Latar Belakang Masalah Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan Sosial Budayanya di Simpang Selayang Medan

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit tersebut muncul begitu saja. Seperti kata pepatah “Tidak ada asap tanpa adanya api”, tentu tidak mungkin akan muncul penyakit HIV tanpa ada faktor yang mempengaruhinya. Adapun Perilaku-perilaku yang bisa memudahkan penularan HIV, yaitu berhubungan seks yang tidak aman, ganti-ganti pasangan seks, bergantian jarum suntik dengan orang lain, memperoleh transfusi darah yang tidak dites HIV, serta melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin di kandungannya dan air susu ibu. HIV dapat menularkan kepada siapapun tanpa memandang kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, kelas ekonomi, maupun orientasi seksualnya. Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus adalah jasad renik yang hidup sangat kecil sehingga dapat lolos melalui saringan yang teramat halus atau ultra filter. HIV bentuknya seperti binatang yang berbulu tegak dan tajam. Orang yang mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut HIV +. Orang yang terinfeksi HIV dalam beberapa tahun pertama ini belum menunjukkan gejala apapun. Sehingga secara fisik bisa saja kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat. Namun, mempunyai potensi sebagai sumber penularan artinya dapat menularkan virus kepada orang lain. Setelah periode 5 hingga 10 tahun, seorang yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala bermacam-macam penyakit yang muncul karena Universitas Sumatera Utara 2 rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini orang tersebut dikatakan sebagai AIDS. 1 Seseorang yang terinfeksi HIV kelihatan biasa, seperti halnya orang biasa yang melakukan aktivitas sehari-hari. Ini berarti orang tersebut tidak menunjukkan sesuatu gejala klinis, kondisi ini dikatakan “asimptomatik” 2 . Di sinilah letak bahaya terselubung bagi penyebaran dan penularan HIV, karena seseorang tidak dapat membedakan jika orang lain telah terinfeksi HIV atau tidak. Sekalipun orang yang terinfeksi HIV belum memperlihatkan gejala, ia memiliki potensi untuk menularkan HIV kepada orang lain dengan jalur tertentu. HIV ditemukan dalam cairan darah, cairan mani, dan cairan vagina dari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan itu terjadi bila HIV di dalam darah atau cairan itu memasuki aliran darah orang lain. 3 Apabila sudah banyak sel darah putih yang hancur, terjadi gangguan imunitas selular, daya kekebalan penderita menjadi terganggu atau cacat sehingga kuman yang tadinya tidak berbahaya atau dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri infeksi oportunistik akan berkembang lebih leluasa dan menimbulkan penyakit yang serius yang pada akhirnya penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Apabila sudah masuk ke dalam darah, HIV dapat merangsang pembentukan antibody dalam sekitar 3-8 minggu setelah terinfeksi pada periode sejak seseorang kemasukan HIV sampai terbentuk antibody disebut periode jendela Window Period. Periode jendela ini sangat perlu diketahui oleh karena sebelum antibody 1 Dadang H. Global effect HIVAIDS dimensi psikoreligi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. 2 Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. 3 Riyadi, Slamet, dkk, 11 Langkah Memahami HIV AIDS: Pegangan Wartawan rev.ed.; LP3Y: KPA Nasional, 2008, hal.4-9. Universitas Sumatera Utara 3 terbentuk di dalam tubuh, HIV sudah ada di dalam darah penderita dan keadaan ini juga sudah dapat menularkan kepada orang lain. Yayasan Pelita Ilmu, 2012 Penderita HIV hidup ditengah-tengah lingkungan masyarakat, terdiri dari keluarga, kerabat, tetangga, dan orang sekitarnya. Dalam hidup bermasyarakat, pastinya ada nilai-nilai yang mengatur baik itu nilai agama, nilai adat istiadat, maupun nilai sosial yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. Jadi penyakit HIV tersebut masih banyak yang belum paham, sehingga perilaku beberapa masyarakat yang masih kurang paham maka ia mendiskriminasi atau menjudge si penderita HIV . Hal inilah yang membuat penderita HIV merasa tidak nyaman di lingkungan sekitarnya, mereka tidak bisa bergerak bebas melakukan aktifitas karena banyak yang berprilaku tidak sopan terhadapnya, penilaian orang lain terhadap dirinya buruk, seperti mencaci hingga menjauhi si penderita. Mereka si penderita dianggap seperti sampah masyarakat yang harus disingkirkan dari lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja yang merupakan kehidupan bermasyarakat. Sebagaian masyarakat masih ada yang merendahkan hak dan martabat si penderita karena penyakit yang ada dalam tubuh mereka. Mereka penderita tidak hanya menderita berdasarkan medis, tetapi juga menderita psikis karena perilaku masyarakat sekitar. Padahal dengan dukungan masyarakat yang hanya berupa motivasi dan peduli terhadap sesama, mampu meringankan beban pikiran si penderita. Dalam hal ini dikhususkan bagi anggota keluarga si penderita sendiri, jangan menghakimi si penderita atas penyakit yang ia derita, belum tentu ia tertular HIV karena perilakunya yang buruk. Berikan semangat motivasi kepada si penderita Universitas Sumatera Utara 4 agar ia bisa merasa sehat walaupun virus yang ada di dalam tubuhnya tidak bisa dihilangkan hanya bisa dihambat virusnya dengan AntiRetroViral ARV. Unit masyarakat terkecil ialah keluarga. Jadi ada baiknya jika sebuah dukungan atau motivasi tersebut berasal dari keluarga sendiri. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk terapi keluarga, melalui keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Menurut Friedman 2000 disebutkan ada empat jenis dukungan keluarga yaitu : dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian, dan dukungan emosional. Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi. Dukungan informasi yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu, yang dapat berupa nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap. Dukungan appraisal atau penilaian, bisa berbentuk penilaian positif, penguatan pembenaran untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stress. Dukungan emosional meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian yang menyebabkan individu merasa berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi. Informasi HIV ini tidak hanya untuk orang-orang yang HIV+ saja, tetapi untuk seluruh publik tanpa memandang pangkat, derajat, status, suku maupun agama. Sebab informasi HIV ini sangat penting untuk diri sendiri maupun untuk orang-orang disekitar. Ada baiknya kita sebagai makhluk sosial saling bahu- membahu dalam mengurangi dan mengatasi penyakit tersebut dengan cara berbagi Universitas Sumatera Utara 5 informasi yang benar dan jelas tentang HIV. Hal ini dilakukan untuk perubahan manusia dan lingkungan sosial yang lebih baik di masa yang akan datang. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penderita HIV dan lingkungan sosial budayanya karena mereka punya cara sendiri untuk bertahan hidup dalam melawan penyakitnya dan tekanan batin di tengah lingkungan masyarakat yang penuh stigma dan diskriminasi ini. Mereka berkumpul dan membentuk kelompok ODHA untuk menguatkan diri satu sama lain, berbagi rasa suka dan duka, diskusi, dan saling men support. 1.2 Tinjauan Pustaka 1.2.1 Sejarah Munculnya HIV Dari Dunia Barat