaan di dalam gang terasa sunyi,
orang-orang pada menutup pintunya. Warga di gang kenanga ini ada yang berprofesi sebagai petani, pedagang, kerja bengkel dan juga ada petugas
kesehatan di rumah sakit Adam Malik dan mayoritas kristen.
Universitas Sumatera Utara
42 Gambar 2. Jalan menuju rumah singgah
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Setelah masuk gang, maka terlihatlah rumah singgah tersebut, tempatnya diapit oleh rumah warga lain, dan karena itu rumah kontrakan, maka posisi
rumah berada di belakang rumah pemilik kontrakan. Hanya ada dua rumah kontrakkan, yang pertama kontrakkan tempat kak Myur yang dijadikan
rumah singgah dan di sebelahnya rumah kontrakkan yang ditempati oleh pendatang dari tanah karo yang silih berganti menempati kontrakkan yang
satunya lagi.
Universitas Sumatera Utara
43
2.3 Sejarah berdirinya rumah singgah ODHA di Simpang Medan Selayang
Kak Myur dan 2 orang rekannya Ohidha mendirikan kelompok ODHA. Ia membentuk kelompok ini bertujuan untuk memberikan informasi dan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya anggota yang telah bergabung di dalam kelompok ini. Maksud dari pelayanan kesehatan di dalam rumah singgah
ini ialah memberikan perawatan atau pemulihan kepada pasien sampai ia benar- benar bisa mandiri. Artinya, rumah singgah ini merupakan tempat sementara
untuk kaum Odha, mereka boleh datang dan pergi sesuai kebutuhan, dan boleh menginap di tempat tersebut.
Kak Myur membuat rumah kontrakannya sendiri menjadi rumah bersama untuk kaum odha, rumah tersebut berguna untuk pemulihan bagi pasien HIV,
sharing diskusi, suka dan duka dilalui mereka bersama di rumah singgah tersebut. Ukuran tempatnya memang tidak luas karena memang rumah kontrakan
yang cukup untuk keluarga kecil kak Myur, walaupun tempatnya sederhana tapi mereka merasa nyaman. Ukuran tempatnya kira-kira panjang 7m x 3,5m lebarnya.
Letak strategis rumah singgah tersebut di simpang selayang, masuk ke gang kenanga dan posisi rumahnya ditutupi oleh rumah-rumah warga. Sehingga
untuk mengetahui keberadaan rumah singgah tersebut hanya orang-orang yang sudah pernah kesana saja. Rata-rata warga di gang kenanga sudah mengetahui
keberadaan kelompok Odha tersebut. Mengapa Kak Myur memilih tempat untuk rumah singgahnya disitu? Hal
ini disesuaikan dengan kondisi keuangan Kak Myur, sekaligus dekat dengan RS. Adam Malik, sehingga jika ada pasiennya yang kritis bisa langsung dilarikan ke
Universitas Sumatera Utara
44 RS. Adam Malik. Ia harus pandai-pandai menggunakan uang, tidak hanya untuk
kebutuhan rumah tangga dan keperluan sekolah anaknya saja tetapi dia juga harus memikirkan dana untuk kelompok Odha. Kontrakkannya sebulan Rp 400.000,-
menurut kak Myur itu sudah merupakan kontrakkan yang bagus dengan harga murah. Jarak tempuh dari rumah singgah ke RS. Adam Malik kira-kira 2 Km.
Gambar 3. Rumah Singgah untuk kelompok ODHA Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Di dalam kelompok ini, ada penasehatnya yaitu Bang Enn, ada anggota istimewa dan anggota biasa. Yang dikatakan anggota istimewa ialah orang-orang
yang memiliki keahlian menangani kasus HIV, yang berpendidikan tinggi dan berwawasan luas. Anggota istimewa itu terdiri dari dr.T.Yenni.F dan bidang
HAM. Sedangkan yang dikatakan anggota biasa ialah Odha, keluarga Odha,
Universitas Sumatera Utara
45 masyarakat yang mau menambah pengetahuan tentang info HIV yang berdomisili
di Medan sekitar. Rumah singgah ini di bentuk pada bulan Agustus 2014, sampai saat ini
baru ada 17 orang anggota yang telah bergabung di dalamnya. Anggota-anggota ini banyak yang berasal dari luar perantauan Medan, seperti P.Sidempuan, Ranto
Prapat, Tobasa, Siantar, Langkat, dan Tanah Karo. Untuk menjadi anggota dalam kelompok tersebut tidak ada persyaratan tertentu, semua kalangan boleh
bergabung, dan tujuan bergabung di dalam kelompok tersebut ialah untuk menambah pengetahuan kemudian setelah tahu ia wajib membagi informasi yang
sudah di dapatnya dalam kelompok tersebut kepada sanak sodara, kerabat, keluarga, ataupun orang-orang di lingkungan sekitar. Tetapi tempat rumah
singgah ini masih bersifat tertutup, mereka mengetahui tempat ini dari informasi orang ke orang atau dari mulut ke mulut saja. Orang yang memberi tahu tempat
tersebut adalah orang yang bisa diandalkan dan dipercaya. Sebab mereka khawatir jika ada orang-orang yang anti terhadap penderita HIV pastinya timbul stigma dan
diskriminasi. Hal tersebut yang membuat kehidupan mereka terganggu atas kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap informasi HIV.
Mereka berkumpul di rumah singgah ini tidak tentu waktunya dikarenakan mereka bekerja. Ada yang berjualan, ada yang di kantoran, ada yang mengurus
rumah dan anak, serta lain sebagainya. Biasanya mereka berkumpul sore hari sekitar jam 3 atau malam hari, mereka meluangkan waktunya sejenak untuk
berkumpul serta saling berbagi informasi satu sama lain. Ada berbagai informasi yang mereka bagikan seperti informasi kejadian yang mereka alami sebelum
berkumpul di rumah singgah, informasi seleb di televisi, informasi perlakuan
Universitas Sumatera Utara
46 tetangga non Odha kepada mereka, dan lain sebagainya. Kebanyakan ibu-ibu
yang berkumpul di rumah singgah tersebut, maka wajar saja jika banyak bahan pembicaraan yang mereka bicarakan.
Gambar 4. Denah lokasi penelitian, dari kampus USU ke simpang selayang Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Berikut ini denah lokasi menuju tempat penelitian Odha, digambarkan melalui dua jalur jika berangkat dari kampus USU. Pertama melalui jalur jamin
ginting padang bulan terus hingga sampai simpang layang, kedua melalui jalur setia budi lalu simpang pemda dan tembus ke simpang selayang.
Universitas Sumatera Utara
47
BAB III LIFE HISTORY PENDERITA HIV
Tulisan berikut adalah kisah nyata perbincangan saya dengan beberapa orang yang sudah lama menderita HIV. Dari orang-orang yang saya wawancarai
terdapat perbedaan bahwa mereka terinfeksi HIV bukan hanya karena perbuatannya mereka sendiri yang bersifat menyimpang, ada di antara mereka
yang tertular dari pasangannya sehingga orang tersebut dikatakan sebagai korban. Akibatnya mereka yang sebagai korban tertularnya HIV harus menanggung resiko
sebagai penderita HIV. Orang lain yang tidak paham tentang HIV, maka ia beranggapan negatif kepada si penderita, pikirannya dipenuhi dengan hal-hal yang
negatif seperti anggapannya bahwa orang tersebut adalah perempuan tidak benar PSK, kupu-kupu malam, pelacur suka ganti-ganti pasangan, homogay,
perempuan jadi-jadian bencong atau disebut juga transgender, bahkan ada juga orang yang beranggapan bahwa penderita HIV itu berkaitan dengan suku dan
agama. Padahal itu semua berpulang pada kepribadian individunya. Hal ini mengenai bagaimana budaya berpikir dan bertindak individu atau seseorang
dalam menghadapi fenomena yang terjadi melalui proses melihat, mendengar, dan merasakan.
Berikut ada beberapa informan yang saya temui di lapangan, nama mereka saya samarkan untuk menjaga kerahasiaan, mereka semua adalah penderita HIV,
namun peristiwa yang mereka alami hingga terinfeksi HIV berbeda-beda satu sama lain. Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua tanpa memandang
derajat dan status diri kita masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
48
3.1 Kisah Seorang Aktivis HIV