Perjalanan infeksi HIV Tinjauan Pustaka .1 Sejarah Munculnya HIV Dari Dunia Barat

15 semangatnya sehingga mereka mulai berbicara dengan orang lain, menceritakannya, membentuk kelompok dan organisasi, memimpikan hidup lain sebuah masa depan yang berbeda. 4

1.2.4 Perjalanan infeksi HIV

Perjalanan infeksi HIV memiliki pola yang unik dibandingkan dengan infeksi lain. Perbedaannya dilihat dari masa inkubasi yang hanya beberapa minggu atau beberapa hari saja, infeksi HIV memiliki masa inkubasi yang sangat panjang yaitu sekitar 5 – 10 tahun. Masa inkubasi adalah masa antara masuknya suatu bibit penyakit ke dalam tubuh infeksi sampai orang tersebut menunjukkan tanda-tanda dan gejala sakit. Masa inkubasi disebut juga masa laten karena pada masa itu tidak tampak gejala-gejala penyakit. Selama periode tanpa gejala virus berkembang biak dan penghancuran sel-sel limfosit terus berlangsung. Pada masa tersebut sistem kekebalan tubuh masih cukup mampu mempertahankan tubuh dari berbagai macam penyakit. 7 Ketika penghancuran limfosit melebihi jumlah produksi yang dihasilkan tubuh manusia, maka mulai timbul kelemahan sistem kekebalan tubuh dan munculah HIVAIDS sebagai akibat adanya infeksi oportunistik 8 . 7 Materi pelatihan penggunaan data dalam pengembangan penanggulangan kebijakan HIVAIDS. PKPM Unika Atma Jaya. 2002 8 Menurut kamus kesehatan, Infeksi Oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV. Universitas Sumatera Utara 16 Tabel. 1 Perjalanan infeksi HIVAIDS dalam 4 empat stadium 6 : Stadium Keterangan Gejala I Awal HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologi 9 ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif. Pada infeksi HIV, adanya zat anti di dalam tubuh bukan berarti bahwa tubuh dapat melawan infeksi HIV, tetapi justru menunjukkan bahwa di dalam tubuh tersebut terdapat HIV. II Asimptomatik tanpa gejala Terjadi selama 3 – 7 tahun atau lebih. Pada stadium ini, terjadi pengembakbiakan virus secara aktif di dalam tubuh yang diikuti dengan menurunnya T4 limfosit. ODHA tidak menunjukkan gejala yang spesifik dan tetap terlihat sehat, namun sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. III Pembesaran Kelenjar Limfe Ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata selama lebih dari 3 bulan tanpa sebab yang 9 Serologi dalam KBBI adalah tes untuk menentukan jika antibodies tertentu yang ada dalam darah bertindak melawan mikroorganisme tertentu. Universitas Sumatera Utara 17 jelas. IV Adanya gejala utama dan gejala minor Gejala utama : - turunnya berat badan 10 dalam 3 bulan tanpa sebab yang jelas - diare yang terus menerus atau berulang selama lebih dari satu bulan - demam yang terus menerus selama lebih dari tiga bulan. - penyakit pernapasan yang tidak biasa - penyakit syaraf, khususnya dementia Gejala minor: - batuk kronis lebih dari 1 bulan - infeksi mulut dan tenggorokan karena Candida Albicans - pembengkakan menetap kelenjar getah bening - munculnya herpes zooster berulang - bercak-bercak gatal diseluruh tubuh Dalam perjalanan HIV, jumlah virus dan gejala klinis melalui 3 tiga fase, yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 18 a. Fase infeksi akut Acute Retroviral Syndrome Setelah HIV menginfeksi sel darah, terjadi proses replikasi yang menghasilkan virus-virus baru virion jumlah berjuta-juta virion. Begitu banyaknya virion tersebut memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala yang mirip sindrom semacam flu. Diperkirakan bahwa sekitar 50 sampai 70 orang yang terinfeksi HIV mengalami sindrom infeksi akut ARS selama 3 sampai 8 minggu setelah terinfeksi virus dengan gejala umum yaitu demam, faringitis, limfadenopati, mialgia, malaise, nyeri kepala diare dengan penurunan berat badan. HIV juga sering menimbulkan kelainan pada sistem saraf. Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T CD4 yang dramatis yang kemudian terjadi kenaikan limfosit T karena mulai terjadi respon imun. Jumlah limfosit T-CD4 pada fase ini di atas 500 selmm 3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 8 minggu terinfeksi HIV. b. Fase infeksi laten Pembentukan respon imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam Sel Dendritik Folikuler SDF dipusat perminativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki fase laten tersembunyi. Pada fase ini jarang ditemukan virion di plasma sehingga jumlah virion di plasma menurun karena sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replikasi di kelenjar limfe sehingga penurunan limfosit T terus terjadi walaupun virion di plasma jumlahnya sedikit. Pada fase ini jumlah limfosit T-CD4 menurun hingga sekitar 500 sampai 200 selmm 3 . Meskipun telah terjadi Universitas Sumatera Utara 19 sero positif individu umumnya belum menunjukan gejala klinis asintomatis fase ini berlangsung sekitar rata-rata 8-10 tahun dapat juga 5-10 tahun c. Fase infeksi kronis Selama berlangsungnya fase ini, didalam kelenjar limfe terus terjadi replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan virus dicurahkan kedalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion secara berlebihan didalam sirkulasi sitemik respon imun tidak mampu meredam jumlah virion yang berkebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan limfosit T ini mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progesif yang mendorong ke arah AIDS, infeksi sekunder yang sering menyertai adalah penomonia, TBC, sepsi, diare, infeksi virus herpes, infeksi jamur kadang-kadang juga ditemukan beberapa jenis kanker yaitu kanker kelenjar getah bening. Nasruddin, 2007 Virus HIV mempunyai masa inkubasi antara 5 – 10 tahun. Orang yang terinfeksi HIV masih nampak sehat dan selama itu dapat menularkan pada orang lain tanpa disadarinya. Untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV atau tidak maka harus dilakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali, kalau pemeriksaan pertama negatif, maka 6 bulan kemudian diperiksa ulang sebab antibody dalam tubuh baru terbentuk dalam 6 bulan berdasarkan Universitas Sumatera Utara 20 window periods , jika pemeriksaan kedua negatif lagi berarti orang itu bebs HIV. 10 Transmisi virus HIV pada penderita melalui cara-cara sebagai berikut: a Transmisi melalui kontak seksual Kontak seksual merupaakn salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam semua cairan tubuh tapi yang berpotensi kuat, misalnya: cairan mani, cairan vagina, dan cairan ASI. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek, anus sering terjadi lesi. b Transmisi melalui darah Diperkirakan 90 sampai 100 orang yang mendapat transfusi darah yang tercemar HIV akan menagalami infeksi. Suatu penelitian di Amerika Serikat melaporkan resiko infeksi HIV-1 melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per 835.000. Pemeriksaan antibodi HIV pada darah sangat mengurangi transmisi melalui transfusi darah. c Transmisi secara vertikal Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah melahirkan melaluui pemberian Air Susu Ibu ASI. Angka penularan selama kehamilan sekitar 10 Nursalam ND. Asuhan keperawatan pada pasien HIVAIDS. Jakarta: Salemba Medika, 2011 Universitas Sumatera Utara 21 5-10, sewaktu persalinan 10-20. Alternatif yang layak tersedia, ibu-ibu positif HIV-1 boleh menyusui bayinya tetapi dengan perantara. Selama beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa penularan HIV dapat dikaitkan lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA virus di dalam plasma. Penularan vertikal lebih sering terjadi pada kelahiran, terutama yang berkaitan dengan ketuban pecah dini. d Transmisi melalui cairan tubuh lain Walaupun air liur pernah ditemukan pada sebagian kecil orang yang terinfeksi, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi HIV. Air liur dibuktikan mengandung inhibitor terhadap aktivitas HIV. Demikian juga belum ada bukti bahwa cairan tubuh lain misalnya air mata, keringat dan urin dapat merupakan media transmisi HIV. e Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium Berbagai penelitian multi institusi menyatakan bahwa resiko penularan HIV setelah kulit tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tercemar oleh darah seseorang yang terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3 , sedangkan resiko penularan HIV ke membran mukosa atau kulit yang mengalami erosi adalah sekitar 0,09 . Di rumah sakit Dr.Sutomo dan rumah sakit swasta di surabaya terdapat 16 kasus kecelakaan kerja pada petugas kesehatan dalam 2 tahun terakhir. Pada evaluasi lebih lanjut tidak terbukti terpapar HIV. Universitas Sumatera Utara 22

1.2.5 Uji HIV