17
1. Ragam
Ngoko
Ragam ngoko yaitu bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang disusun dari leksikon ngoko atau berintikan leksikon ngoko. Afiks yang muncul dalam
ragam ini semuanya berbentuk ngoko, misalnya afiks di-, -e, dan -ake. Ragam ngoko digunakan untuk berbicara oleh orang tua kepada anak, cucu, atau orang
yang berusia lebih muda lainnya, atau oleh orang yang memiliki status sosial lebih tinggi daripada lawan bicaranya. Ragam ngoko juga digunakan untuk
bercakap-cakap antara orang-orang yang sudah akrab. Ragam ngoko dibedakan menjadi bentuk ngoko lugu dan ngoko alus.
a. Ngoko Lugu Ngoko lugu yaitu bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua
kosakatanya berbentuk leksikon ngoko dan netral, tanpa terselip leksikon krama lugu ataupun krama alus. Afiks yang digunakan dalam ragam ini
adalah afiks di-, -e, dan –ake, bukan afiks dipun-, -ipun, dan -aken. Afiks tersebut melekat pada leksikon ngoko atau netral.
Contoh: 1 Dhik tulung tas iki
digawa
mlebu. „Dik tolong tas ini dibawa masuk.‟
2 Dhina mangkat sekolah bareng
mbakyune
. „Dhina berangkat sekolah bersama kakak perempuannya.‟
b. Ngoko Alus Ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang di dalamnya
tidak hanya menggunakan leksikon ngoko saja, tetapi juga menggunakan
18 leksikon krama lugu atau krama alus. Namun leksikon krama lugu atau
krama alus yang muncul tersebut hanya digunakan untuk menghormati lawan bicara. Afiks yang dipakai dalam ngoko alus yaitu di-, -e, dan –ne.
Contoh: 1 Bukune mau wis
diwaos
apa durung Pak? „Bukunya tadi sudah dibaca atau belum Pak?‟
2 Andi, koran iki
diaturake
Bapak dhisik. „Andi, koran ini diberikan Bapak dulu.‟
2. Ragam
Krama
Ragam krama merupakan bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama. Afiks yang digunakan dalam ragam krama
semuanya berbentuk krama, misalnya afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Ragam krama digunakan untuk berbicara antara orang-orang yang tidak terlalu akrab,
antara anak muda dengan orang yang lebih tua, atau antara bawahan dengan atasan. Ragam krama terdiri dari krama lugu dan krama alus.
a. Krama Lugu Ragam krama lugu juga dikenal dengan sebutan krama madya. Dalam
krama lugu leksikon krama bisa digunakan bersama leksikon ngoko, madya, dan krama alus. Afiks ngoko di-, -e, dan –ake lebih sering muncul daripada
afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Selain afiks ngoko, klitik madya mang- juga sering muncul dalam ragam ini.
Contoh: 1 Mbak, njenengan wau
dipadosi
bapak.
19 „Mbak, Anda tadi dicari bapak.‟
2 Mas, tulung gawan kula niki
mangandhapke
riyin. „Mas, tolong barang bawaan saya ini Anda turunkan dulu.‟
b. Krama Alus Krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang seluruh
kosakatanya terdiri dari leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil. Leksikon inti dalam krama alus hanyalah leksikon
krama. Afiks yang digunakan dalam ragam krama alus yaitu dipun-, -ipun, dan –aken.
Contoh: 1 Kula
kancanipun
Mbak Wida. Menawi saged, kula badhe pinanggih. „Saya teman Mbak Wida. Jika bisa, saya ingin bertemu.‟
2 Kula
dipunparingi
priksa Bu Guru supados sregep sinau. „Saya diberi nasihat Bu Guru supaya rajin belajar.‟
C. Kajian Mengenai Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar