100 Akhirnya ia pindah ke tempat ibadah lain yang mau menerima kondisinya.
Ada tempat ibadah mereka gereja yang mau menerima mereka. Disana mereka diterima dan diwawancarai oleh wartawan dan masuk ke majalah-majalah gereja
untuk dijadikan bahan pelajaran bagi masyarakat lain.
4.4 Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya adalah akal dan budi. Kadar akal dan budi berbeda antara setiap orang, kelompok,
masyarakat serta suku bangsa. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang
dimiliki manusia. Berpikir merupakan perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi akal adalah untuk berpikir. Kemampuan berpikir manusia mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui
sebagai tugas dasarnya, kemudian membentuk konsep-konsep untuk memecahkan masalah-masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku.
Budi juga berarti akal yang berasal dari kata
budhi
bahasa Sanskerta. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan
sebagai batin manusia, serta panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala sesuatu. Sutan Takdir Alisyahbana menyebutkan bahwa budi
menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian terhadap objek dan kejadian.
Bagi Suparlan, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan,
petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
101 atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh
manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya. Kebudayaan berisikan model-model kognitif yang mempunyai peranan sebagai
kerangka pegangan untuk pemahaman. Dengan kebudayaan ini, manusia mempunyai kesanggupan untuk mewujudkan kelakuan tertentu sesuai dengan
rangsangan yang ada atau yang sedang dihadapinya. Salah satu fungsi utama dari kebudayaan bagi manusia adalah dalam proses adaptasi dengan lingkungannya.
Adaptasi adalah suatu proses untuk memenuhi beberapa syarat dasar tertentu untuk dapat tetap melangsungkan kehidupannya dalam lingkungan tempatnya
hidup. Berdasarkan hal demikian, strategi adaptasi dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang dilakukan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar, secara
eksplisit maupun implisit dalam merespon berbagai kondisi internal ataupun
eksternal. Marzali dalam bukunya menjelaskan secara luas strategi adaptasi
merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang
tepat guna sesuai dengan lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat mereka hidup.
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia 1990 dijelaskan bahwa kebudayaan merupakan himpunan keseluruhan dari semua cara manusia berpikir,
berperasaan, dan berbuat, serta segala sesuatu yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat yang dapat dipelajari dan dialihkan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. C.Kluckhon mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi, sistem kesenian,
Universitas Sumatera Utara
102 sistem mata pencarian hidup, sistem religi, sistem kekerabatan dan organisasi
masyarakat. Keberlangsungan hidup manusia sangat tergantung pada orang lain dan
kebudayaan yang ada di sekitarnya. Dengan cara ini disebut dengan proses menjadi manusia. Dalam memahami proses menjadi manusia, ada beberapa
konsep di antaranya
22
: 1. Cinta
Cinta merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Cinta merupakan ikatan yang kita bentuk dengan individu-individu luar diri kita
sebagai bagian dari usaha kita untuk menempatkan dan memberi makna terhadap kehidupan kita. Kebutuhan dan keterlibatan emosional dengan orang lain di luar
diri kita. 2. Kegelisahan
Manusia pada dasarnya menyukai kenikmatan hidup. Jika ditanyakan pada setiap manusia apa yang diinginkannya bagi kehidupannya di dunia ini maka
jawabannya adalah kebahagiaan dan kemudahan, maksudnya tidak ada hambatan, malapetaka, dan kesengsaran di dalam kehidupan yang dijalaninya. Apabila hal
tersebut tidak didapatkannya maka manusia biasanya akan gelisah, tidak tenang dan tidak nyaman. Kegelisahan merupakan gambaran keadaan seseorang yang
tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, maupun tidak tenang dalam tingkah laku. Kegelisahan adalah salah satu ekspresi kecemasan.
Universitas Sumatera Utara
103 3. Penderitaan
Penderitaan merupakan realitas dunia dan juga realitas manusia. Di dalam dunia pasti ada penderitaan dan penderitaan itu pasti akan terjadi pada manusia.
