101 Gambar 23. Tampilan Slide Profil Sebelum Revisi
Tampilan biodata pada menu Profil sebelum revisi terlihat seperti gambar 23. Pada gambar tersebut belum ada nomor handphone.
Gambar 24. Tampilan Slide Profil Setelah Revisi Setelah dilakukan revisi, tampak nomor handphone sudah
ditambahkan di bawah keterangan jabatan. Gambar di atas merupakan tampilan slide profil setelah diperbaiki.
2. Revisi Ahli Materi Tahap Kedua
Pada validasi materi tahap kedua, revisi yang dilakukan adalah memperbaiki pemilihan kata yang terdapat pada salah satu slide submenu
Kawruh Tembung Krama materi kagiyatan saben dina.
102 Gambar 25. Tampilan Slide “Numpak Pit” Sebelum Revisi
Gambar di atas menunjukkan tampilan slide sebelum direvisi. Kata dalam bahasa Jawa ngoko yang digunakan untuk menerangkan
kegiatan naik sepeda adalah “nunggang pit”.
Gambar 26. Tampilan Slide “Numpak Pit” Setelah Revisi Berdasarkan masukan dari ahli materi, kata “nunggang pit” diganti
menjadi “numpak pit”. Tampilan kata yang sudah diperbaiki tersebut dapat dilihat pada gambar 26.
3. Revisi Ahli Media Tahap Pertama
a. Cover CD multimedia interaktif hendaknya didesain sesuai tema karena kurang menunjukkan identitas mata pelajaran Bahasa Jawa.
103 Gambar 27. Tampilan Cover CD Multimedia Interaktif Sebelum
Revisi Gambar 27 menunjukkan bahwa tampilan cover CD interaktif
sebelum revisi memiliki latar belakang gambar pemandangan pegunungan. Menurut ahli media desain cover seperti itu kurang
menunjukkan identitas CD interaktif sebagai media pembelajaran Bahasa Jawa. Selain itu warna yang dipilih juga kurang cerah.
Gambar 28. Tampilan Cover CD Multimedia Interaktif Setelah Revisi Tampilan cover CD setelah revisi tampak pada gambar 28. Latar
belakang diubah menjadi lebih cerah dengan warna oranye. Untuk
104 menunjukkan identitas mata pelajaran Bahasa Jawa, digunakan jenis
huruf yang mirip aksara Jawa dan ditambahkan motif batik. b. Warna yang digunakan sebaiknya dibuat lebih cerah dan kontras
karena warna background, teks, dan tombol navigasi terlalu kalem. Sebelum dilakukan revisi, tipikal warna yang digunakan dalam
multimedia adalah warna-warna soft yang terlihat kalem. Warna- warna tersebut kurang tajam sehingga membuat multimedia kurang
bagus. Pemilihan warna untuk background, teks, dan tombol navigasi juga kurang kontras.
Setelah mendapatkan masukan dari ahli media, pengembang kemudian mengubah warna-warna background, teks, dan tombol
navigasi dalam multimedia menjadi lebih tajam dan kontras. Warna yang dipakai adalah warna-warna terang seperti biru, oranye, hijau,
merah, kuning, dan sebagainya. Perubahan warna membuat multimedia terlihat lebih cerah, menarik, dan mudah dibaca.
c. Jenis huruf perlu diganti yang lebih jelas dan mudah dibaca.
Gambar 29. Tampilan Jenis Huruf Pada Slide Multimedia Sebelum Revisi
105 Jenis huruf yang digunakan dalam multimedia sebelum revisi
antara lain Playtime With Hot Toddies, Caviar Dreams, dan Annoying Kettle. Sebagian besar isi multimedia diketik dengan jenis huruf
Playtime With Hot Toddies. Namun ahli media berpendapat bahwa jenis huruf tersebut sulit dibaca oleh siswa SD sehingga pengembang
menggantinya menjadi Comic Sans MS.
Gambar 30. Tampilan Jenis Huruf Pada Slide Multimedia Setelah Revisi
Contoh tampilan jenis huruf pada slide multimedia setelah direvisi menjadi Comic Sans MS dapat dilihat pada gambar di atas.
Teks menjadi lebih jelas dan mudah dibaca.
