PenutupanPenggunaan Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 29 Jenis bentuklahan detil pada bentanglahan dataran dari hasil interpretasi SRTM resolusi 30 meter, Citra Landsat, 2011 dan ALOS AVNIR-2. Tabel 21 Bentuklahan rentan banjir skala detil DAS Cisadane No Bentuklahan Rentan Banjir Wilayah DAS Luas Cisadane Hilir Cisadane Tengah Hektar Persen 1. Beting Gisik 55 - 55 0,10 2. Dataran Aluvial 11.451 28.947 40.398 74,42 3. Dataran Banjir dan Terras Aluvial 1.662 109 1.771 3,26 4. Dataran Banjir Tidak Aktif 91 8 98 0,18 5. Dataran Fluvio Marine 3.162 - 3.162 5,83 6. Dataran Rawa 4.507 1.533 6.040 11,13 7. Dataran Urugan 1.707 - 1.707 3,15 8. Delta 573 - 573 1,06 9. Gisik Pantai 39 - 39 0,07 10. Situ pond 91 346 437 0,81 Jumlah 22 .602 31.673 54.275 100 Sumber: Hasil interpretasi data DEM SRTM resolusi 30 m, Citra Landsat 2011 dan ALOS AVNIR-2 2009.

5.4. Debit Puncak DAS Cisadane

Perhitungan debit puncak DAS Cisadane dipilah menjadi tiga berdasarkan pada kondisi geomorfologinya, yaitu pada wilayah perbukitan dan pegunungan uperslope areas, daerah dataran peralihan middle slope areas, dan daerah dataran hilir lower slope areas. Masing-masing daerah tersebut berturut-turut diwakili oleh 3 sub-DAS, yaitu Cianten-Cisadane Hulu daerah hulu, Cisadane Tengah, dan Cisadane Hilir. Berdasarkan hasil perhitungan debit puncak yang diperoleh dari data curah hujan 5 tahun, penggunaan lahan, dan luas setiap sub-DAS, didapatkan bahwa sub-DAS daerah hulu Cianten dan Cisadane Hulu memiliki debit puncak 1.271 m 3 dt -1 , sub-DAS Cisadane Tengah memiliki debit puncak 1.596 m 3 dt -1 , dan sub- DAS Cisadane Hilir memiliki debit puncak 1.833 m 3 dt -1 . Dari angka-angka debit tersebut terlihat bahwa semakin ke hilir nilai debit semakin meningkat, dimana nilai debit puncak sub-DAS Cisadane Hilir adalah yang tertinggi. Hal ini sesungguhnya cukup wajar, karena nilai debit puncak tersebut selain dipengaruhi oleh intesitas curah hujan, juga dipengaruhi oleh koefisien aliran permukaan, serta luas sub-DAS yang semakin meningkat termasuk jumlah cabang anak sungai yang mensuplai aliran air hingga pada titik pengukuran. Berdasarkan kenyataan ini, maka cukup wajar jika kejadian banjir selalu terjadi di wilayah hilir. Gambar 30 dan Tabel 22 berikut menunjukkan grafik dari nilai debit puncak di setiap titik pengukuran dari setiap sub-DAS di DAS Cisadane. Gambar 30 Grafik debit puncak dari masing-masing wilayah sub-DAS dalam DAS Cisadane. Tabel 22 Perhitungan debit puncak dari masing-masing wilayah sub-DAS dalam DAS Cisadane No Sub-DAS Intensitas Hujan mmjam Koefisien c Luas DAS Km2 Debit Puncak m3dtk 1 Cisadane Hulu dan Cianten 17,88 0,29 89.650 1.271 2 Cisadane Tengah 13,39 0,31 137.866 1.596 3 Cisadane Hilir 12,51 0,34 156.883 1.883 Sumber: Hasil analisis data curah hujan 5 tahun wilayah DAS Cisadane

5.5. Bahaya Banjir

Penilaian bahaya banjir dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter, yaitu suseptibilitas bentuklahan terhadap banjir, elevasi lahan, bentuk lereng, dan sejarah banjir seperti yang telah diuraikan dalam metode penelitian. Analisis terhadap masing-masing parameter diuraikan sebagai berikut:

5.5.1. Suseptibilitas Bentuklahan terhadap Banjir

Suseptibilitas susceptibility bentuklahan terhadap banjir pada dasarnya mempunyai arti rentan terhadap atau mudah terkena banjir. Dalam penelitian ini suseptibilitas bentuklahan dikelaskan secara kualitatif berdasarkan karakteristik setiap bentuklahan yang berpeluang terkena banjir. Pemahaman dasar dari klasifikasi ini adalah bahwa bentuklahan merupakan bentuk permukaan bumi yang dibentuk oleh proses-proses geomorfik, sedangkan banjir itu sendiri merupakan salah satu dari bentuk proses geomorfik. Secara ringkas besar-kecilnya peluang bentuklahan untuk terkena banjir secara kualitatif diuraikan dalam Tabel 23. Tabel 23 Suseptibilitas bentuklahan terhadap banjir DAS Cisadane No Bentuklahan Sumber Suseptibilitas Tingkat suseptibilitas 1. Delta delta Limpasan air sungai dan rab Besar 2. Dataran banjir terras alluvial flood plain alluvial terraces Air hujan dan luapan air sungai Besar 3. Dataran banjir tidak aktif abandoned flood plain Hujan lokal dan limpasan air di sekitarnya Sedang 4. Dataran fluvio marin tidal flat fluvio-marine plain Rab dan luapan air sungai Sedang 5. Dataran rawa swampy plain Hujan lokal dan limpasan air di sekitarnya Sedang 6. Dataran alluvial alluvial plain Limpasan air sungai jika berdekatan dengan dataran banjir atau hujan lokal jika jauh dari aliran sungai Kecil-sedang 7. Beting gisik beachrirges Tidak ada, elevasi agak tinggi, jauh dari pantai Sangat kecil - nol 8. Dataran urugan fluvio- antropogenic plain Tidak ada, elevasi agak tinggi man made Sangat kecil - nol 9. Gisik pantai beach Tidak ada, elevasi agak tinggi Sangat kecil - nol Sumber: Hasil interpretasi ALOS AVNIR-2 2009.

5.5.2. Elevasi Lahan

Mengingat bahwa kejadian banjir di daerah penelitian terjadi di wilyah hilir, maka parameter elevasi lahan yang akan dinilai untuk bahaya banjir mengacu pada sejarah terjadinya banjir di masa lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan didapatkan bahwa banjir selalu terjadi pada elevasi di bawah 10 m di atas permukaan air laut dpal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini daerah yang dinilai dibatasi hanya pada bentanglahan dataran saja meliputi dataran fluvial dan dataran fluvio marin atau meliputi sub-DAS Cisadane Hilir dan sub-DAS Cisadane Tengah. Elevasi lahan dipilah menjadi empat kelas, yaitu 0 – 2 m, 2 – 2,5 m, 2,5 – 10 m, dan 10 m, sedangkan untuk lembah-lembah sungai yang berada pada ketinggian di atas 3 m, maka elevasi lahan di sekitar sungai dihitung berdasarkan ketinggian dari dasar sungai terdekat. Untuk mengukur ketinggian lahan digunakan data DEM SRTM 30 meter dan pengecekan lapangan ground check. Dari sembilan bentuklahan yang telah diukur elevasinya, diperoleh hasil bahwa elevasi terluas berada pada ketinggian di atas 10 m, yaitu seluas 60,84 dari luas total bentanglahan dataran. Untuk ketinggian 2,5 - 10 m memiliki luas 39,08 , yang secara dominan berada di sub- DAS Cisadane Hilir 37,56 , sedangkan untuk ketinggian lahan 0 - 2 m dan 2 - 2,5 m memiliki persentasi luas yang sama, yaitu sebesar 0,04 Tabel 24. Gambaran persebaran spatial elevasi lahan pada bentanglahan dataran disajikan pada Gambar 31. Tabel 24 Elevasi lahan m DAS Cisadane No Elevasi Cisadane Hilir Cisadane Tengah Luas ha Luas 1. 0 - 2 24 - 24 0,04 2. 2 – 2,5 22 - 22 0,04 3. 2,5 – 10 20.383 828 21.211 39,08 4. 10 3.076 29.942 33.018 60,84 Jumlah 23.505 30.770 54.275 100 Sumber: Hasil klasifikasi data DEM SRTM resolusi 30 m. Gambar 31 Peta elevasi lahan wilayah DAS Cisadane.

5.5.3. Bentuk Lereng

Parameter bentuk lereng merupakan aspek penting untuk studi banjir, karena genangan banjir bersifat mengisi daerah yang memiliki bentuk lereng cekung terlebih dahulu. Dalam penelitian ini analisis bentuk lereng dilakukan melalui analisis DEM dimana parameter bentuk lereng dibagi menjadi tiga, yaitu bentuk datar, bentuk cekung dan bentuk cembung. Dari hasil analisis bentuk lereng didapatkan bahwa bentuk lereng cembung tidak ditemukan di bentanglahan dataran, sedangkan bentuk lereng lurus cukup mendominasi 80,71 yang tersebar lebih banyak di sub-DAS Cisadane Tengah daripada di sub-DAS Cisadane Hilir dengan luasan berturut-turut 56 dan 24 . Untuk bentuk lereng cekung luasannya mencapai 19,29 yang tersebar di sub- DAS Cisadane Hilir seluas 19,4 dan di sub-DAS Cisadane Tengah seluas 15,6 . Identifikasi bentuk lereng diperoleh melalui data Digital Elevation Model DEM dengan menggunakan fasilitas extension didalam sofware ArcGIS yang hasilnya disajikan pada Tabel 25 dan Gambar 32. Tabel 25 Morfometri bentuk lereng DAS Cisadane No Bentuk Lereng Wilayah DAS Luas Cisadane Hilir Cisadane Tengah Hektar Persen 1. Cembung - - - 2. Lurus 16.796 27.010 43.807 80,71 3. Cekung 5.808 4.661 10.469 19,29 Jumlah 22.604 31.671 54.275 100 Sumber: Hasil klasifikasi data DEM SRTM resolusi 30 m. Tidak dijumpai di daerah penelitian