Penderitaan disebabkan oleh beberapa hal. Ada penderitaan karena alasan fisik seperti bancana alam, penyakit, dan kematian. Dan ada juga penderitaan karena
moral seperti kekecewaan dalam hidup, kehilangan, kebencian kepada orang lain, dan lain-lain. Penderitaan karena alasan fisik biasanya lebih mudah diobati, tetapi
penderitaan karena alasan moral sangat sukar diobati. Penderitaan karena alasan moral ini akan selalu menghantui hidup seseorang sepanjang masa hidupnya.
Seperti halnya penderita HIV, mereka lebih menderita psikis karena dibenci oleh banyak orang dari pada menderita fisik karena penyakitnya.
4. Pandangan Hidup Pandangan hidup berada pada dunia ide, dunia angan-angan, dan dunia
imajinasi, yaitu dunia yang ada dalam alam pikiran manusia. Pandangan hidup manusia akan terlihat pada perbuatan, perilaku atau sikap hidupnya. Dengan bekal
pandangan hidup yang kuat, setiap kesulitan dan kegagalan yang timbul merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dan diatasi.
Menurut H.L. Bloom, salah satu faktor penentu status kesehatan seseorang selain tersedianya pelayanan kesehatan dan keturunan genetika adalah faktor
perilaku individu, masyarakat dan faktor lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan fisik alam maupun lingkungan budaya adat-istiadat, kebiasaan, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
104 Sebagai referensi, beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat epidemi
HIVAIDS di Papua jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah Indonesia lainnya yang merupakan salah satu bagian tertinggi di Asia Tenggara. Hal tersebut tidak
terlepas dari lokasi yang terpencil, sulitnya mendapatkan akses pelayanan dan informasi kesehatan, perilaku masyarakat, adat dan budaya. Penyebaran HIV di
Papua tidak terlepas dari perilaku masyarakatnya yang sering melakukan hubungan homoseksual heteroseksual. Dimana perilaku seksual seperti itu
merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya penyebaran penyakit HIV. Perilaku menyimpang tersebut sebagian besar dilakukan dalam praktek ritual, adat
istiadat, perayaan festival-festival, dan pesta seks antri yang sudah menjadi suatu kebudayaan bagi masyarakat Papua. Hubungan homoseksual yang sering
dilakukan oleh masyarakat Papua tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki saja tetapi juga kaum perempuan, mereka melakukannya atas dasar adat-istiadat yang
berlaku dan merupakan suatu praktek ritual terhadap nenek moyang. Dari kasus HIV yang terjadi di Papua terdapat kecenderungan bahwa
faktor perilaku dan sosial budaya merupakan faktor utama terjadinya penyebaran penyakit tersebut. Namun, demikian perilaku seks bebas tersebut tidak hanya
muncul begitu saja tanpa adanya faktor lain yang mendukung pola perilaku tersebut. Pola perilaku seks bebas tersebut diawali dengan adanya budaya dan
adat-istiadat yang mendorong terjadinya pola perilkaku seperti itu. Budaya seks bebas yang dilakukan setiap diadakannya pesta adat membentuk pola perilaku
seks bebas sebagai suatu hal yang wajar di dalam masyarakat. Sudah merupakan hal yang lazim bagi mereka untuk melakukan seks bebas, bahkan ada suatu
budaya dimana setiap masyarakat Papua yang akan menikah harus berhubungan
Universitas Sumatera Utara
105 seks terlebih dahulu dengan 10 laki-lai dari keluarga mempelai laki-lakinya
dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan. Padahal perilaku seks dengan berganti-ganti pasangan seperti itu tanpa menggunakan kondom dapat
meningkatkan resiko penyebaran HIV dibandingkan dengan melakukan seks dengan pasangan tetap.
23
Virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui cairan yang dihasilkan oleh alat kelamin dan masuk melalui luka yang terjadi saat melakukan hubungan
seks tanpa pengaman baik yang dilakukan pasangan bersama tetap maupun dengan berganti-ganti pasangan. Kemudian virus tersebut akan merusak sistem
kekebalan tubuh penderitanya dengan masa inkubasi
24
selama 1-3 bulan. Virus tersebut akan menular ke orang lain ketika berhubungan seks tanpa pengaman
dengan si penderita. Lalu virus itu akan semakin berkembang menjadi AIDS setelah 10 tahun dan akan menyebabkan kematian bagi penderitanya.
Ada 3 wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. Wujud kebudayaan yang digunakan dalam penelitian ini
ialah berdasarkan aktivitas tindakan. Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, wujud ini sering
pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
23
Dalam artikel Ima Farsha Ali: Hubungan Penyakit Dengan Faktor Perilaku dan Sosial Budaya Studi Kasus HIVAIDS di Papua dan Difteri di Sumenep, 2010.
24
Masa inkubasi dalam kamus bahasa Indonesia ialah masa mulai saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh saat penularan sampai saat timbulnya penyakit; masa tunas.
Universitas Sumatera Utara
106 Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diamati, dan
didokumentasikan. Unsur-unsur sistem sosial menurut pendapat Alvin L. Bertrand ada
sepuluh, yaitu sebagai berikut: 1.
Keyakinan pengetahuan Setiap sistem sosial mempunyai unsur-unsur keyakinan tertentu yang
ditaati oleh para anggota Pita Merah, mungkin terdapat aneka ragam keyakinan di luar keyakinan umum yang dipatuhinya dalam suatu sistem
sosial. Dalam kenyataannya, keyakinan itu tidak harus benar, yang penting keyakinan tersebut dianggap benar atau tepat oleh anggota yang ada dalam
sistem sosial tersebut. Keyakinan menunjuk pada apa yang diketahui oleh para anggota dari suatu sistem sosial tentang dunia mereka.
2. Perasaan sentimen
Perasaan menunjuk pada bagaimana perasaan para anggota suatu sistem sosial tentang hal-hal, peristiwa-peristiwa serta tempat-tempat tertentu,
tanpa memperdulikan cara mereka mempunyai perasaan semacam itu. Perasaan sangat membantu menjelaskan pola-pola perilaku yang tidak bisa
dijelaskan dengan cara lain. Dalam sebuah kelompok pasti adanya perasaan atau sentimen antara satu
orang dengan yang lainnya 3.
Tujuan, sasaran atau cita-cita Orang-orang yang berinteraksi pada umumnya untuk mencapai suatu
tujuan atau sasaran tertentu. Tujuan pada dasarnya merupakan cita-cita
Universitas Sumatera Utara
107 yang harus dicapai melalui proses perubahan atau dengan jalan
mempertahankan sesuatu. 4.
Norma Norma-norma sosial dapat dikatakan sebagai pedoman tingkah laku yang
diwajibkan atau dibenarkan di dalam situasi-situasi tertentu. Oleh para sosiolog, norma ini dipandang sebagai unsur yang paling kritis untuk
memahami serta meramalkan aksi atau tindakan manusia di dalam menilai tingkah laku. Norma-norma menggambarkan tata tertib atau aturan-aturan
permainan, dengan kata lain norma memberikan petunjuk tentang standard untuk bertingkah laku dan di dalam menilai tingkah laku. Ketertiban atau
keteraturan merupakan hasil ketaatan orang terhadap norma-norma. 5.
Kedudukan status– peranan Setiap kedudukan atau status melekat pada aturan-aturan tertentu sebagai
petunjuk pada hubungan-hubungan sosial bagi orang-orang yang mendudukinya. Pola tingkah laku yang diharapkan dari orang yang
memangku suatu status dinamakan peranan. Di dalam setiap masyarakat sudah ditentukan peranan sosialnya yang mesti dimainkan oleh seseorang
yang menduduki suatu status dan dapat diramalkan tingkah laku individu- individu di dalam mengikuti pola yang dibenarkan sesuai dengan
peranannya masing-masing sewaktu mereka berinteraksi di masyarakat. 6.