Gambar 31. Tampilan Jenis Huruf Pada Tombol Menu Sebelum Revisi
106 Seperti terlihat pada gambar 31, sebelum dilakukan revisi jenis
huruf yang dipakai untuk menulis nama setiap menu dalam multimedia adalah Caviar Dreams.
Gambar 32. Tampilan Jenis Huruf Pada Tombol Menu Setelah Revisi Setelah revisi, jenis huruf Caviar Dreams diubah menjadi Gill
Sans Ultra Bold Condensed seperti ditunjukkan pada gambar 32. Jenis huruf Gill Sans Ultra Bold Condensed lebih cocok untuk menulis
nama menu karena lebih tebal dan terlihat menonjol.
Gambar 33. Tampilan Jenis Huruf Pada Halaman Pembuka Sebelum Revisi
Jenis huruf pada slide halaman pembuka multimedia juga diperbaiki. Sebelum revisi jenis huruf yang digunakan untuk
107 menuliskan judul multimedia adalah Playtime With Hot Toddies dan
Annoying Kettle.
Gambar 34. Tampilan Jenis Huruf Pada Halaman Pembuka Setelah Revisi
Pada saat revisi, kedua jenis huruf diganti dengan Elected Office dan Jawa Palsu. Jenis huruf Jawa Palsu dipilih untuk memberikan
nuansa Jawa. d. Header di dalam multimedia interaktif lebih baik dihapus saja
sehingga tata letak lay out perlu diatur ulang.
Gambar 35. Tampilan Slide Multimedia Interaktif dengan Header Keberadaan header seperti yang tampak pada gambar 35
membuat isi slide multimedia terlalu penuh sehingga kurang nyaman
108 dilihat. Header tersebut juga kurang penting karena judul multimedia
interaktif sudah ada di slide awal saat multimedia pertama kali dibuka.
Gambar 36. Tampilan Slide Multimedia Interaktif Tanpa Header Setelah header dihilangkan seperti terlihat pada gambar 36,
tombol menu dan area teks menyesuaikan area yang kosong sehingga ukurannya jadi lebih besar. Tata letak dalam satu slide multimedia
pun menjadi lebih rapi. e. Nama setiap menu sebaiknya diletakkan di tengah-tengah tombol.
Gambar 37. Tampilan Menu Utama Sebelum Revisi Seperti yang bisa dilihat pada gambar 37, nama setiap menu
terletak di sisi bawah tombol. Tata letak seperti itu dinilai kurang seimbang.
109 Gambar 38. Tampilan Menu Utama Setelah Revisi
Pada saat dilakukan revisi, posisi nama setiap menu agak dinaikkan sehingga berada di tengah-tengah tombol. Selain itu tombol
navigasi juga diberi gambar yang mewakili setiap menu agar tampak lebih menarik.
f. Jangan sampai ada ruang kosong yang terlalu luas dalam satu slide.
Gambar 39. Tampilan Slide Menu “Wulangan” Sebelum Revisi Sebagaimana tampak pada gambar 39, ukuran tombol navigasi
pada slide menu Wulangan terlalu kecil sehingga menyisakan area kosong yang cukup luas.
110 Gambar 40. Tampilan Slide Menu “Wulangan” Setelah Revisi
Berdasarkan saran perbaikan dari ahli media, ukuran tombol navigasi pada slide tersebut kemudian diperbesar. Agar lebih menarik,
tombol juga dibuat lebih berwarna-warni dan diberi gambar yang sesuai. Gambar 40 menunjukkan tampilan slide setelah direvisi.
Gambar 41. Tampilan Slide “Kawruh Tembung Krama” Sebelum Revisi
Sebelum dilakukan revisi, pada slide “Kawruh Tembung Krama” juga terdapat banyak area kosong. Tata letak yang tidak seimbang ini
kemudian diperbaiki sesuai saran ahli media.
111 Gambar 42. Tampilan Slide “Kawruh Tembung Krama” Setelah
Revisi Gambar 42 menampilkan slide “Kawruh Tembung Krama”
setelah revisi. Ukuran tombol diubah menjadi lebih besar, dibuat lebih berwarna, serta ditambahkan gambar yang mewakili isi materi.
g. Tombol pengaturan tampilan layar, tombol keluar, dan tombol navigasi yang lain yang belum berupa simbol sebaiknya diubah
menjadi simbol.
Gambar 43. Tampilan Beberapa Tombol Navigasi Sebelum Revisi Sebelum dilakukan revisi, beberapa tombol navigasi yang ada di
dalam multimedia masih berupa tombol biasa bertuliskan nama masing-masing tombol. Tombol tersebut antara lain tombol setting,
112 tombol keluar, serta tombol kembali ke slide “Panganggone Unggah-
ungguh Basa Saben Dina” seperti yang bisa dilihat pada gambar 43.
Gambar 44. Tampilan Beberapa Tombol Navigasi Setelah Revisi Perbaikan dilakukan dengan cara mengubah tulisan nama tombol
menjadi simbol dan menjadikannya lebih berwarna. Perubahan ini bertujuan untuk membuat tombol navigasi jadi lebih menarik karena
anak usia SD menyukai gambar-gambar. Pada gambar 44, dapat dilihat bahwa tombol setting disimbolkan sebagai sebuah kunci.
Tombol keluar dari program multimedia disimbolkan dalam bentuk tanda silang. Tombol kembali ke slide “Panganggone Unggah-ungguh
Basa Saben Dina” disimbolkan sebagai gambar anak perempuan yang menjadi tokoh utama dalam animasi.
113 Gambar 45. Tampilan Tombol Kembali ke Slide “Kawruh Tembung
Krama” Sebelum Revisi Tampilan tombol kembali ke slide “Kawruh Tembung Krama”
seperti yang tampak pada gambar 45 juga masih belum berupa simbol.
Gambar 46. Tampilan Tombol Kembali ke Slide “Kawruh Tembung Krama” Setelah Revisi
Pada gambar di atas, setelah revisi tombol kembali ke slide “Kawruh Tembung Krama” sudah disimbolkan menjadi gambar
sebuah buku. h. Filter yang tidak perlu sebaiknya dihilangkan saja. Filter merupakan
salah satu cara untuk memberikan efek pada objek Adobe Flash. Terdapat bermacam-macam filter pada Adobe Flash, antara lain Drop
114 Shadow, Blur, Glow, Bevel, Gradient Glow, Gradient Bevel, dan
Adjust Color.
Gambar 47. Tampilan Teks “Wulangan” Sebelum Revisi Sebelum revisi, teks “Wulangan” seperti yang terlihat pada
gambar 47 diberi filter Bevel. Filter Bevel membuat teks memiliki efek timbul, serta memiliki bayangan dan highlight yang masing-masing
warnanya berbeda. Teks tersebut juga diberi efek animasi motion tween sehingga dapat berputar-putar.
Gambar 48. Tampilan Teks “Wulangan” Setelah Revisi Sesuai dengan saran dari ahli media, filter Bevel dan efek animasi
motion tween dihilangkan karena dirasa tidak terlalu penting.
115 Tampilan teks “Wulangan” setelah revisi dapat dilihat pada gambar di
atas.
Gambar 49. Tampilan Teks “Panganggone Unggah-ungguh Basa Saben Dina” Sebelum Revisi
Sebelum dilakukan perbaikan, filter Bevel dan efek animasi motion tween juga dimiliki oleh teks “Panganggone Unggah-ungguh Basa
Saben Dina”. Tampilan teks tersebut ditunjukkan pada gambar 49.
Gambar 50. Tampilan Teks “Panganggone Unggah-ungguh Basa Saben Dina” Setelah Revisi
Gambar di atas merupakan tampilan teks “Panganggone Unggah- ungguh Basa Saben Dina” setelah direvisi. Filter Bevel dan efek
animasi motion tween pada teks tersebut sudah dihilangkan.
116 Gambar 51. Tampilan Teks “Kawruh Tembung Krama” Sebelum
Revisi Teks “Kawruh Tembung Krama” yang dapat dilihat pada gambar
51 juga diberi filter Bevel dan efek animasi motion tween. Tampilan teks tersebut setelah direvisi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 52. Tampilan Teks “Kawruh Tembung Krama” Setelah Revisi
Setelah revisi, teks “Kawruh Tembung Krama” hanya berupa teks biasa. Teks itu tidak memiliki filter dan efek animasi apapun.
i. Setiap animasi pada submenu Panganggone Unggah-ungguh Basa Saben Dina hendaknya diberi tombol play again.
117 Gambar 53. Tampilan Slide Animasi Sebelum Diberi Tombol Play
Again Sebelum revisi, tampilan slide animasi tampak seperti pada gambar
53. Pada slide tersebut belum tersedia tombol play again. Berikut ini merupakan tampilan slide animasi setelah diberi tombol play again.
Gambar 54. Tampilan Slide Animasi Setelah Diberi Tombol Play Again
Tombol play again diperlukan karena salah satu prinsip belajar adalah pengulangan. Tombol ini memudahkan pengguna multimedia
apabila ingin menyaksikan animasi lagi tanpa perlu kembali ke slide pertama submenu Panganggone Unggah-ungguh Basa Saben Dina.
j. Suara narasi kurang keras. Pengembang menyiasati permasalahan ini dengan cara mengeraskan volume suara setiap narasi yang ada dalam
118 multimedia. Volume suara dikeraskan dengan menggunakan Envelope
Tool yang terdapat di software Audacity. Setelah diperbaiki, ternyata volume suara narasi tetap termasuk kurang keras. Oleh karena itu,
khusus pada menu Wulangan musik latar sengaja dimatikan agar suara narasi tidak kalah dengan suara musik.
k. Multimedia perlu diberi tombol volume control.
Gambar 55. Tampilan Slide Sebelum Diberi Tombol Volume Control Sebelum dilakukan revisi suara yang ada dalam multimedia hanya
bisa dihidupkan atau dimatikan. Untuk menghidupkan atau mematikan suara dapat menggunakan tombol setting seperti yang
tampak pada gambar 55. Ketika tombol setting diklik, tampilan yang muncul adalah seperti terlihat pada gambar berikut.
119 Gambar 56. Tampilan Slide Untuk Mematikan dan Menghidupkan
Suara Gambar dua speaker yang tampak pada gambar di atas berfungsi
untuk menghidupkan atau mematikan suara. Pada saat validasi, ahli media menyarankan untuk menambahkan tombol volume control
sehingga volume suara dalam multimedia bisa diatur besar kecilnya. Tampilan tombol volume control dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 57. Tampilan Slide Setelah Diberi Tombol Volume Control Cara menggunakan tombol volume control yaitu dengan
menggeser lingkaran merah. Apabila ingin memperbesar volume suara, lingkaran merah digeser di kanan. Apabila ingin mengecilkan
suara, lingkaran merah digeser ke kiri.
120 l. Ukuran huruf pada slide latihan soal sebaiknya diperbesar.
Gambar 58. Tampilan Slide Latihan Soal Sebelum Revisi Sebelum dilakukan revisi, jenis huruf yang dipakai pada slide
latihan soal adalah Playtime With Hot Toddies dengan ukuran 15. Menurut ahli media ukuran tersebut kurang besar. Pengembang
kemudian melakukan perbaikan terhadap jenis dan ukuran huruf.
Gambar 59. Tampilan Slide Latihan Soal Setelah Revisi Pengembang mengganti jenis huruf menjadi Comic Sans MS
dengan ukuran 16. Tampilan slide latihan soal setelah revisi dapat disaksikan pada gambar 59. Ukuran huruf yang lebih besar membuat
teks soal lebih mudah dibaca.
121 m. Kata “horeee” pada permainan sebaiknya diberi gambar agar lebih
menarik.
Gambar 60. Tampilan Slide Teks “Horeee” Sebelum Revisi Setelah pengguna multimedia mengklik tombol selesai pada
permainan memasangkan kata, akan muncul ucapan selamat. Sebagaimana terlihat pada gambar 60, sebelum dilakukan revisi
ucapan selamat hanya berupa kata “horeee”.
Gambar 61. Tampilan Slide Teks “Horeee” Setelah Revisi Setelah dilakukan revisi, tampilan kata “horeee” dilengkapi dengan
gambar seorang anak perempuan seperti yang tampak pada gambar 61.
122
4. Revisi Ahli Media Tahap Kedua