Tingkatan atau pangkat Pangkat seseorang tergantung pada posisi-posisi status dan hubungan
peranan. Setiap orang di dalam suatu sistem sosial secara terus-menerus
Universitas Sumatera Utara
108 menilai perilaku-perilaku lain untuk bisa menentukan pangkat antar
mereka masing-masing. 7.
Kekuasaan atau pengaruh Kekuasaan atau pengaruh seringkali dikelompokkan menjadi dua jenis
utama, yaitu otoritatip dan non otoritatip. Kekuasaan otoritatip selalu bersandar pada posisi status, sedangkan non otoritatip seperti pemaksaan
dan kemampuan mempengaruh orang lain tidaklah implisit dikarenakan posisi-posisi sttatus. Unsur kekuasaan menjadi tampak di dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, orang pemegang kekuasaan itulah yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain. 8.
Sanksi Istilah sanksi yang digunakan oleh sosiolog ialah untuk menyatakan
tentang sistem ganjaran atau imbalan rewards dan hukuman punishment. Ganjaran dan hukuman ini ditetapkan oleh masyarakat
untuk menjaga tingkah laku mereka supaya sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Penerapan sanksi bertujuan untuk menimbulkan perubahan
tingkah laku. 9.
Sarana dan fasilitas Secara luas, sarana itu dapat dikatakan sebagai semua cara atau jalan yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan sistem itu sendiri. Sarana itu bisa berbentuk gedung, alat teknik apapun bentuknya, atau boleh jadi
merupakan jangka waktu dilakukan pengawasan terhadap sesuatu pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
109 10.
Tekanan-tegangan Dalam sistem sosial akan terdapat unsur-unsur tekanan dan ketegangan.
Hal ini muncul karena tidak akan ada dua orang sekalipun yang mempunyai interpretasi pesrsis sama mengenai peranan dan posisi status,
di dalam suatu sistem sosial maupun. Sistem sosial akan mengalami tekanan apabila terjadi perbedaan interpretasi dan bila perbedaan itu
berubah menjadi pola-pola tindakan. Ketegangan merupakan wujud tingkah laku yang tidak bisa
dipisahkan dengan tekanan. Sebab tekanan merupakan sumber timbulnya kekangan. Ketegangan tersebut erat hubungannya dengan taraf kekangan
yang diterima oleh seseorang dari individu ataupun kelompok. Kakangan tersebut oleh pihak penekan dimaksudkan untuk menghindari dari
kecenderungan menyimpang terhadap norma. Pihak yang ditekan atau dikekang tentu saja menerimanya dengan ketegangan.
Sesorang yang terinfeksi HIV bukan berarti hak hidupnya secara layak dicabut. Secara asasi, mereka sama seperti halnya masyarakat pada umumnya
yang masih mempunyai hak dan kewajiban. Tidak ada klausul apapun yang menyatakan bahwa sebuah virus dapat mencabut hak seseorang. Dalam konteks
itu, maka sikap-sikap diskriminatif dan mendiskreditkan kedudukan mereka dalam masyarakat yang mengarah pada pengucilan hak asasi manusia dapat
dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Julianto, 1996; Siyaranamual,1997.
Universitas Sumatera Utara
110 Begitu halnya persoalan yang terjadi pada Odha. Berangkat dari sejumlah
kasus yang dialami oleh Odha diatas, sangat jelas menunjukkan masalah sosial yang ditimbulkan lebih banyak daripada masalah medisnya. Persoalan sosial
inilah yang justru menjadi persoalan utama bagi Odha, karena menyangkut interaksi dengan lingkungan sosial mereka yang harus menjalani kehidupan
mereka seperti pada umumnya. Dalam kepentingan ini memang harus ada perubahan persepsi masyarakat
terhadap Odha. Perubahan persepsi ini menjadi kunci utama dalam mendukung Odha seperti, perlindungan hukum, peningkatan keterampilan, penanganan
masalah kesehatan khususnya pada reproduksi, meningkatkan dalam bidang ekonomi dan pendidikan bagi Odha, dan lain sebagainya.
25
25
Artikel Argyo Demartoto : Odha, Masalah Sosial dan Pemecahannya
Universitas Sumatera Utara
111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan